Dia Yang Hadir Memberi Pemulihan Khotbah Minggu 22 Desember 2024

9 December 2024

Minggu Adven 4
Stola Ungu

Bacaan 1: Mikha 5 : 2 – 5a
Mazmur: Mazmur 80 : 1 – 8
Bacaan 2: Ibrani 10 : 5 – 10
Bacaan 3: Lukas 1 : 39 – 45

Tema Liturgis: GKJW Menjadi Ruang Pemulihan dan Pembiasaan Nilai
Tema Khotbah: Dia Yang Hadir Memberi Pemulihan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Mikha 5 : 2 – 5a
Kitab Mikha berisi penglihatan dan nubuatan nabi Mikha atas Samaria dan Yerusalem. Ia adalah seorang Moresyet yang menjadi nabi pada saat Kerajaan Yehuda dipimpin oleh Raja Yotam (750-730 SM), Raja Ahas (730-715 SM), dan Raja Hizkia (715-687 SM). Firman TUHAN yang datang kepada Mikha menyampaikan akan terjadi kehancuran atas kerajaan Yehuda. Hal ini terjadi oleh karena tindakan dan perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan kehendak TUHAN. Akan tetapi dibalik nubuatan kehancuran yang akan dialami oleh Yehuda, akan terjadi pula pemulihan dan tatanan kehidupan yang baru. Suatu pengharapan di dalam kehancuran yang akan dialami oleh Yehuda.

Pengharapan tentang pemulihan itu disampaikan dengan nubuatan bahwa akan lahir seorang Raja baru yang akan memerintah Israel dengan kuasa dari Allah (Ay. 1). Seorang Raja yang lahir dari rahim seorang perempuan dari kaum terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, yakni dari Betlehem Efrata. Pemulihan akan terjadi oleh sebab raja inilah yang akan menggembalakan Israel (Ay. 3) dan memberikan damai sejahtera atas bangsa Israel (Ay. 4). Dialah Raja Mesias yang akan menjadi penyelamat Israel. Nubuatan nabi Mikha menegaskan akan adanya pengharapan tentang pemulihan yang akan lahir dari seorang perempuan dan akan dikenal sebagai Raja Damai.

Ibrani 10 : 5 – 10
Surat Ibrani memuat uraian teologis tentang Yesus Kristus. Dalam uraiannya, sang penulis menempatkan posisi atau kedudukan Yesus Kristus yang melebih apapun. Yesus Kristus sebagai Anak Allah dikatakan memiliki posisi dan kedudukan yang lebih tinggi dari malaikat-malaikat (Ibr. 1:5-14); lebih tinggi dari Musa (Ibr. 3:1-6); lebih tinggi dari Imam Harun (Ibr. 7:11-28); dan bahkan melebihi aturan dan hukum yang ada di dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Intinya, dalam uraian ini ingin menempatkan Yesus Kristus sebagai pribadi yang unggul.

Keunggulan Yesus Kristus atas segala sesuatu juga bermuara pada makna persembahan yang sempurna. Dimana sang penulis menyampaikan bahwa ritual mempersembahkan korban-korban bakaran dan korban penghapusan dosa adalah sia-sia karena tidak dapat menghapuskan dosa umat. Yang mampu menghapus dosa hanyalah persembahan tubuh Yesus Kristus yang terjadi satu kali untuk selama-lamanya (Ay. 10). Persembahan korban yang dipersembahkan menurut Hukum Taurat hanya sebagai bayangan dari keselamatan dan sebagai pengingat akan dosa mereka. Akan tetapi hakekat keselamatan yang sejati adalah Yesus Kristus itu sendiri, tidak ada yang lain. Kehadiran Yesus Kristus benar-benar menjadi pemenuhan akan nubuatan dan benar-benar memiliki makna sebagai pemulihan hidup manusia dari pelanggaran dan dosa.

Lukas 1 : 39 – 45
Injil Lukas memuat cerita tentang kelahiran Yohanes Pembaptis dan kelahiran Tuhan Yesus yang ditulis secara lebih detail dari pada Inji-injil yang lainnya. Termasuk di dalamnya adalah cerita tentang perjumpaan Maria dan Elisabet. Nampaknya, penulis Injil Lukas sengaja ingin mengangkat cerita tokoh wanita yang berperan aktif dalam proses karya penyelamatan Allah bagi dunia. Maria mengandung bayi Yesus, sedangkan Elisabet mengandung bayi Yohanes Pembaptis. Kedua perempuan ini telah mengalami karya Tuhan yang luar biasa dalam hidup mereka. Iman dan sukacita atas janji Allah pada mereka melahirkan perjumpaan yang saling meneguhkan, menguatkan, dan memulihkan. Maka, tidak heran jika penulis Injil Lukas mengangkat cerita perjumpaan tersebut sebagai bagian cerita kehidupan yang perlu untuk ditulis di dalam tulisan Injilnya.

Dari perjumpaan antara Maria dan Elisabet, ada hal menarik yang terjadi: Pertama, perjumpaan tersebut merupakan perjumpaan yang saling menguatkan iman mereka. Maria yang sebelumnya mendapat berita dari malaikat bahwa ia akan mengandung seorang anak laki-laki meskipun belum bersuami (Luk. 1:34) semakin dikuatkan dengan bukti bahwa sanaknya, yaitu Elisabet, benar-benar mengandung di usia tuanya (bnd. Luk. 1:36). Kehamilan Elisabet menjadi bukti bagi Maria bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Seorang wanita tua yang disebut mandul, ternyata dapat mengandung seorang anak pada usia tuanya. Suatu hal yang sebenarnya tidak mungkin terjadi menurut akal sehat manusia, tetapi karena ada kuasa dan kehendak Allah maka hal tersebut dapat terjadi. Demikian pun bagi Elisabet, kunjungan Maria merupakan sebuah kehormatan besar. Oleh karena salam Maria, ia dan janinnya merasakan kepenuhan Roh Kudus dan penuh dengan sukacita karena dikunjungi oleh ibu Tuhan.

Kedua, perjumpaan tersebut memulihkan dan memberikan pengharapan baru atas kehidupan mereka berdua. Bagi Maria, perjumpaan ini menghapuskan segala keraguan dan stigma negatif yang ada dalam hati dan pikirannya sebagai seorang wanita yang hamil sebelum bersuami. Dengan perkataan Elisabet yang menyebutnya sebagai “ibu Tuhanku” memberikan pemulihan pada dirinya sendiri dan memberikan harapan yang baru baginya. Bisa jadi Elisabet adalah orang pertama yang menerima kandungan Maria sebagai kandungan bayi Tuhan. Elisabet juga menyebut bahwa Maria adalah perempuan yang terberkati dan berbahagia karena percaya pada apa yang dikatakan Tuhan dan bersedia untuk dipakai oleh Tuhan (Ay. 45). Sebuah pemulihan diri dan pengharapan baru bagi Maria, seorang perempuan yang dipilih dan dipakai Allah untuk mewujudnyatakan karya penyelamatan manusia.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Raja Damai yang dinubuatkan telah hadir ke dalam dunia untuk menjadi persembahan yang sempurna demi keselamatan umat manusia. Ia hadir membawa keselamatan yang sejati sebagai bentuk pemulihan hidup manusia. Kehadiran-Nya telah meneguhkan, menguatkan, dan memulihkan kehidupan umat manusia. Menerima kehadiran Tuhan Yesus adalah cara terbaik untuk merasakan pemulihan dari Allah.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Masih ingatkah saudara bagaimana rasanya ketika bertemu dengan orang yang istimewa di dalam hidup saudara? Misalkan saja bertemu keluarga (orang tua atau anak), bertemu saudara atau kerabat, bertemu kekasih atau bertemu sahabat. Pastilah pertemuan tersebut menjadi pertemuan yang sangat membahagiakan di dalam hidup saudara. Meskipun bertemu dalam waktu yang singkat akan tetapi sangat berharga waktu tersebut. Apalagi jika dalam kesempatan pertemuan yang terjadi tersebut ada waktu untuk berbincang dan berbagi cerita. Bisa jadi, perjumpaan tersebut memberikan semangat, kekuatan dan bahkan mampu memulihkan kembali keberadaan kita yang mungkin dalam sementara waktu merasa rapuh. Perjumpaan yang demikian tentunya menjadi harapan banyak orang, dimana di dalamnya ada sukacita dan kebahagiaan yang terbangun.

Isi
Demikianlah gambaran perjumpaan yang dialami oleh Maria dan Elisabet. Perjumpaan tersebut adalah perjumpaan yang sangat istimewa dan berharga bagi kedua wanita tersebut. Perjumpaan itu menjadi berkat bagi Maria dan Elisabet, yang mana keduanya mengalami karya Allah yang sungguh luar biasa. Mereka menjadi wanita-wanita yang istimewa karena mengandung bayi Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Mereka yang awalnya rapuh karena keberadaannya, kini semakin dikuatkan dan dipulihkan oleh karena perjumpaan tersebut. Mereka adalah wanita-wanita istimewa yang dipilih Allah untuk ikut serta dalam proses karya penyelamatan Allah bagi dunia ini.

Dari perjumpaan antara Maria dan Elisabet, ada hal menarik yang terjadi: Pertama, perjumpaan tersebut merupakan perjumpaan yang saling menguatkan iman mereka. Maria yang sebelumnya mendapat berita dari malaikat bahwa ia akan mengandung seorang anak laki-laki meskipun belum bersuami (Luk. 1:34) semakin dikuatkan dengan bukti bahwa sanaknya, yaitu Elisabet, benar-benar mengandung di usia tuanya (bnd. Luk 1:36). Kehamilan Elisabet menjadi bukti bagi Maria bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Seorang wanita tua yang disebut mandul, ternyata dapat mengandung seorang anak pada usia tuanya. Suatu hal yang sebenarnya tidak mungkin terjadi menurut akal sehat manusia, tetapi oleh karena ada kuasa dan kehendak Allah maka hal tersebut dapat terjadi. Demikian pun bagi Elisabet, kunjungan Maria merupakan sebuah kehormatan besar. Oleh karena salam Maria, ia dan janinnya merasakan kepenuhan Roh Kudus dan penuh dengan sukacita karena dikunjungi oleh ibu Tuhan.

Kedua, perjumpaan tersebut memulihkan dan memberikan pengharapan baru atas kehidupan mereka berdua. Bagi Maria, perjumpaan ini menghapuskan segala keraguan dan stigma negatif yang ada dalam hati dan pikirannya sendiri sebagai seorang wanita yang hamil sebelum bersuami. Dengan perkataan Elisabet yang menyebutnya sebagai “ibu Tuhanku” memberikan pemulihan pada dirinya sendiri dan memberikan harapan yang baru baginya. Bisa jadi Elisabet adalah orang pertama yang menerima kandungan Maria sebagai kandungan bayi Tuhan. Elisabet juga menyebut bahwa Maria adalah perempuan yang terberkati dan berbahagia karena percaya pada apa yang dikatakan Tuhan dan bersedia untuk dipakai oleh Tuhan (Luk. 1:45). Sebuah pemulihan diri dan pengharapan baru bagi Maria — seorang perempuan yang dipilih dan dipakai Allah untuk mewujud-nyatakan karya penyelamatan manusia.

Dari pengalaman kedua wanita hebat ini, kita dapat belajar bahwa kehadiran Yesus Kristus sungguh memberikan makna yang luar biasa atas kehidupan umat yang percaya kepada Allah. Kehadiran Yesus ke dunia adalah untuk memberikan sukacita dan damai sejahtera sehingga setiap orang yang menerima kehadiran-Nya akan merasakan kekuatan dan pemulihan diri. Sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh nabi Mikha bahwa akan lahir Raja Damai yang akan memulihkan kehidupan Israel. Demikian, kehadiran-Nya pasti akan memulihkan keberadaan kita para umat yang percaya kepada Kristus. Maka dari itu, sudah seharusnya kehadiran Yesus merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh segenap umat percaya.

Kuasa kehadiran Yesus Kristus juga memberikan bukti nyata tentang keselamatan yang sejati, sebagaimana yang diuraikan oleh penulis surat Ibrani. Tuhan Yesus hadir dalam dunia bukan hanya sekedar hadir saja tetapi juga rela memberikan hidup-Nya sebagai korban yang mampu membawa manusia menerima keselamatan yang sejati. Pengorbanan yang terjadi sekali, tetapi kuasa keselematan-Nya terus ada sampai saat ini. Maka, sudah selayaknya kita menjadikan Tuhan Yesus sebagai pribadi yang istimewa di dalam hidup kita sehingga setiap perjumpaan dan kehadiran-Nya senantiasa membawa sukacita dan damai sejahtera atas kehidupan kita.

Penutup
Minggu ini kita masuk pada Minggu Adven keempat, yang mana artinya tidak lama lagi kita akan bersama-sama merayakan dan memperingati kembali kehadiran Tuhan Yesus Kristus ke dunia dalam perayaan sukacita Natal. Untuk itu, marilah kita senantiasa mempersiapkan diri dan membuka hati untuk menerima kedatangan-Nya. Ia yang telah dinubuatkan telah hadir untuk memberikan pemulihan atas kehidupan kita serta menguatkan iman kita akan karya keselamatan Allah. Untuk itu, mari kita mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran Tuhan Yesus yang membawa pemulihan atas kehidupan kita. Amin. [DAR].

 

Pujian: KJ. 79 : 1, 2  Maha Terpuji Allahku

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Punapa panjenengan taksih kemutan kados pundi raosipun nalika pepanggihan kaliyan tiyang ingkang istimewa wonten ing gesang panjenengan? Contonipun pepanggihan kaliyan brayat (tiyang sepuh utawi putra), pepanggihan kaliyan sedherek-sedulur, pepanggihan kaliyan pacar utawi pepanggihan kaliyan rencang akrab. Tamtunipun pepanggihan punika dados pepanggihan ingkang nuwuhaken raos sukabingah wonten ing salebeting gesang panjenengan. Senaosa pepanggihan namung sekedap ananging pepanggihan punika dados aji sanget. Punapa malih bilih wonten wewengan pepanggihan punika saged wicantenan lan sami cariyos bab lelampahaning gesang. Saged kemawon pepanggihan punika nuwuhaken semangat, kakiyatan lan saged mulihaken malih kawontenan kita ingkang ing sawetara wekdal nandhang momotan. Pepanggihan ingkang nuwuhaken sukabingah ingkang kados mekaten tamtunipun dados pangajeng-ajengipun tiyang kathah.

Isi
Kados mekaten gegambaran pepanggihan ingkang kalampahan wonten ing salebeting gesang Maryam lan Elisabet. Pepanggihan punika dados pepanggihan ingkang aji sanget kagem wanita kekalih punika. Pepanggihan punika dados berkah kagem gesangipun Maryam lan Elisabet, ingkang sami-sami nampi pakaryan agung saking Gusti Allah. Wanita kekalih punika dados tiyang ingkang aji sanget karana ngandhut bayi Yokanan Pambaptis lan Yesus Kristus. Wanita kekalih punika ingkang wiwitanipun ringkih karana kahananipun, lajeng sansaya dipun kiyataken lan dipun pulihaken karana pepanggihan punika. Wanita kekalih punika aji sanget karana kapiji dening Gusti Allah ndherek makarya wonten ing pakaryan agung Gusti Allah kagem donya punika.

Saking pepanggihan antawisipun Maryam lan Elisabet, wonten prekawis ingkang sae ingkang kalampahan: Ingkang sepisan, pepanggihan punika dados pepanggihan ingkang nuwuhaken kakiyatan tumrap kapitadosanipun tiyang kalih punika. Maryam ingkang sakderengipun nampi pawartos saking malaekat bilih piyambakipun badhe ngandhut putra jaler senaosa dereng semah (Luk. 1:43) sansaya dipun kiyataken kaliyan bukti bilih sedherekipun inggih punika Elisabet, estu ugi ngandhut wonten ing yuswa sepuhipun (bnd. Luk 1:36). Kawontenan Elisabet ingkang ngandhut punika dados bukti kangge Maryam bilih mboten wonten prekawis ingkang mokal kagem Gusti Allah. Wanita sepuh ingkang kasebut mandul, kanyata saged ngandhut putra ing yuswa sepuhipun. Prekawis ingkang sejatosipun mokal miturut akalipun manungsa, ananging karana karsa lan panguwaosing Gusti Allah prekawis punika saged kalampahan. Mekaten ugi kagem Elisabet, wekdal pepanggihan kaliyan Maryam dados wekdal ingkang aji sanget. Karana salam saking Maria, piyambakipun lan kandhutanipun ngraosaken panguwasaning Roh Suci lan sukabingah karana dipun tilik dening ibunipun Gusti.

Kaping kalih, pepanggihan punika mulihaken lan paring pangajeng-ajeng enggal tumrap pigesangan wanita kekalih punika. Kagem Maryam, pepanggihan punika ngicalaken sedaya raos sumelang lan stigma negatif ingkang wonten ing manah lan pikiranipun piyambak ingkang dados wanita ingkang ngandhut tanpa semah. Pangakenipun Elisabet bilih Maryam punika “ibune Gustiku” mulihaken kawontenan Maryam lan paring pangajeng-ajeng kagem gesangipun. Saged kemawon Elisabet punika tiyang wiwitan ingkang nampi kandhutan Maryam dados kandhutanipun Gusti. Elisabet ugi nyebat bilih Maryam punika wanita ingkang binerkahan lan karahayon karana pitados kaliyan dhawuhipun Gusti lan sumadya dipun agem dening Gusti (Luk. 1:45). Pulihing dhiri lan enggaling pangajeng-ajeng kagem Maryam, wanita ingkang dipun piji lan dipun agem Gusti Allah kagem mujudaken pakaryan agung kawilujenganipun manungsa.

Saking pepanggihan punika kita sami sinau bilih rawuhipun Gusti Yesus Kristus tansah paring kawilujengan tumrap gesangipun umat ingkang pitados dhumateng Gusti Allah. Rawuhipun Gusti Yesus ing donya punika paring sukabingah lan tentrem rahayu satemah saben tiyang ingkang nampi rawuhipun Gusti tansah nampi kakiyatan lan dipun pulihaken gesangipun. Kados dene pameca ingkang dipun wedhar dening nabi Mikha bilih badhe miyos Ratuning Katentreman ingkang saged mulihaken gesangipun Israel. Mekaten ugi, rawuhipun Gusti tansah mulihaken kawontenan gesang para umat kagunganipun. Awit saking mekaten, sampun sakmesthinipun bilih rawuhipun Gusti Yesus dados wekdal ingkang aji kagem sedaya umat ingkang pitados.

Rawuhipun Gusti Yesus ugi paring bukti nyata bab kawilujengan ingkang sejati, kadosdene ingkang sampun dipun wedhar dening seratan Ibrani. Gusti Yesus miyos ing donya punika mboten namung sawetara rawuh ananging ugi sampun masrahaken gesang-Ipun kagem korban ingkang saged paring kawilujengan sejati tumrap gesangipun manungsa. Pangorbanan punika kalampahan namung sepisan, ananging kawilujenganipun wonten ngantos samangke. Kamangka, sampun sakmesthinipun bilih kita punika ndadosaken Gusti Yesus pribadi ingkang aji wonten ing gesang kita, satemah pepanggihan lan karawuhanipun Gusti Yesus tansah paring sukabingah lan tentrem rahayu tumrap pigesangan kita sami.

Panutup
Minggu punika kita sesarengan lumebet wonten ing Minggu Adven IV, ingkang artosipun kita badhe sesarengan lumebet wonten ing panghargyan Natal. Awit saking punika, swawi kita tansah nyawisaken gesang lan mbika manah kita kagem nampi rawuhipun Gusti Yesus. Panjenenganipun ingkang dipun nubuataken sampun rawuh kagem mulihaken lan ngiyataken kapitadosan kita tumrap pakaryan agung Gusti kagem kawilujenganipun manungsa. Swawi kita sami nyawisaken manah kangge mapak rawuhipun Gusti Yesus ingkang mulihaken gesang kita sami. Amin. [DAR].

 

Pamuji: KPJ. 242  Rawuha Sang Imanuel

Renungan Harian

Renungan Harian Anak