Jangan Sampai Lupa Diri Karena Sukacita di Hati Khotbah Minggu 15 Desember 2024

2 December 2024

Minggu Adven 3
Stola Ungu

Bacaan 1: Zefanya 3 : 14 – 20
Mazmur: Mazmur 85
Bacaan 2: Filipi 4 : 4 – 7
Bacaan 3: Lukas 3 : 7 – 18

Tema Liturgis: GKJW menjadi Ruang Pemulihan dan Pembiasaan Nilai
Tema Khotbah: Jangan Sampai Lupa Diri Karena Sukacita di Hati

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Zefanya 3 : 14 – 20
Zefanya adalah salah seorang nabi di antara 12 nabi-nabi kecil. Ia memberitakan nubuat Tuhan Allah di Yehuda pada masa pemerintahan Raja Yosia. Secara garis besar Kitab Zefanya ini berisikan nubuatan tentang bencana dan keselamatan. Secara khusus, pada bagian teks bacaan kita Zefanya 3 : 14 – 20 ini menuliskan tentang nubuat keselamatan bagi Yehuda. Zefanya menubuatkan bahwa keselamatan dari Tuhan Allah ada di tengah-tengah bangsa Yehuda pada saat bangsa Yehuda berpegang teguh kepada Tuhan Allah dan ketetapan perintah-Nya. Setiap umat yang berharap kepada Tuhan Allah tidak akan lagi hidup dalam ketakutan dan kesedihan. Mereka akan hidup dalam sukacita yang besar bersama Allah, sebab Tuhan Allah senantiasa menolong mereka yang lemah dan tidak berdaya (Ay. 14 – 19). Tuhan Allah akan mengubah dan memperbarui mereka dalam kasih-Nya. Perbaharuan inilah yang mengubah tingkah laku mereka, mereka yang semula bangsa yang memberontak menjadi orang-orang yang setia kepada Tuhan Allah dan ketetapan perintah-Nya. Pembaharuan Tuhan Allah inilah yang mendatangkan pengharapan dan sukacita.

Kesukacitaan bangsa Yehuda juga menjadi kesukacitaan Tuhan Allah. Ia ikut bersukacita dan bersorak-sorai karena kegirangan yang dialami umat-Nya (Ay. 17). Sorga dan bumi dipenuhi sukacita sorgawi menjadi tanda bahwa anugerah keselamatan dari Allah telah hadir di antara umat-Nya. Kesukacitaan dan keselamatan itu tidak hanya meliputi suasana hati, tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan. Mereka tidak akan melalukan kelaliman atau berbicara bohong lagi, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tenang (Ay. 13). Tidak akan ada musuh yang mengganggu mereka, tidak ada malapetaka yang mengancam mereka (Ay. 15). Tidak ada lagi kebijakan pemimpin agama yang penuh dusta, sebab kebijakan pemimpin yang lalim diganti kebijakan Tuhan yang adil, benar, dan penuh kasih. Tuhan Allah berkenan memperbarui umat-Nya, dimana nilia-nilai kasih menjadi acuan utama dalam kehidupan bangsa Yehuda. Tuhan Allah menjanjikan bahwa pada saatnya, bangsa Yehuda yang ada di tanah pembuangan, akan dibawa pulang kembali ke tanah perjanjian. Tuhan Allah juga berjanji akan memulihkan kembali bangsa Yehuda (Ay. 20).

Filipi 4 : 4 – 7
Nasihat untuk bersukacita dari rasul Paulus muncul berkali-kali dalam surat kepada jemaat di Filipi ini (1:4, 18, 25; 2:17-18, 28-29; 4:10). Beberapa muncul dalam kalimat pernyataan, beberapa dalam kalimat perintah. Hanya di Filipi 4:4 ini Paulus memberikan perintah untuk bersukacita sebanyak dua kali: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Pengulangan ini jelas menyiratkan sebuah penegasan bahwa seringkali seseorang tidak mampu menemukan alasan untuk bersukacita di tengah situasi yang sulit. Mereka perlu memiliki alasan dan dorongan yang kuat.

Alasan yang diberikan oleh Paulus untuk bersukacita meskipun dirinya berada di penjara adalah “di dalam Tuhan.” Konsep “di dalam Tuhan” atau “di dalam Kristus” berkali-kali muncul dalam tulisan Paulus. Maknanya cukup beragam. Salah satunya mengarah pada kedaulatan Allah. Paulus menyerahkan rencana dan keyakinannya “di dalam Tuhan” (Fil. 2:19, 24). Jemaat akan mampu berdiri teguh jika berdiri “di dalam Tuhan” (Fil. 4:1). Ketika menerima persembahan dari jemaat, Paulus bersukacita “di dalam Tuhan” (Fil. 4:10). Dia menyadari bahwa Allah yang berdaulat telah menggerakkan jemaat Filipi untuk memberi. Jadi, kita perlu mengingat bahwa sumber sukacita kita adalah kedaulatan TUHAN atas segala keadaan.

Setelah rasul Paulus menyampaikan nasihat tentang sukacita kepada jemaat Filipi, ia selanjutnya membahas tentang kekhawatiran. Kata kerja “khawatir” (merimnaō) pada dirinya sendiri tidak selalu mengandung arti yang negatif. Kata ini bisa berarti negatif (“memikirkan suatu kepentingan”; concern) atau positif (“merasa khawatir”; worry). Timotius dipuji oleh Paulus karena memikirkan kepentingan (merimnaō) Jemaat Filipi. Yang jadi masalah adalah jika kadar memikirkan kepentingan ini berlebihan, di situ telah terjadi perubahan dari “perhatian” (concern) menjadi “kekhawatiran” (anxiety). Kekhawatiran perlu diwaspadai dan dilawan. Paulus memberikan cara untuk menaklukkan kekhawatiran: “Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (4:6b). Paulus mengajarkan bahwa berdoa tidak identik dengan memohon. Doa lebih luas daripada sekadar memohon. Itulah sebabnya Paulus membedakan antara “dalam doa” dan “dalam permohonan.” Doa bukan hanya tentang permohonan, tetapi membangun hubungan. Bersandar, bukan penyampaian tuntutan. Di dalam doa kita menyatakan segalanya (“dalam segala hal”), bukan hanya permohonan. Kita bisa sekadar mencurahkan isi hati kepada Allah. Kita bisa menikmati pembicaraan dengan Dia.

Lukas 3 : 7 – 18
Pada bagian ini Yohanes Pembaptis tampil secara lebih jelas dalam menyampaikan seruan profetisnya. Dalam ayat 7-14, Yohanes menyerukan semakin mendekatnya pengadilan ilahi dan pentingnya pertobatan. Warisan religius sebagai anak atau keturunan Bapa Abraham tidak menjamin orang lolos dalam pengadilan ilahi, sehingga jalan terbaik untuk menghadapi pengadilan ilahi adalah melakukan pertobatan.
Banyak orang yang datang untuk mendengarkan pewartaan Yohanes dan juga untuk dibaptis olehnya. Kedatangan banyak orang untuk minta dibaptis itu menjadi kesempatan bagi Yohanes untuk menyatakan seruan kenabiannya. Yohanes mewartakan bahwa murka Allah yang sudah ditentukan itu akan segera datang (Ay. 7). Situasi kritis ini digambarkan oleh Yohanes dengan kapak yang sudah tersedia pada akar pohon dan siap menebang setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik.

Apakah yang dimaksud oleh Yohanes dengan murka yang akan datang itu? Lukas dua kali mengunakan kata “murka” (orge), yakni dalam ayat ini dan di Lukus 21:23. Keduanya menunjuk pada pernyataan murka Allah pada masa yang sudah ditentukan. Apakah ia menghubungkannya dengan pernyataan tentang hari Tuhan seperti dinyatakan dalam Yes. 13:9; Zef. 1:14-16; Yeh. 7:19? Ketidakjelasan jawaban akan pertanyaan ini juga dikarenakan sedikitnya penggunaan konsep ini dalam Injil Lukas. Tetapi satu hal yang harus dicatat ialah bahwa Yohanes menempatkan pewartaannya dalam konteks eskatologi yang lazim dimengerti oleh orang-orang Israel. Mereka mengerti bahwa pada waktu yang sudah ditentukan oleh Allah sendiri, Allah akan datang untuk membuat perhitungan dengan manusia. Mereka yang tidak menghasilkan kebaikan akan dihukum-Nya.

Tidak seorangpun bisa menghindar dari murka Allah itu. Mereka yang menyatakan diri sebagai keturunan Abraham pun tidak akan luput dari murka itu. Bagaimana orang bisa menghadapi murka Allah itu? Jawaban yang ditampilkan oleh Yohanes adalah melalui jalan pertobatan. Pertobatan itu konkret dalam hidup sehari-hari, tidak terlepas dari pekerjaan mereka sehari-hari. Apa yang harus diperbuat ialah membagi pakaian dengan mereka yang tidak punya, membagi makanan dengan mereka yang kelaparan, tidak mengambil lebih banyak dari apa yang seharusnya, tidak merampas dan memerah, serta mencukupkan diri dengan upah yang diterima.

Dalam ayat 15-18, pewartaan Yohanes tentang kedatangan pengadilan ilahi (Ay. 7-9) secara alamiah akan memunculkan pertanyaan mengenai kedatangan Mesias dan saat kedatangan itu sudah dekat. Orang-orang yang menanti dan berharap, mulai bertanya-tanya dalam hatinya kalau-kalau Yohanes adalah Mesias. Yohanes tidak menjawab pertanyaan orang-orang tersebut tentang dirinya. Ia justru mewartakan Dia yang akan datang, dan baptisan dengan Roh Kudus dan api yang akan Dia bawa. Dia yang akan datang lebih besar dari Yohanes sendiri, membuka tali kasut-Nya pun ia merasa tidak layak. Dan kembali ia menekankan perlunya pertobatan karena alat penampi sudah ada di tangan Allah. Gandum akan dikumpulkan di lumbung sedang jerami akan dibakar-Nya dalam api yang tidak akan terpadamkan.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Sukacita besar dirasakan oleh bangsa Yehuda ketika Allah membebaskan mereka dari tanah pembuangan. Sukacita itu juga dirasakan oleh setiap orang yang telah dibaptis dan bertobat, karena telah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan, dibebaskan dari belenggu dosa. Tentunya tidak ada alasan lain yang lebih utama bagi manusia untuk bersukacita selain karena pembebasan yang dilakukan oleh Allah. Namun perasaan sukacita dalam menyambut anugerah Allah ini tidak boleh menjadikan orang terlena, sehingga lupa bahwa pertobatan dan baptisan harus membawa buah-buah kebaikan (semangat berbagi kepada mereka yang membutuhkan, jangan menagih lebih banyak dari yang telah ditentukan, jangan merampas milik orang lain) dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian ketika kelak masa penampian atau pengadilan Tuhan datang, orang tersebut akan ditempatkan seperti bulir-bulir gandum dalam lumbung, bukan seperti jerami yang dibakar dalam api yang tak terpadamkan.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Ketika memasuki bulan Desember pada umumnya umat Kristen bersukacita karena menyambut natal. Tanda rasa sukacita itu ditunjukan dengan adanya hiasan natal di rumah, kantor, pertokoan, mal, dan yang tidak ketinggalan gedung gereja. Selain itu, tanda sukacita menyambut natal juga seringkali bisa kita lihat dari kesibukan orang-orang dalam mempersiapkan makanan atau jajanan untuk suguhan. Banyak juga yang berbelanja baju baru, untuk menyempurnakan penampilan mereka supaya semakin oke. Selanjutnya yang tidak boleh ketinggalan adalah latihan-latihan drama, paduan suara, dan latihan lainya untuk persiapan perayaan natal. Pokoknya menjelang natal semua orang disibukan dengan berbagai macam persiapan ataupun kegiatannya masing-masing.

Sadarkah bahwa sebenarnya berbagai macam persiapan untuk menyambut natal tadi belumlah lengkap, mengapa demikian? Ya, karena persiapan yang dilakukan tersebut fokusnya seringkali hanya pada pernak-pernik natal saja, bahkan seringkali hanya pada diri sendiri. Sangat mungkin persiapan ini dilakukan hanya untuk mendapatkan kepuasan diri semata, dipuji orang lain karena dipandang mampu mempersiapkan segala sesuatunya dengan hebat. Memang tidak salah jika dalam rangka menyambut natal persiapannya dilakukan dengan baik. Namun sudahkah kita renungkan, bahwa sebenarnya dalam persiapan tersebut seringkali ada bagian yang dilupakan, padahal seharusnya menjadi bagian utama ketika kita mempersiapkan natal, apakah itu? Ya seruan Yohanes Pembaptis ketika mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus, yaitu pertobatan dan baptisan.

Isi
Kisah perjalanan umat pilihan memang tidak mudah, ada kalanya mereka harus mengalami masa-masa sulit, terlebih ketika mereka dalam masa pembuangan. Namun berkat pertolongan Tuhan Allah, mereka dibebaskan dari tanah perbudakan. Melalui nubuatnya Zefanya menyerukan berita keselamatan kepada bangsa Yehuda. Setiap umat yang berharap kepada Tuhan Allah tidak akan lagi hidup dalam ketakutan dan kesedihan. Mereka akan hidup dalam sukacita yang besar bersama Allah, sebab Tuhan Allah senantiasa menolong mereka yang lemah dan tidak berdaya. Tuhan Allah akan mengubah dan memperbarui mereka dalam kasih-Nya. Perbaharuan inilah yang mengubah tingkah laku mereka, mereka yang semula bangsa yang memberontak menjadi orang-orang yang setia kepada Tuhan Allah dan ketetapan perintah-Nya. Pembaharuan Tuhan Allah inilah yang mendatangkan pengharapan dan sukacita.

Kesukacitaan dan keselamatan itu tidak hanya meliputi suasana hati, tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan. Mereka tidak akan melalukan kelaliman atau berbicara bohong lagi, mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tenang. Tidak akan ada musuh yang mengganggu mereka, tidak ada malapetaka yang mengancam mereka. Tuhan Allah berkenan memperbarui umat-Nya, dimana nilia-nilai kasih menjadi acuan utama dalam kehidupan umat-Nya. Ia juga menjanjikan pada saatnya, bangsa Yehuda yang ada di tanah pembuangan, akan dibawa pulang kembali ke tanah perjanjian dan keadaan mereka akan dipulihkan.

Seperti yang disampaikan nabi Zefanya kepada Yehuda saat itu, rasul Pauluspun menyampaikan hal yang senada kepada jemaat Filipi, yaitu supaya mereka bersukacita meskipun mungkin sulit menemukan alasan mengapa mereka harus bersukacita. Seperti yang rasul Paulus alami ketika sedang dalam penjara, meskipun dipenjara ia tetap bersukacita. Sebenarnya alasan untuk bersukacita bagi orang percaya seperti dirinya tidak hanya dibatasai oleh kondisi yang dialami saat itu, namun ada alasan yang jauh lebih kuat. Alasan tersebut adalah keyakinan bahwa segala yang terjadi dalam kehidupan manusia merupakan kedaulatan Tuhan, maka Tuhanlah yang berkuasa penuh atas apapun yang manusia alami. Sehingga jangan sampai gampang khawatir ketika menghadapi masalah atau persoalan, melainkan bawalah apa yang menjadi persoalan kita, keinginan kita dalam doa, permohonan, dan ucapan syukur. Dengan demikian maka orang yang percaya kepada Tuhan harus senantiasa bersukacita seperti rasul Paulus, tanpa harus tergantung pada keadaan yang dialami saat itu.

Sukacita itupun harusnya sangat dirasakan oleh setiap orang yang telah bertobat dan dibaptis, karena mereka telah menyerahkan diri sepenuhnya untuk dipimpin dan dikuasai oleh Tuhan Allah. Kehidupan mereka sudah tidak lagi dikuasai oleh dosa, mereka sudah bebaskan dari kejahatan. Namun sebenarnya masih ada yang harus menjadi perhatian selanjutnya, yaitu rasa sukacita ketika seseorang yang bertobat dan dibaptis itu, menampakkan buahnya. Seperti apa yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis bahwa setiap orang yang sudah bertobat dan dibaptis, harus benar-benar hidup sebagai pribadi yang berperilaku baik dan benar. Seperti contoh yang diberikan oleh rasul Yohanes, seorang prajurit, jangan merampas dan jangan memeras, cukupkan dirimu dengan gajimu. Bagi seorang pemungut cukai, janganlah menagih lebih banyak dari yang telah ditentukan. Berilah bantuan kepada orang-orang yang kekurangan supaya mereka bisa makan dan minum.

Yohanes Pembaptis menekankan bahwa perubahan hidup bagi orang-orang yang telah bertobat dan menerima baptisan harus dipenuhi oleh buah-buah kebaikan dan kebenaran. Mengapa orang yang telah bertobat dan menerima Kristus harus hidup dengan cara yang demikian? Supaya kelak ketika masa penampi atau pengadilan Tuhan datang, maka mereka dipandang layak (sebagai seorang yang benar) untuk ditempatkan dalam lumbung-Nya (rumah Bapa), bukan dibakar dalam api kekal yang membara (tempat hukuman).

Penutup
Saat ini kita memasuki Minggu Adven yang ketiga, pastilah kita sudah melakukan persiapan-persiapan baik di rumah maupun di gereja, dengan dekorasi yang menarik, persiapan makanan untuk merayakan natal, latihan paduan suara dan latihan drama. Namun jangan sampai kemudian persiapan-persiapan yang ada menghalangi kita untuk merasakan suka cita, karena sejatinya sukacita itu ada pada kelahiran Sang Juru Selamat, bukan pada ubarampe yang dipersiapan, atau hingar-bingarnya acara. Sukacita yang kita alami dalam menyambut natal juga jangan sampai menjadikan kita lupa keberadaan kita, apakah kita sudah pantas merayakan kelahiran-Nya. Karena untuk menyambut kedatangan Sang Mesias (bukan sekedar memperingati natal), sebagai orang yang sudah bertobat, dibaptis, kita harus senantiasa hidup dalam kebenaran dan kebaikan yang nyata kita lakukan. Jangan sampai kesukacitaan kita menyambut natal membuat kita terlena, dan lupa mempersiapkan diri kita dengan benar. Sehingga nanti ketika Sang Penampi itu datang ke dunia justru kita tidak termasuk orang-orang yang bebas dari hukuman, tetapi termasuk golongan manusia yang pantas untuk dijatuhi hukuman, bagaikan sekelompok sekam yang dibuang dan dibakar.

Selain mempersiapkan acara, konsumsi, dan segala ubarampenya, menyambut natal perlu kita lakukan dengan sungguh dan mendalam, dengan cara kita melakukan perenungan diri. Sebagai orang yang sudah dibaptis, menjadi pengikut Kristus, ”Apakah seluruh hidup kita sudah menunjukkan kepantasan untuk masuk dalam kategori orang yang benar pada saat pengadilan Tuhan?” Dengan demikian hari natal dan kedatangan Tuhan Yesus akan benar-benar membawa sukacita dan damai sejahtera yang seutuhnya, karena kita dipandang layak (sebagai seorang yang benar) ditempatkan dalam lumbung-Nya (rumah Bapa), bukan dibakar dalam api kekal yang membara (tempat hukuman). Amin. [GIK].

 

Pujian: KJ. 87 : 1, 2 Gapura-Mu Lapangkanlah

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pendahuluan
Nalika lumebet wonten ing sasi Desember tiyang-tiyang Kristen ngraosaken suka bingah awit mapak natal. Tanda kabingahan punika dipun tedhahaken kanthi masang hiasan natal wonten ing griya, kantor, pertokoan, mal, lan ugi wonten ing gedung greja. Kabingahan punika ugi saged dipun tinggali saking repotipun tiyang ingkang sami nyawisaken tetedhan lan jajan kangge suguhan para tamu. Kathah ugi ingkang blanja rasukan enggal supados menawi dipun damel mangke katon endah. Saklajengipun ingkang mboten saged dipun tinggal inggih punika latihan paduan suara, drama, ugi latihan senesipun kangge nyawisaken panghargyan natal. Saestu saben tiyang nalika nedengi natal, sedaya sami repot cecawis lan repot nglampahi kegiatanipun piyambak-piyambak.

Sejatosipun punapa kita punika sadar bilih sedaya ingkang kita cawisaken kangge mapak panghargyan natal punika dereng jangkep, kenging punapa mekaten? Awit pacawisan kalawau asring ngeneripun namung babagan ubarampe natal kemawon, malahan asring ngeneripun namung dhateng dhiri pribadi. Saged kemawon cawisan punika dipun lampahi namung kangge gayuh kemareman dhiri pribadi kemawon, awit dipun gunggung dening tiyang sanes saged nyawisaken natal kanthi sae. Pancen mboten lepat, lan kedahipun mekaten anggenipun mapak natal kanthi cecawis ingkang sae lan estu. Ananging punapa kita sampun ngangen-angen bilih ing cawisan kalawau wonten prekawis ingkang kelalen, mboten kita lampahi, prekawis ingkang gati, punapa punika? Inggih punika prekawis ingkang dipun dawuhaken dening Yokanan Pambaptis wekdal mapak rawuhipun Gusti Yesus, inggih punika pamratobat saha baptisan.

Isi
Lampah gesangipun bangsa Yehuda mboten gampang, kadangkala ngalami kahanan ingkang ewet, mliginipun wekdal wonten ing pambuwangan. Ananging awit pitulunganipun Gusti Allah bangsa Yehuda punika dipun uwalaken minangka batur tukon ing negari manca. Lumantar nubuat nabi Zefanya ingkang martosaken kabar kawilujengan, bangsa Yehuda kagungan pengajeng-ajeng malih bilih Gusti Allah badhe mitulungi, mboten wonten malih raos ajrih lan sedhih. Bangsa Yehuda badhe ngalami gesang kebak kabingahan sinarengan Gusti Allah, karana Gusti Allah karsa mitulungi para umat ingkang ringkih tanpa daya. Panjenenganipun badhe ngowahi lan ngenggalaken para umat-Ipun srana katresnan-Ipun. Bangsa Yehuda ingkang waunipun mbrontak dhumateng Gusti, mangke badhe dados bangsa ingkang setya tuhu dhumateng Gusti Allah saha netepi sadaya titah-titah-Ipun. Punika ingkang dadosaken kabingahan ageng.

Kabingahan lan kawilujengan punika mboten namung karaosaken ing manah kemawon ananging ugi karaosaken ing sadaya aspek pigesangan. Bangsa Yehuda mboten badhe tumindak awon malih, mboten badhe goroh malih. Bangsa punika kados mendha ingkang nedha suket lan leyeh-leyeh kanthi ayem. Mboten wonten mengsah ingkang badhe ngganggu, mboten wonten mara bahaya ingkang ngancam awit Gusti Allah karsa ngenggalaken gesang umat-Ipun. Ing ngriku katresnan dados nilai ingkang utami salebeting gesang umat-Ipun. Gusti Allah ugi prajanji, ing titi wancinipun bangsa Yehuda ingkang wonten tanah pambucalan badhe kabekta wangsul dhateng tanah prajanjian lan kapulihaken malih kahananipun.

Kados punapa ingkang dipun dawuhaken dening nabi Zefanya dhumateng bangsa Yehuda, rasul Paulus ugi dawuh prekawis ingkang sami dhumateng pasamuan ing Filipi supados sami suka bingah, senaosa kados-kados mboten wonten alasan kangge sukabingah. Kados punapa ingkang dipun alami wekdal piyambakipun wonten ing pakunjaran, senaosa dipun kunjara ananging tetep sukabingah. Sejatosipun kangge tiyang pitados kados piyambakipun, raos bingah punika mboten namung dipun watesi kaliyan kahanan ingkang dipun raosaken, ananging wonten alasan ingkang sejatosipun langkung kiyat. Sabab punika minangka wujud kapitadosan kita bilih sedaya ingkang kelampahan wonten ing gesanging manungsa punika Gusti Allah ingkang kagungan wewenang. Pramila Gusti Allah ingkang kagungan kuwasa tumrap punapa ingkang manungsa alami. Sampun ngantos gampang kuwatos nalika ngadepi masalah, mangga kita beta masalah kita, pepinginan kita ing pandonga, panyuwunan lan panuwun. Kanthi mekaten tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti Allah kedahipun tansah sukabingah kados rasul Paulus, tanpa gumantung kaliyan kahanan ingkang dipun alami.

Kabingahan punika ugi dipun raosaken dening saben tiyang ingkang sampun mratobat lan nampi tanda baptis, awit sampun masrahaken dhirinipun kanthi utuh supados dipun pimpin lan dipun kuwasani dening Gusti Allah. Gesangipun sampun mboten dipun kuwasani dosa malih, awit sampun dipun uwalaken saking pangawak dursila. Ananging selajengipun taksih wonten ingkang kedah dipun gatosaken, inggih punika kabingahan ingkang ageng minangka tiyang ingkang sampun mratobat lan dipun baptis kedah saged ngedalaken uwoh. Kados ingkang dipun dawuhaken dening Yokanan Pambaptis, bilih saben tiyang ingkang sampun mratobat lan dipun baptis saestu tindak-tandukipun kedah sae lan leres. Kados punapa ingkang dipun dawuhaken dening Yokanan, prajurit sampun ngantos ngrampas lan meres, kabetahan gesangipun kedah saged dipun cekapi kanthi bayaranipun. Juru mupu bea kedah nagih pajek miturut cacah ingkang pas. Paring bantuan tumrap tiyang ingkang kekirangan supados saged nedha lan ngombe.

Yokanan Pambaptis saestu kepingin supados tiyang ingkang sami mratobat lan nampi tanda baptis, gesangipun kebak uwoh, tumindak ingkang sae lan leres. Kenging punapa tiyang ingkang sampun mratobat lan nampi Sang Kristus kedah gesang kanthi mekaten? Supados mangke ing wekdalipun Gusti napeni utawi ngadili, saben tiyang ingkang lampah gesangipun leres lan dipun pandang pantes, manggen wonten ing lumbung (dalemipun Sang Rama), sanes dipun obong wonten ing geni ingkang mobal-mobal (papan paukuman).

Panutup
Samangke kita sampun lumebet Minggu Adven kaping tiga, mestinipun ing griya lan ugi ing greja kita sampun cecawis, kanthi dekor ingkang endah, nyawisaken tetedhan, latihan paduan suara, lan latihan drama kangge natal. Ananging anggen kita cecawis punika sampun ngantos ngalang-ngalangi kita ngrasoaken kabingahan, awit kabingahan ingkang sejati punika wonten ing prastawa wiyosipun Sang Juru Wilujeng, sanes wonten ing ubarampe lan ramenipun acara. Kabinggahan kita ingkang ageng sampun ngantos dadosaken kita kesupen nitipriksa dhiri, punapa kita sampun pantes mapak rawuhipun Gusti Yesus? Awit kangge mapak rawuhipun Sang Mesias (mboten namung mengeti panghargyan natal), kita minangka tiyang ingkang sampun mratobat, sampun dipun baptis kedah gesang kanthi trep kaliyan dawuhipun Gusti Allah, saha nindakaken kabecikan ingkang nyata. Sampun ngantos awit kita mapak natal kanthi ngraosaken kabingahan ingkang ageng, lajeng kesupen nyawisaken dhiri, satemah wekdal juru nampi sampun rawuh, kita sanes lumebet tiyang ingkang bebas saking paukuman, ananging malah lumebet tiyang ingkang kedah nampi paukuman, kados sekem ingkang dipun bucal lan dipun obong.

Anggen kita cecawis mapak natal mboten namung nyawisaken acara, konsumsi, lan ubarampenipun, ananging kedah nyawisaken dhiri kanthi temen lan lebet, lumantar anggen kita nitipriksa dhiri. Minangka tiyang ingkang sampun dipun baptis, dados pandherekipun Sang Kristus, punapa sedaya lampah gesang kita sampun pantes, satemah kita lumebet tiyang ingkang bener/sae miturut pangadilanipun Sang Kristus? Kanthi mekaten dinten natal saha rawuhipun Gusti Yesus saestu beta kabingahan ingkang wutuh, awit kita pantes (minangka tiyang ingkang bener) dipun papanaken wonten ing lumbungipun (dalemipun Sang Rama), sanes dipun obong wonten ing geni murup ingkang mboten saged pejah (papan paukuman). Amin. [GIK].

 

Pamuji: KPJ. 246 : 1, 3 Sang Ratu Adil Sejati

Renungan Harian

Renungan Harian Anak