MINGGU BIASA 33
STOLA PUTIH
Bacaan 1 : Maleakhi 4: 1-6
Bacaan 2 : 2 Tesalonika 3: 6-13
Bacaan 3 : Lukas 21: 5-19
Mazmur : Mazmur 98
Tema Liturgis : Tetap Beriman Teguh Walau Berpeluh
Tema Minggu : Bersaksi di Tengah Keadaan Tidak Baik
Keterangan Bacaan
Maleakhi 4: 1-6
Gambaran Hari Tuhan yang mengerikan begitu dominan, sehingga setiap orang berusaha luput dari hari yang menakutkan itu. Maleakhi mengungkapkan hari itu sebagai hari tanpa pengharapan bagi orang-orang fasik. Hari itu menyala seperti perapian, dan semua orang fasik seperti jerami yang terbakar habis (ayat 1). Akan tetapi, sisi lain dari Hari Tuhan ialah hari sukacita dan bahagia bagi orang yang takut akan Tuhan (ayat 2). Pada hari itu, orang benar bersukacita dan berpesta karena orang jahat dikalahkan dan orang fasik tidak mendapat tempat lagi di bumi (ayat 3).
Perjalanan kebenaran yang panjang dan berliku-liku karena selalu mendapat hambatan dan rintangan, kini memasuki masa-masa yang bahagia. Itulah pengharapan setiap orang yang memperjuangkan kebenaran. Hari Tuhan menanamkan benih-benih pengharapan bagi orang benar yang frustrasi melihat kejahatan dan kefasikan yang mendominasi seluruh bidang kehidupan. Hari Tuhan memberikan ketegaran dan kekuatan bagi setiap orang yang mencintai Tuhan dan tekun dalam pekerjaan-Nya (ayat 4). Memperjuangkan kebenaran di jalan Tuhan memang berat, tetapi menyukakan hati sebab orang tersebut sedang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan kekal. Hal ini seperti benih yang ditabur hari ini, kendati banyak kendala dan tantangan, akan membuahkan buah-buah segar di hari esok. Nubuat mengenai Hari Tuhan didahului dengan datangnya Nabi Elia yang akan mempersiapkan hati orang untuk bertobat menyambut Hari Tuhan tersebut (ayat 5-6).
2 Tesalonika 3: 6-13
Paulus mendengar tentang kelakuan anggota-anggota jemaat yang kalau dibiarkan dapat memberikan dampak kehidupan persekutuan yang terganggu. 1) Ada dari mereka yang tidak melakukan pekerjaannya: menganggap bahwa Hari Tuhan telah dekat sehingga tidak perlu bekerja lagi; mungkin juga memanfaatkan kebaikan anggota gereja yang lain. Apapun alasannya, sikap demikian tidak sehat dan dicela oleh Paulus. 2) ada dari mereka yang tidak mau mende-ngarkan ajaran (Kristus melalui Paulus) yang telah disampaikan kepada jemaat.
Nasihat Paulus adalah agar jemaat menjauhi mereka yang bermasalah. Mereka yang tidak bekerja harus diberitahukan bahwa mereka harus bekerja dan tidak menggantungkan keperluan makan mereka kepada orang lain. Paulus memakai dirinya sebagai teladan. Ia dan Silas sebenarnya dapat mengklaim makanan dari jemaat, namun mereka melakukan tugas (sampingan) sendiri. Jemaat juga dinasihatkan agar melakukan kebaikan tanpa jemu. Sikap Paulus terhadap mereka yang tidak menerima ajaran itu tegas sekali. Mereka sebaiknya tidak diajak bergaul. Ini dilakukan untuk menjaga keteguhan sikap jemaat sendiri.
Lukas 21: 5-19
Murid-murid Yesus yang berada di Bait Allah kagum ketika mengamati kemegahan bangunan tersebut (5). Mungkin terbersit kebanggaan dalam hati mereka sebagai seorang Israel. Namun Yesus memperingatkan bahwa Bait Allah yang merupakan pusat ibadah orang Israel dan menjadi lambang kehadiran Allah, suatu saat akan hancur (6). Para murid tampaknya mengira bahwa itu terjadi karena Yesus akan datang untuk menggenapi kemesiasan-Nya. Maka Ia menegur mereka untuk tidak terlalu cepat mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua kali. Mereka juga harus waspada agar tidak sampai disesatkan oleh mesias palsu yang mengklaim bahwa mereka adalah Mesias (Kristus, orang yang diurapi Allah secara khusus) dan menyatakan bahwa akhir zaman akan segera tiba (8-9).
Lalu Ia menjabarkan peristiwa yang akan terjadi sebelum kehancuran Bait Allah dan Yerusalem (10-11). Sebelumnya, para murid akan mengalami penganiayaan (12). Uniknya, kesesakan itu justru menjadi kesempatan bagi para murid untuk bersaksi tentang Mesias (13). Dalam situasi sulit demikian mereka tidak perlu kuatir, sebab Yesus akan menolong (14-15). Iman mereka pada Yesus memang akan membuat keluarga, bahkan semua orang memusuhi mereka. Beberapa orang mungkin akan mati martir (16). Tetapi semua itu tidak akan dapat memisahkan mereka dari Allah. Tidak ada yang dapat terjadi atas mereka di luar kehendak-Nya (18). Bila mereka tetap bertahan dalam iman, maka mereka akan tetap hidup meskipun mereka sudah mati (19).
Benang Merah 3 Bacaan
Ketiga bacaan berbicara Hari Tuhan, hari penghakiman, kedatangan Kristus yang kedua kali. Mendahului Hari Tuhan itu, orang-orang yang percaya dan mengasihi Tuhan akan mengalami penderitaan. Tetapi penderitaan itu bisa menjadi kesempatan untuk bersaksi dengan hidup yang tertib dan sukacita.
—
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Ada orang-orang yang mengaku dan mengatakan bahwa dia mengetahui apa yang bakal terjadi. Tetapi kenyataannya, apa yang dikatakannya bakal terjadi, ramalannya, tidak terjadi. Kemudian, orang itu meralat ramalannya. Sudah diralat pun ternyata tidak atau belum terjadi juga. Jadi ramalannya itu hanya mbujuki, kosong saja, bohong. Ada yang meramalkan bahwa kedatangan Yesus yang kedua kali akan terjadi di akhir tahun 1999 atau tepat tahun 2000. Ada lagi yang meramalkannya tahun 2012. Dan abad-abad sebelumnya juga sudah ada yang meramalkannya. Tetapi sekarang, tahun 2016, ternyata Dia belum datang juga. Ah, ternyata ramalan mereka semua kosong, bohong. Jangan percaya sama ramalan manusia! Sebab, karena keterbatasannya, manusia tidak mungkin bisa mengetahui apa yang bakal terjadi. Bahkan tidak ada seorang pun yang tahu pasti apakah dia atau kita masih akan melihat matahari besok pagi.
Isi
Tuhan Yesus mengetahui apa yang bakal terjadi. Dia tahu apa yang bakal dialami oleh murid-muridNya. Dia dapat mengatakan apa yang bakal terjadi itu kepada murid-muridNya, termasuk apa yang bakal mereka alami itu. Tentu kemampuanNya itu sangat penting untuk diperhatikan dan disyukuri. Sebab dengan begitu, para murid bisa mempersiapkan diri menghadapi kenyataan itu dan tidak terkejut ketika hal itu terjadi dan mereka alami. Semua yang Dia katakan itu kemudian benar-benar terjadi, benar-benar mereka alami. Pengalaman mereka itu disaksikan di dalam kitab Kisah Para Rasul tentang bagaimana mereka mengalami penganiayaan.
Kesulitan, kesusahan dan kesengsaran murid-murid Tuhan Yesus itu menjadi kesempatan mereka untuk bersaksi kepada semua orang tentang Tuhan Yesus dengan seluruh karya dan firmanNya. Mereka dan juga kita diharuskan bersaksi (Yoh. 15: 27). Mereka dan kita tahu bahwa kita harus bersaksi. Tetapi kadang-kadang atau bahkan sering orang percaya tidak mudah mendapat kesempatan yang baik untuk bersaksi. Tentu kesempatan selalu ada, namun orang percaya kesulitan untuk memulai kesaksiannya. Karena, kesempatan itu tidak atau kurang baik untuk bersaksi. Tetapi kadang ketika kesempatan yang baik itu ada, orang percaya tidak bisa, tidak mau atau tidak berani bersaksi.
Kesulitan, kesusahan dan penderitaan tentu adalah keadaan yang tidak baik, termasuk bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Keadaan seperti itu bisa membuat orang percaya kehilangan gairah iman dan rohani, bahkan bisa membuat iman dan rohani orang percaya mati atau tidur. Keadaan seperti itu bisa dengan mudah membuat orang percaya bingung dan gelisah memikirkan diri sendiri. Keadaan seperti itu bisa membuat orang percaya kehilangan semangat untuk melakukan pekerjaan, seperti yang dialami oleh warga jemaat Tesalonika. Keadaan tidak baik itu malah bisa mematikan semangat orang percaya untuk bersaksi.
Tetapi sebaliknya, kesulitan, kesusahan dan penderitaan itu bisa menjadi kesempatan yang baik untuk bersaksi. Orang percaya bisa bersaksi bahwa keadaan tidak baik itu memang sudah dikatakan oleh Tuhan Yesus sebelum semuanya terjadi, menyaksikan bahwa Tuhan Yesus mengetahui apa yang bakal terjadi. Jika orang percaya bisa bertahan dalam kemantapan imannya dan semangat rohaninya, ketenangan hidupnya karena keyakinannya kepada campur tangan Tuhan, maka orang dapat melihat betapa maha kuat dan kuasa serta kasihnya Tuhan Yesus itu. Jika orang percaya tidak takut terhadap keadaan tidak baik itu dan bahkan berani berkata tentang sikapnya, orang akan percaya betapa Roh Kristus membimbing, menghibur dan menguatkan orang yang percaya kepadaNya. Apalagi jika orang percaya bisa tetap bersukacita dalam keadaan tidak baik itu, seperti yang dikatakan dalam bacaan 1 (Mal. 4: 2b).
Penutup
Tentu saja tidak mudah untuk bisa bersaksi di tengah keadaan yang tidak baik. Namun sejarah dari dulu hingga sekarang membuktikan bahwa orang-orang percaya bisa melakukan itu. Mestinya kita sekarang juga bisa bersaksi di tengah keadaan yang tidak baik. Kita pasti bisa melakukan itu asal kita tidak hanya mau enaknya hidup saja, hanya menginginkan berkat Tuhan saja, asal kita selalu sadar bahwa mengikut Dia memang harus memikul salib setiap hari, asal kita beriman teguh kepada Tuhan Yesus. Kita perlu meyakini sepenuhnya bahwa Tuhan, karena kasih sayangNya, pasti memperhatikan, menghibur, menguatkan dan menolong kita dari dalam keadaan yang tidak baik.
Keadaan tidak baik yang kita alami mungkin saja karena keras dan kejamnya dunia (masyarakat, tempat dan rekan kerja), mungkin karena keadaan alam lingkungan yang rusak, mungkin karena kondisi tubuh kita yang tidak sehat. Ketika keadaan tidak baik itu menimpa kita, mari kita ingat dan yakini bahwa Tuhan, karena kasih sayang dan dengan kuasaNya, pasti memperhatikan, menghibur, menguatkan dan menolong kita. Damai tentramlah hati kita dan sukacitalah hidup kita karena kasih sayang dan kuasaNya. Keagungan dan mulianya kasih, karya, kuasa dan kehendakNya itulah yang mari kita saksikan kepada semua orang di tengah keadaan yang tidak baik. Dimuliakan dan dimasyhurkanlah namaNya. Amin. [st]
Nyanyian: KJ 264: 1-3/ 46: 1, 2/ Kid. Kontekstual 150.
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Bebuka
Wonten sawatawis tiyang ingkang ngaken lan criyos bilih piyambakipun “weruh sadurunge winarah”, tegesipun nyumurpi menapa ingkang badhe kelampahan. Nanging nyatanipun, menapa ingkang dipun cariyosaken badhe kelampahan, ramalanipun, boten kelampahan. Lajeng, tiyang menika meralat ramalanipun. Nadyan sampun dipun ralat jebul nggih tetep boten utawi dereng kelampahan. Dados ramalanipun menika namung mbujuki, ngawur. Wonten ingkang ngramal bilih rawuhipun malih Gusti Yesus badhe kelampahan ing pungkasaning taun 1999 utawi pas taun 2000. Sanesipun ngramal bilih menika badhe dumados ing taun 2012. Ing abad-abad saderengipun ugi sampun wonten ingkang ngramalaken. Nanging ngantos sepriki, taun 2016, jebul Gusti Yesus ugi dereng rawuh malih. Jebul ramalanipun tiyang-tiyang menika sedaya namung mbujuki, ngawur. Sampun pitados dhateng ramalanipun manungsa! Awit, amargi winatesing nalaripun, manungsa mokal saged nyumurupi menapa ingkang badhe kelampahan. Malah boten wonten tiyang setunggal kemawon ingkang sumerep kanthi temen menapa piyambakipun utawi kita mbenjing enjing taksih badhe saged nilangi srengenge.
Isi
Gusti Yesus pirsa menapa ingkang badhe kelampahan. Panjenenganipun pirsa menapa ingkang badhe dipun alami dening para muridipun. Panjenenganipun saged ndhawuhaken dhateng para murid bab menapa ingkang badhe kelampahan, kalebet menapa ingkang badhe nempuh gesangipun para murid. Panguwaosipun pirsa dhateng menapa ingkang badhe kelampahan menika wigatos sanget kita gatosaken lan kita saosi panuwun. Awit srana makaten, para murid saged tata-tata nyawisaken dhiri ngadhepi kasunyatan ingkang badhe kelampahan menika lan boten kaget samangsa kedadosan menika kelampahan lan nempuh gesangipun. Sedaya ingkang dipun dhawuhaken menika wusananipun saestu kelampahan, saestu dipun alami dening para murid. Lelampahanipun (pengalaman) para murid menika kaserat ing Kitab Lelakone Para Rasul bab kados pundi para murid menika ngalami panganiaya.
Pakewed, kasisahan lan kasangsaraning para muridipun Gusti Yesus menika dados wewengan (kesempatan) kagem bersaksi dhateng sedaya tiyang bab Gusti Yesus klayan sedaya pakaryan lan sabdanipun. Kados dene para rasul, kita ugi kinedah dados seksinipun Gusti Yesus (Yok. 15: 27). Para murid lan kita sedaya mangertos bilih kita kedah bersaksi. Nanging kadhang kala utawi malah asring para tiyang pitados kados-kados boten pikantuk wewengan ingkang sae kagem bersaksi. Sejatosipun tamtu wewengan menika tansah wonten, namung kemawon para pitados menika kewedan anggenipun miwiti paseksinipun, amargi wewengan menika raosipun boten sae kagem bersaksi. Nanging sareng wewengan ingkang sae menika dumugi, tiyang pitados boten saged, boten purun utawi boten wantun bersaksi.
Pakewed, kasisahan lan kasangsaran tamtu kawontenan ingkang boten sae, ugi tumrap para tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti Yesus. Kawontenan boten sae menika saged ndamel para pitados kecalan gregeting iman lan karohanenipun, malah saged ndamel iman lan karohanenipun tiyang pitados pejah utawi tilem. Kawontenan boten sae menika gampil sanget njalari tiyang pitados bingung lan sisah mikiraken gesangipun pribadi. Kawontenan boten sae menika saged njalari tiyang pitados kecalan greget kagem nindakaken padamelan, kados ingkang dipun alami dening warga pasamuwan ing Tesalonika. Kawontenan boten sae menika saged ngicalaken gregeting para tiyang pitados kagem dados seksinipun Gusti.
Nanging swalikipun, pakewed, kasisahan lan kasangsaran menika saged dados wewengan ingkang sae kagem bersaksi. Tiyang pitados saged bersaksi bilih kawontenan boten sae menika sampun kadhawuhaken dening Gusti Yesus saderengipun kelampahan, bersaksi bilih Gusti Yesus menika pirsa saderengipun winarah. Menawi para tiyang pitados saged tatag lan tanggon iman lan karohanenipun, sarta anteng gesangipun karana yakin dhateng cawe-cawenipun Gusti, tiyang-tiyang sanes badhe saged ningali saiba agung pangwasa lan sih katresnanipun Gusti Yesus. Menawi tiyang pitados boten ajrih dhateng kawontenan awon menika lan malah wantun nglairaken sikapipun, tiyang sanes badhe pitados saiba Roh Suci nuntun, paring panglipur lan kakiyatan dhateng tiyang ingkang pitados dhumateng Panjenenganipun. Menapa malih menawi tiyang pitados menika tetep saged bebingah ing salebeting kawontenan boten sae menika, kados ingkang kaserat ing waosan 1 (Mal. 4: 2b).
Panutup
Mesthi kemawon boten gampil bersaksi ing salebeting kawontenan ingkang boten sae. Nanging riwayat wiwit jaman kina ngantos sapriki sampun kasunyatan bilih para tiyang pitados saged nindakaken paseksi menika. Pramila, mesthinipun kita samangke ugi saged bersaksi ing satengahing kawontenan ingkang boten sae. Kita mesthi saged nindakaken angger kita boten namung purun gesang ingkang sekeca kemawon, namung purun dhateng berkahipun Gusti kemawon, sauger kita tansah enget bilih ndherek Gusti menika pancen kedah manggul salib saben dinten, sauger kita kanthi teguh pitados dhumateng Gusti Yesus. Kita prelu yakin bilih Gusti, karana sih katresnanipun, mesthi boten negakaken kita, nanging malah nglipur, paring kakiyatan lan pitulungan dhateng kita ing salebeting kawontenan ingkang boten sae.
Kawontenan boten sae ingkang kita alami saged kemawon karana keras lan kejeming donya (masyarakat, papan padamelan lan rowang damel), saged kemawon karana kawontenaning alam lingkungan ingkang sampun risak, saged ugi karana kawontenaning badan kita ingkang sakit utawi ringkih. Saben-saben kawontenen boten sae menika nempuh gesang kita, sumangga kita enget lan yakin bilih Gusti, karana sih katresnanipun, kanthi panguwaosipun mesthi maelu, nglipur, paring kakiyatan lan pitulungan dhateng kita. Gya ayem tentrem manah kita lan sukabingah gesang kita awit saking agunging sih lan panguwaosipun Gusti. Lah agung lan mulyaning sih katresnan, pakaryan, panguwaos lan karsanipun Gusti menika sumangga kita saksikan dhateng sedaya tiyang ing salebeting kawontenan ingkang boten sae. Linuhurna lan kasuwurna asmanipun Gusti. Amin. [st]
Pamuji: KPK 157: 1, 3.