Khotbah Minggu 20 Nopember 2016

8 November 2016

MINGGU KRISTUS RAJA
STOLA PUTIH

 

Bacaan  1        :  Yeremia  23: 1-6
Bacaan  2        :  Kolose 1: 11-20
Bacaan  3        :  Lukas 23: 33-43

Mazmur          :  Mazmur 46

Tema Liturgis  : Tetap Beriman Teguh Walau Berpeluh
Tema Minggu : Tetap Berbuat Kebaikan Walau Menderita

 

Keterangan Bacaan

Yeremia 23: 1-6

Para gembala Yehuda yaitu para raja, imam, dan nabi harus bertanggung jawab atas terjadinya bencana dan malapetaka ini (1-2). Sebab penghukuman itu datang karena mereka gagal menjadi gembala yang baik. Mereka tidak hanya membiarkan kambing dombanya tersesat, tetapi menggiring mereka untuk menjalani hidup yang sesat dan tercela di hadapan Allah. Mereka harus bertanggung jawab atas hancurnya negara Yehuda. Allah tidak dapat lagi mempercayai para pemimpin yang tidak bertanggung jawab (3-4). Ia akan mengambil alih peran mereka dengan turun tangan sendiri untuk mengumpulkan kambing domba yang sudah tercerai-berai dan memimpin mereka kembali ke padang.

Tindakan Allah tidak berhenti sampai di sini. Suatu hari Ia akan mengganti para pemimpin yang korup tadi dengan seseorang yang berasal dari keturunan Daud, seorang raja yang bijaksana yang akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri dan akan memberikan keselamatan dan ketentraman kepada Yehuda yang sudah dipulihkan dan diperbaharui (5-7).

Kolose 1: 11-20

Demi kepentingan keselamatan manusia, Allah menyatakan diri-Nya dan mengungkapkan rencana keselamatan itu. Satu-satunya cara untuk menyatakan diri-Nya adalah dalam wujud manusia yang tidak berdosa, yang dapat berhubungan serta berbicara dengan manusia yang berdosa. Dengan demikian kita dapat melihat kemuliaan Allah pada wajah Kristus (ayat 15). Kristus adalah Pencipta dan segala sesuatu adalah ciptaan-Nya termasuk yang tidak dapat dilihat oleh mata, yaitu makhluk-makhluk sorgawi seperti para malaikat, yang melayani Tuhan maupun yang memberontak menjadi iblis dan roh-roh jahat (Ef.6:12). Yesus Kristus sudah ada sebelum segala ciptaan ada. Ia berasal dari kekekalan hingga kekekalan; tidak mempunyai permulaan dan tidak pula mempunyai akhir. Ia adalah Allah (bdk. Yoh.1:1,2).

Hubungan Kristus dengan jemaat diibaratkan dengan kepala dan tubuh. Kristus adalah kepala dan jemaat adalah tubuh. Kepala adalah sumber kehidupan dan mengikat anggota tubuh menjadi satu kesatuan. Kristus hidup untuk selama-lamanya, demikian pun yang akan dialami semua tebusan-Nya. Oleh karena Yesus Kristus disebut sebagai yang sulung dalam kebangkitan-Nya, maka semua tebusan-Nya kelak akan menyusul. Kristus menjadi yang terpenting dan utama dari segala sesuatu, sebab tanpa Dia kita tidak mempunyai harapan (ayat 18).

Kristus dan Bapa adalah satu (bdk. Yoh. 10:30). Apa yang hanya dilakukan oleh Allah dilakukan oleh Yesus Kristus. Segala sesuatu yang terdapat pada diri Allah terdapat juga pada diri Kristus (ayat 19). Dengan perantaraan Kristus, Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Manusia berdosa tidak sanggup dan tidak dapat mendamaikan dirinya sendiri dengan Allah.

Lukas 23: 33-43

Perjalanan ke penyaliban dilukiskan Lukas dengan jelas sekali (ayat 26-32). Perjalanan Yesus ke tempat penyaliban terhenti oleh dua peristiwa. Yesus sudah tidak mampu memikul kayu salib-Nya, sehingga tentara Romawi memaksa seorang bernama Simon yang berasal dari Kirene memikul salib itu (ayat 26). Peristiwa kedua adalah percakapan Yesus dengan perempuan-perempuan (ayat 28-31). Menyusul narasi perjalanan adalah narasi penyaliban (ayat 33-38), narasi dialog dua penjahat dan Yesus (ayat 39-43).

Di tempat penyaliban bernama ‘Tengkorak’ Yesus disalibkan. Bersama Yesus turut disalibkan dua orang penjahat (ayat 33). Meski disalibkan dengan tidak adil Yesus mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Di bukit “Tengkorak” itu tentara-tentara memperebutkan jubah Yesus (ayat 34) dan orang banyak mengolok-olok-Nya (ayat 35-38). Tiga kali olokan yang mengejek ketidakmampuan Yesus menyelamatkan diri sendiri ditujukan kepada Yesus (ayat 35,37,39). Ejekan ketiga datang dari salah seorang penjahat yang turut disalibkan bersama Yesus (ayat 39). Penjahat yang lain menyadari bahwa Yesus disalib meski tanpa kesalahan apapun. Penjahat itu menyadari ketidakadilan yang dialami Yesus sehingga ia menegur penjahat yang mengejek Yesus. Kepada ejekan penjahat yang satunya ia memberi respons yang tegas. Lalu, ia memohon kepada Yesus untuk mengingatnya (ayat 42).

Saat diangkat di atas kayu salib itu, Ia dihina dan dicerca, diperlakukan serendah-rendahnya dengan segala cara yang bisa dipikirkan orang. Betapa mengherankannya melihat kebiadaban seperti itu Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya, tidak merasa prihatin sama sekali, malahan senang melihat tontonan seperti itu. Kemudian, para pemimpin, yang dianggap terhormat dan bermoral karena jabatan mereka, justru ikut ambil bagian dengan komplotan itu, dan mengejek Dia, memberi contoh pada orang-orang di sekeliling mereka untuk berbuat sama, dengan berkata, “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri.”

Tulisan Inilah raja orang Yahudi (ay. 38) ditulis dalam tiga bahasa yang dipelajari orang saat itu, yaitu Yunani, Latin dan Ibrani. Kalimat itu ditulis dalam ketiga bahasa tersebut agar dapat diketahui dan dibaca oleh semua kalangan, tetapi Allah merancangkannya sebagai lambang bahwa Injil Kristus harus dikabarkan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem, dan dibaca dalam segala bahasa. Dalam ketiga bahasa inilah Yesus dinobatkan sebagai raja.

Doa Kristus bagi para musuh-Nya (ay. 34): Ya Bapa, ampunilah mereka. Di dalam doa itu terkandung:

  1. Sebuah permintaan: Ya Bapa, ampunilah mereka. Orang pasti mengira Ia seharusnya berdoa demikian, “Bapa, habisilah mereka.” Dosa yang mereka lakukan ini memang layak untuk tidak diampuni dan tidak pantas mendapat belas kasihan. Namun, mereka malah didoakan supaya diampuni.
  2. Sebuah pembelaan: sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat, sebab jika mereka tahu, mereka tidak akan menyalibkan Dia (1Kor. 2:8). Jika saja mereka tahu apa yang telah mereka perbuat, mereka pasti menyesalinya.

Imam-imam kepala menginginkan supaya Ia disalibkan di antara dua orang penjahat, sebagai salah satu dari antara mereka, namun salah satu penjahat itu justru memiliki kesadaran yang lebih besar dari mereka, dan mengakui bahwa Kristus bukanlah salah satu dari mereka. Dia malah berkata, “Orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”

Berkat istimewa yang diberikan Kristus baginya. Kata Yesus kepadanya “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (ay. 43). Meskipun saat itu Kristus sedang mengalami kesakitan yang luar biasa, Ia masih punya kata-kata penghiburan bagi orang bertobat yang telah menyerahkan dirinya kepada Dia.

Benang Merah 3 Bacaan

            Tuhan Yesus adalah Raja, Mesias, yang menggenapi nubuat Yeremia, yang menyelamatkan domba-domba yang tersesat, yakni orang-orang jahat, dengan penderitaanNya di kayu salib. Walau pun menderita, Dia tetap menyatakan kebaikan kepada semua orang, bahkan yang menyiksaNya.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia

Pendahuluan

Banyak pemimpin yang memikirkan diri sendiri atau keluarga atau kelompoknya serta tidak peduli terhadap penderitaan yang dialami oleh yang dipimpinnya. Bahkan pendukungnya saja (yang menderita) tidak dipedulikannya dengan cukup, apalagi oposisi yang melawannya. Sudah kuat masih memikirkan tambahan kekuatannya. Sudah kaya masih saja berambisi memperkaya diri sendiri tanpa peduli ambisinya memiskinkan yang dipimpinnya. Bahkan tidak sedikit pemimpin, termasuk pemimpin agama yang dianggap terhormat dan bermoral ternyata menyetujui dan bahkan ambil bagian dalam perbuatan yang bertentangan dengan peri kemanusiaan.

Isi

Begitulah yang digambarkan dalam bacaan 1 (Yer. 23: 1-6). Para gembala atau pemimpin bangsa Israel membiarkan domba-domba Allah (rakyat Israel) tersesat, tercerai berai dan hilang. Domba-domba Allah itu dibiarkan dan tidak dipedulikan berada dalam penderitaan dan bahaya. Allah menjadi marah karena perbuatan mereka. Allah tidak percaya kepada para gembala dan pemimpin itu. Karena itu Dia sendiri akan mencari, menyelamatkan dan mengumpulkan mereka. Allah akan mengangkat Raja baru dari keturunan Daud yang akan menyelamatkan domba-dombaNya itu. Nubuat Nabi Yeremia itu kemudian digenapi oleh Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan mereka.

Tuhan Yesus menjadi Raja, Pemimpin yang sangat istimewa. Dia sama sekali tidak memikirkan kebutuhan diri pribadiNya. Segala sesuatu yang dilakukanNya adalah semata-mata untuk kepentingan semua orang dari semua bangsa dan semua kalangan. Semua yang dilakukanNya adalah kebaikan semata untuk keselamatan semua orang, bahkan untuk yang memusuhi dan menyiksaNya sampai disalibkan, juga untuk penjahat yang disalibkan di sisiNya.

Ketika tersiksa karena disalibkan, Dia mendoakan mereka yang menghukum, menyiksa dan yang membuat Dia disiksa dan disalibkan. Mereka didoakan supaya diampuni oleh Allah, sekalipun kebiadaban mereka tidak pantas untuk diampuni. Mereka tidak didoakan supaya dihukum oleh Allah. Yesus tidak berdoa “Bapa, habisilah mereka! Karena mereka telah menghina dan merendahkan otoritas Bapa yang memilih Aku sebagai Mesias, karena mereka menyiksa orang tak bersalah sampai di luar batas peri kemanusiaan.” Tidak begitu doaNya. Tetapi sebaliknya, Dia mengatakan “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Sebab jika mereka tahu, mereka tentu tidak akan menyalibkan Yesus Sang Mesias.

Dalam doaNya itu tercermin kebaikan hati Tuhan Yesus. DoaNya itu mencerminkan bahwa Tuhan Yesus menginginkan perdamaian dan kerukunan antara Allah dengan orang berdosa. Dia tidak menginginkan permusuhan. Dia menginginkan permusuhan diakhiri dan perdamaian diciptakan. Itulah juga yang diinginkanNya dari semua pemimpin di dunia ini, pemimpin yang manapun, pemimpin dalam level atau tingkat yang manapun.

Tuhan Yesus bukan hanya memohonkan kemurahan (pengampunan) dari Bapa, tetapi Dia juga hendak memberikan karunia kepada yang mengakui dan menyesali kejahatan dirinya. KaruniaNya itu dikatakan kepada seorang penjahat yang disalibkan di sisiNya yang mengakui Dia sebagai Raja. Dia berkata kepadanya: “…sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama dengan Aku di dalam Firdaus.” Kata-kata itu pastilah sangat menghibur si penjahat itu. Dalam keadaan tersiksa sekalipun Tuhan Yesus tetap berupaya memberikan penghiburan dan kekuatan serta karunia kepada orang yang sedang dalam kesusahan dan penyesalan. Ini menunjukkan kebaikan dan kemurahanNya yang luar biasa dengan sangat jelas sebagai Raja atau Pemimpin.

Penutup

Kita semua adalah pemimpin. Kalaupun kita bukan pemimpin dalam suatu organisasi atau perkumpulan, kita adalah pemimpin untuk diri kita sendiri. Selain memberikan diri dipimpin oleh orang lain dan oleh Tuhan, diri kita harus kita pimpin sendiri, supaya hidup kita bisa mandiri dan berarti bagi semua ciptaan Tuhan, supaya hidup kita jangan sampai justru membuat orang lain menderita. Sebagai pemimpin dalam level yang manapun, kita diajari oleh Tuhan Yesus dengan apa yang dialamiNya.

  1. Sebagai pemimpin orang lain, kita tidak perlu mencari-cari kenikmatan untuk diri sendiri. Ambisi untuk itu harus dibuang. Tanpa berambisi dan mencari-carinya pun sudah ada yang menyediakan dan akan memberikannya kepada kita, yaitu Tuhan dan orang-orang yang kita pimpin. Kuncinya adalah mempercayai Tuhan dan mempercayai kebaikan hati orang yang kita pimpin.
  2. Selalu berupaya memperjuangkan kedamaian dan kerukunan semua orang, juga berdamai dan rukun dengan diri sendiri (menerima kenyataan dan keberadaan diri sendiri). Berupaya menghapus kebencian dan permusuhan, bahkan sekalipun kita menjadi korban kebencian dan menderita karena dimusuhi.
  3. Menyatakan kebaikan dan kemurahan kepada semua orang, bahkan sekalipun kita sendiri sedang mengalami penderitaan. Kita berikan penghiburan dan penguatan kepada orang yang sedang dalam kesusahan dan penderitaan.

Dengan begitulah sungguh kita bisa mengalami hidup mandiri dan menjadi berkat bagi semua ciptaan Allah. Amin. [st]

Nyanyian: KJ 76: 1, 2/ 413: 1, 2.

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Bebuka

Kathah pemimpin ingkang namung mikiraken dhiri pribadi utawi kulawarga utawi golonganipun piyambak sarta boten maelu dhateng kasangsaran ingkang dipun alami dening ingkang dipun pimpin. Malah pendukungipun kemawon (ingkang saweg ngalami rakoasing gesang) boten dipun gatosaken kanthi murwat, menapa malih klompok oposisi ingkang boten nyengkuyung piyambakipun. Sampun kiyat pangrehipun, nanging taksih ngupadi tambahing kakiyatanipun. Sampun sugih mbrewu, nanging taksih ngaya mburu kadonyan tanpa maelu ambisinipun njalari tiyang-tiyang ingkang kapimpin dados saya miskin. Malah boten sekedhik pemimpin, kalebet pemimpin agami ingkang kaanggep kinurmatan lan mursid/ saleh, jebul nyarujuki lan malah ndherek cawe-cawe ing tumindak ingkang cengkah kaliyan pri kamanungsan.

Isi

Inggih mekaten menika ingkang kagambaraken ing waosan kita ingkang kapisan dinten menika (Yer. 23: 1-6). Para pangen utawi pimpinaning bangsa Israel ngetogaken utawi ngèndelaken menda-mendanipun Gusti Allah (para umat Israel) sami ketriwal, kocar-kacir lan ical. Para menda menika dipun kèndelaken lan boten dipun gagas kasangsaran lan bebayanipun ingkang ngancam. Gusti Allah dados duka sanget karana patrapan para pangen utawi pimpinaning bangsa pilihanipun menika. Gusti Allah boten pitados dhateng para pangen lan pimpinaning bangsa menika. Karana saking menika, Gusti Allah pribadi badhe ngupadi, nylametaken lan ngempalaken malih para menda menika. Gusti Allah badhe miji Ratu enggal tedhakipun Prabu Dawud ingkang badhe milujengaken menda-mendanipun menika. Pamecanipun Nabi Yeremia menika lajeng dipun sranani (digenapi) dening Gusti Yesus Kristus ingkang rawuh ing donya milujengaken sagung umat manungsa.

Gusti Yesus dados Ratu lan Pimpinan ingkang elok sanget. Panjenenganipun babar pisan boten menggalih kabetahaning dhiri pribadinipun. Samukawis ingkang katindakaken namung sawantah kagem kapentingan lan kabetahaning sedaya tiyang saking sedaya bangsa lan sedaya drajat lan pangkat. Samukawis ingkang dipun tindakaken namung sawantah kagem kasaenan lan kawilujenganipun sedaya tiyang, malah ugi kagem tiyang-tiyang ingkang sengit lan nyiksa mulasara Panjenenganipun ngantos kasalib, ugi kagem durjana ingkang kasalib ing sisihipun.

Nalika kelaran karana kasiksa lan kapaku asta lan ampeyanipun ing kajeng salib sarta kagantung, Panjenenganipun ndongakaken tiyang-tiyang ingkang ngukum, mulasara lan ingkang njalari Panjenenganipun kasiksa sinalib. Tiyang-tiyang menika kadongakaken supados dipun apunten dening Allah Sang Rama, nadyan patrapipun tiyang-tiyang menika boten patut ingapunten. Tiyang-tiyang menika boten dipun dongakaken supados dipun tumpes kemawon dening Allah. Gusti Yesus boten ndedonga: “Rama, mugi Paduka tumpes kemawon tiyang-tiyang duraka menika, karana tiyang-tiyang menika sami nyawiyah lan ngasoraken purba wasesa Paduka miji Kawula minangka Sang Mesih, karana sampun sami nyiksa tiyang ingkang boten gadhah kalepatan ngantos medal saking watesing pri kamanungsan.” Boten mekaten pandonganipun. Kosokwangsulipun, Gusti Yesus malah matur: “Rama, mugi Paduka ngapunten tiyang-tiyang menika, karana boten mangertos menapa ingkang dipun tindakaken.” Awit menawi tiyang-tiyang menika mangertos, mesthi boten badhe nyalib Gusti Yesus Sang Mesih.

Ing pandonga menika kacihna kasaenan lan kautamaning budinipun Gusti Yesus. Pandonganipun menika nedahaken bilih Gusti Yesus ngersakaken karukunan lan katentreman ing sesambetanipun Gusti Allah kaliyan manungsa dosa. Panjenenganipun boten ngersakaken memengsahan lan pasulayan. Panjenenganipun ngersakaken supados memengsahan lan pasulayan dipun pungkasi lan karukunan cinipta. Lah bab menika ugi ingkang dipun kersakaken dening Gusti saking sedaya pimpinan ing donya menika, pimpinan ingkang pundia kemawon, pimpinan ing trap ingkang pundia kemawon.

Gusti Yesus boten namung nyuwunaken kamirahan (pangapunten) saking kang Rama, nanging Panjenenganipun ugi arsa maringaken kanugrahan dhateng tiyang ingkang ngakeni lan nlangsani kadurakanipun. Kanugrahanipun menika dipun ucapaken dhateng durjana ingkang kasalib ing sisihipun ingkang ngakeni Panjenenganipun minangka Ratu. Panjenenganipun dhawuh: “satemen-temene dina iki uga sira bakal bebarengan karo Ingsun ing Pirdus.” Dhawuhipun Gusti Yesus menika tamtu dados panglipur ingkang ageng dhateng si durjana menika. Ing kawontenan ingkang klaran, siniksa menika Gusti Yesus tetep mbudidaya paring panglipur lan kakiyatan sarta kanugrahan dhateng tiyang ingkang saweg nandhang kasisahan lan panalangsa. Menika nedahaken kanthi cetha sanget kasaenan lan kamirahanipun ingkang linangkung minangka Ratu lan Pimpinan.

Panutup

Kita sedaya menika pimpinan. Menawi kita sanes pimpinan ing satunggaling pakempalan, kita menika pimpinan kangge dhiri kita piyambak. Kejawi masrahaken dhiri kapimpin dening tiyang sanes lan dening Gusti, kita kedah mimpin dhiri kita piyambak, supados gesang kita saged mandiri dan berarti tumrap sedaya titahipun Gusti, supados gesang kita sampun ngantos njalari tiyang sanes sangsara lan rekaos. Minangka pimpinan ing trap ingkang pundia kemawon, kita dipun wulang dening Gusti Yesus kanthi menapa ingkang dipun alami piyambak.

  1. Minangka pimpinanipun tiyang sanes, kita boten pantes ngupadi kanikmatan kagem dhiri pribadi. Ambisi ingkang mekaten menika kedah dipun bucal. Tanpa nggadhahi ambisi lan ngupadi kemawon, kanikmataning berkah menika sampun wonten ingkang nyawisaken lan mesthi badhe kaparingaken dhateng kita, nggih menika Gusti lan tiyang-tiyang ingkang kita pimpin. Paugeranipun nggih menika kita pitados dhumateng sih kamirahanipun Gusti lan pitados dhateng kasaenanipun tiyang-tiyang ingkang kita pimpin.
  2. Tansah mbudidaya maujuding katentreman lan karukunanipun sedaya tiyang, lan ugi rukun kaliyan dhiri kita pribadi (nrima kasunyatan lan kawontenaning dhiri pribadi). Mbudidaya mbucal raos sengit lan memengsahan, nadyan kita dados kurban raos sengit lan ngalami sangsara karana dipun mungsuhi.
  3. Mujudaken kasaenan lan kamirahan dhateng sedaya tiyang, nadyan kita piyambak saweg ngalami rekaos lan sangsara. Kita atur panglipur lan kakiyatan dhateng tiyang ingkang saweg nandhang kasisahan lan kasangsaraning gesang.

Kanthi mekaten, saestu kita saged galami gesang ingkang mandiri lan dados berkah tumrap sedaya titahipun Allah. Amin. [st]

Pamuji: KPK 85: 1, 2.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak