Minggu Adven IV
Stola Ungu
Bacaan 1 : 2 Samuel 7 : 1 – 11, 16
Bacaan 2 : Roma 16 : 25 – 27
Bacaan 3 : Lukas 1 : 26 – 38
Tema Liturgis : Setia dan Berjaga-jaga Menanti Kedatangan Kristus
Tema Khotbah : Berjaga-jaga dengan Berinisiatif Memulai Langkah Baik
Penjelasan Teks Bacaan (Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
2 Samuel 7 : 1 – 11, 16
2 Samuel 7 berkisah Kerajaan Israel yang telah berada di zona nyaman. Tuhan mengaruniakan keamanan dari bangsa-bangsa lain (2 Sam. 7:1). Bahkan yang terakhir, Israel berhasil mengalahkan Bangsa Filistin. Keadaan inilah yang tidak lagi menjadikan Daud fokus pada peperangan. Daud menyadari bahwa semua terjadi atas kuasa dan penyertaan Tuhan yang hadir dalam tabut Allah yang menemani perjalanan Bangsa Israel sejak semula bersama dengan Musa.
Dalam keteduhan batin inilah Daud melihat, ada kondisi yang sangat kontras. Setelah menang atas bangsa-bangsa lain dan ia bisa menikmati kemenangan dan tinggal di rumah yang begitu megah, ia mendapati Tabut Allah tetap berada di tenda, jauh dari kesan megah dan mewah.
Tersentuhlah hatinya untuk membuatkan rumah yang selayaknya bagi Tabut Tuhan. Niat itu disampaikan kepada Natan dan Natan merestui niat baik itu. Namun tidak demikian dengan Tuhan Allah. Tuhan Allah menolak rencana Daud tersebut. Apa alasannya?
- Di ayat 5, pernyataan Tuhan, “Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?”. Di ayat 7, Tuhan juga menegaskan bahwa selama masa pemerintahan para Hakim, yang mengisi periode antara Keluaran sampai masa Kerajaan, Tuhan belum pernah menyuruh seorang pemimpin Israel untuk mendirikan rumah bagi-Nya, apalagi istana kayu aras. Daud pun tidak disuruh. Pernyataan Tuhan ini hendak menegaskan bahwa urusan mendirikan Bait Allah bukanlah perkara manusia. Mendirikan rumah bagi Tuhan adalah prakarsa Tuhan sendiri yang pada saatnya akan menunjuk siapa yang akan diutus-Nya.
- Tuhan berkata ”Aku senantiasa mengembara dalam kemah dan pondok”. Kalimat ini diulang sebanyak dua kali (ayat 6 dan 7). Hal ini ingin menegaskan cara Allah hadir di tengah Bangsa Israel. Tuhan pergi ke mana-mana dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tuhan adalah Allah yang terus-menerus bergerak bersama dan di tengah seluruh Bangsa Israel untuk mendatangkan kebaikan (seperti janji kebaikan Tuhan kepada Daud dan kaum keturunannya).
Roma 16 : 25 – 27
Roma 16:25-27 merupakan bagian penutup dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Rasul Paulus menutup suratnya tidak dengan doa berkat seperti yang biasa ia tuliskan pada surat-surat kiriman yang lain (seperti 1 Kor. 16:23-24; Gal. 6:18). Rasul Paulus menuliskan doksologi (puji-pujian kepada Tuhan).
Doksologi yang terdapat pada ayat 25-27 terkesan merupakan pengulangan dari ayat 20. Tampaknya ayat 20 merupakan akhir dari surat kiriman ini, tetapi kemudian Paulus teringat untuk menyampaikan salam dari rekan-rekan sekerjanya untuk jemaat di Roma. Setelah rangkaian salam yang terakhir (21-23) barulah Paulus menuliskan doksologi.
Kalimat puji-pujian kepada Tuhan Allah yang mengakhiri surat kiriman Paulus kepada jemaat di Roma mengungkapkan pemahaman :
- Rasul Paulus sadar bahwa apa yang terjadi di Roma bukan karena kehebatan dan kuasa pekabar Injil, melainkan karena campur tangan Allah saja. Semua itu tidak lepas dari anugerah Allah, dan yang pasti karena Allah mengasihi umat-Nya, secara khusus umat Allah yang berdiam di Roma.
- Paulus juga menekankan bahwa Injil yang berarti “kabar baik” merupakan penyingkapan dari suatu rahasia yang telah tersembunyi berabad-abad lamanya. Penyingkapan diri Allah telah dilakukan sejak semula, salah satunya lewat karya pelayanan para nabi, tentang kasih Allah dan pengampunan dosa yang kemudian tersingkap dan dinyatakan secara lugas, “cetha” di tengah hadirnya Yesus Kristus. (ay 26).
Lukas 1 : 26 – 38
Perikop ini dimulai dengan perintah Tuhan kepada malaikat Gabriel untuk pergi ke sebuah kota kecil Galilea di daerah Nazaret menjumpai Maria. Ayat 27 menyatakan bahwa Allah menggenapi janji-Nya, bahwa tahkta keturunan Daud akan berkelanjutan selama-lamanya.
Maria mendapat berita langsung dari Tuhan lewat Malaikat Gabriel. Artinya isi berita tidak diragukan. Namun berita baik itu bukan semata untuk dirinya, namun untuk keselamatan dunia. Namun apakah berita yang disampaikan Gabriel bersifat pemberitahuan atau perintah yang tidak terbantahkan? Adakah peluang bagi Maria untuk tidak sepakat dengan rencana tersebut mengingat rencana besar Tuhan Allah itu resiko besar bagi dirinya?
Kita mengingat bahwa ketika Tuhan memilih pribadi untuk dipakai-Nya, Tuhan sudah memiliki pertimbangan yang sangat matang. Seperti kepada Yunus misalnya. Saat iya lari, Tuhan tetap memberikan pengertian lewat peristiwa yang dialaminya. Maria bukan tidak diberi waktu untuk berpikir, namun apa yang menjadi kegalauan Maria tentang kemungkinan kehamilannya disampaikan langsung kepada Gabriel (ay. 34). Namun Gabriel segera menanggapi di ayat 35, 36 akan karya Roh Kudus yang tidak hanya berkarya atasnya namun juga atas Elizabeth sanaknya.
Pada akhirnya, Maria bersepakat dengan rencana itu. Apa yang melatarbelakangi? Salah satunya tentang konsep “hamba”, yang dipegangnya. Hamba dalam bahasa aslinya “doulos” yang berarti “budak” atau “pelayan”. Pengertian tersebut menunjukkan seseorang yang mengabdikan dirinya dan telah menyerahkan hak hidupnya kepada tuannya tersebut karena telah dibeli atau ditebus. Maka “hamba” hanya melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya dengan penuh tanggung jawab.
Hal itu menunjukkan bahwa Maria menyadari dirinya adalah hamba Tuhan; Hamba tidak akan menolak apa yang dikatakan tuannya. Setiap tugas adalah hak istimewa. Maria mengerti pengharapan mesianik dari keturunan Daud. Maka Maria mengerti juga meskipun belum paham sepenuhnya, bahwa Tuhan sedang menggenapi rancangan-Nya bagi dunia ini. Dengan ketaatan dan kesetiaan proses demi proses ia jalani.
Benang Merah Tiga Bacaan
Sejak awal Tuhanlah yang memprakarsai/berinisiatif memberikan kehidupan yang baik, penuh dengan damai sejahtera bagi umat manusia. Kehidupan baik terlihat dalam penyertaan Tuhan kepada Bangsa Israel, yang terlihat secara khusus dalam janji berkat kepada Daud dan keturunnya. Inisiatif Allah untuk kebaikan manusia telah diwartakan sejak semula oleh para nabi dan tergenapi dengan hadirnya Yesus Kristus ke dunia.
Tuhan menginginkan umat-Nya untuk bergerak, berinisiatif memulai langkah baik, seperti yang telah diteladankan-Nya, supaya sungguh tercipta kedamaian dan kebaikan di tengah kehidupan bersama. Jika ada yang berani berinisiatif untuk memulai sesuatu yang baik, maka perubahan besar akan terjadi.
Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Mbah Diro dan anaknya Kodir menjadi viral di awal tahun 2020 yang lalu seiring terjadinya peristiwa hanyutnya anak-anak SMPN 1 Turi Sleman dalam kegiatan susur sungai. Beliau menuturkan bahwa sempat meminta anak-anak untuk naik dari sungai karena cuaca tidak mendukung. Saat itu beliau sedang membersihkan makam tidak jauh dari sungai tempat anak-anak berkegiatan. Lalu tidak lama terdengar teriakan minta tolong. Anaknya, Kodir menghampiri bapaknya dan berkata bahwa anak-anak kentir (hanyut). Tanpa pikir panjang Mbah Diro terjun ke sungai dengan daya upaya kekuatan tubuh rentanya dan dengan alat seadanya. Beliau menyelamatkan kurang lebih 30 anak yang sempat hanyut terseret arus. Beliaupun tidak luput dari cidera kaki sobek dan terhempas oleh arus.
Bayangkan jika tidak ada orang-orang seperti Mbah Diro dan Kodir dan beberapa warga sekitar yang berinisiatif memberikan pertolongan tanpa berpikir tentang keselamatan mereka sendiri. Mungkin akan lebih banyak korban berjatuhan. Mbah Diro dan Kodir mengingatkan kita bahwa setiap hal yang baik tidak akan dapat menjadi baik jika tidak ada yang bergerak terlebih dulu, tidak ada yang berinisiatif, tidak ada yang memulai.
Isi
Nampak dalam banyak peristiwa, Tuhanlah yang berinisiatif melakukan sesuatu untuk memulihkan hubungan dengan manusia. Hal ini nampak di dalam bacaan yang pertama. Saat Daud telah berada dalam kenyamanan dan keamanan. Ia melihat tabut Allah berada di tenda sedangkan dirinya telah berada di rumah yang megah. Ia ingin membangun rumah yang layak bagi tabut Allah. Namun Tuhan menolak rencana Daud tersebut. Di ayat 5 Allah berkata, “Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?”. Tuhan Allah belum pernah menyuruh seorang pemimpin Israel pun untuk mendirikan rumah bagi-Nya. Daud pun tidak disuruh. Pernyataan Tuhan ini hendak menegaskan bahwa urusan mendirikan Bait Allah bukanlah perkara manusia namun prakarsa/ inisiatif Tuhan sendiri yang pada saatnya akan menunjuk siapa yang akan diutus-Nya.
Dan lagi, Tuhan mengingatkan bahwa selama ini Ia mengembara bersama dengan umat-Nya Israel. Tuhan berkata ”Aku senantiasa mengembara dalam kemah dan pondok” (ayat 6 dan 7). Hal ini hendak menegaskan bahwa Allah berinisiatif untuk terus menyertai umat-Nya dan tidak terpaku di tempat tertentu. Ia selalu hadir dimanapun Bangsa ini berjalan. Tuhan adalah Allah yang terus-menerus bergerak bersama di tengah Bangsa Israel untuk mendatangkan kebaikan (seperti janji kebaikan Tuhan kepada Daud dan kaum keturunannya).
Demikian juga dibacaan yang ketiga. Dan lagi-lagi inisiatif keselamatan bagi dunia datangnya dari Allah dengan mengutus Malaekat Gabriel pergi ke sebuah kota kecil Galilea di daerah Nazaret menjumpai Maria. Berita yang dibawa Gabriel bukan semata untuk Maria, namun untuk dunia dengan kelahiran Sang Juru Selamat.
Apakah Maria tidak diberi waktu untuk berpikir, menimbang? Sebab tentu konsekuensi menerima panggilan ini sangatlah besar mengancam dirinya. Tentu semua dikembalikan kepada Maria. Penjelasan Gabriel yang sungguh ia yakini berasal dari Tuhan sendiri cukup baginya untuk mengambil sikap. Apalagi Maria menempatkan diri sebagai hamba Allah (ay. 38). Hamba dalam bahasa aslinya “doulos” yang berarti “budak” atau “pelayan”. Hamba mengabdikan diri dan menyerahkan hak hidupnya kepada tuannya karena telah dibeli atau ditebus. Maka “hamba” hanya melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya dengan tanggung jawab. Maria bersepakat dengan rencana yang diprakarsai oleh Allah sendiri.
Rasul Paulus pun dalam bacaan kedua mengungkapkan puji-pujian kepada Tuhan Allah. Bahwasanya perkembangan Jemaat Roma bukan karena kehebatan para pekabar Injil, melainkan karena Tuhanlah yang mula-mula bekerja. Tuhan yang penyingkapan diri sejak semula bahkan berabad-abad lamanya, salah satunya lewat karya pelayanan para nabi. Dan kemudian tersingkap secara lugas, “cetha” di tengah hadirnya Tuhan Yesus Kristus (ay. 26).
Penutup
Dari ketiga bacaan jelas bahwa Tuhanlah yang lebih banyak berinisiatif melakukan sesuatu untuk tetap menjaga hubungan dengan umat yang dikasihi-Nya. Hubungan yang awalnya indah, diikat oleh perjanjian kasih, namun kemudian terkoyak karena manusia jatuh ke dalam dosa. Tuhan selalu berinisiatif untuk mengampuni, mengasihi dan tidak meninggalkan. Bagaimana jika Tuhan berhenti berinisiatif untuk terus mengasihi, mengampuni dan menyertai umat-Nya? Entah bagaimana nasib manusia, semakin jauh dari damai sejahtera dan berkat.
Demikian juga di dalam kehidupan kita bersama. Hal yang baik, namun jika tidak ada yang berinisiatif untuk memulai maka akan berhenti pada wacana saja dan tidak akan membawa dampak apapun. Program yang baik, alat-alat yang canggih, bahkan Firman yang indah, yang selalu diwartakan sekalipun tanpa ada yang berinisiatif bergerak dan menghidupkan maka akan sia-sia belaka.
Janganlah kita songsong kedatangan Tuhan dengan tangan hampa. Mari kita melakukan seperti yang telah dilakukan Tuhan sejak semula. Ia juga menginginkan kita untuk bergerak, berinisiatif memulai langkah baik, supaya sungguh tercipta kedamaian dan kebaikan di tengah kehidupan kita bersama. Mari berinisiatif/memulai untuk memaafkan, berinisiatif memulai untuk mengasihi dengan tulus, berinisiatif memulai untuk menjalankan program jemaat dengan serius, berinisiatif mulai mewujudkan cinta lingkungan, bukan hanya “OMDO” ngomong doang. Percayalah jika ada yang berani berinisiatif untuk memulai sesuatu yang baik, maka perubahan besar akan terjadi di tengah hidup kita, keluarga kita, gereja kita dan di tengah tempat tinggal kita . Amin. (PKS).
Nyanyian :
- KJ. 432 Jika Padaku Ditanyakan
- PKJ. 239 Perubahan Besar
—
Rancangan Khotbah : Basa Jawi
Pambuka
Mbah Diro lan putranipun Kodir dados tokoh ingkang viral ing wiwitan tahun 2020. Ing prastawa siswa – siswi SPMN 1 Turi kintir wekdal kegiatan pramuka kanthi aktivitas susur kali. Wekdal punika Mbah Diro nembe ngresiki pasarean sak celakipun kegiatan pramuka punika. Mbah Diro sampun ngengetaken supados mboten nglajengaken kegiatan, sebab cuaca saweg mboten bersahabat. Mboten watawis dangu putranipun, Kodir wicanten kanthi sora menawi wonten lare ingkang kintir. Mbah Diro enggal – enggal dhateng lepen, saestu kagetipun amargi lepen sampun banjir kanthi arus ingkang ageng. Kanthi kekiyatan ing yuswa sepuhipun mbah Diro saged mbiyantu watawis tigang dasa siswa – siswi punika. Saking prastawa punika, Mbah Diro ngalami tatu-tatu saha sawetawis wekdal keseret arus toya ingkang ageng.
Kados pundi menawi mboten wonten Mbah Diro, Kodir saha sawetawis warga ingkang purun paring pambiyantu, tanpa ngetang kawilujenganipun piyambak? Mbok menawi badhe langkung kathah korbanipun. Mbah Diro, Kodir ngengetaken dhateng kita, menawi sedaya ayahan sae mboten badhe kawujud menawi mboten wonten ingkang miwiti, mboten wonten ingkang inisiatif, mboten wonten ingkang gumregah.
Isi
Ing antawis sesambetan kita kaliyan Gusti, langkung kathah Gusti Allah ingkang miwiti pakaryan kasaenan tumrap kita. Prekawis punika saged katingal saking waosan ingkang sepisan. Prabu Daud kanugrahan ayem tentrem saha mapan wonten ing panggenan ingkang endah sanget. Kamangka Tabutipun Gusti Allah tetep wonten ing tendha. Prabu Dawud lajeng gumregah badhe mbangun padaleman suci kagem mapanaken tabutipun Gusti Allah. Ananging Gusti mboten remen ing satengah rancangan punika. Ing ayat 5 kasebataken, “Sira apa arep yasa omah kagem Ingsun murih Sundalemi?”. Sadangunipun Gusti Allah nyarengi Bangsa Isarel, dereng nate Gusti nyuwun dhumateng para pimpinanipun Bangsa Israel kangge yasa dalem kagem Panjenenganipun. Punika ateges bilih babagan yasa dalemipun Gusti punika, sanes bagianipun Daud, ananging karsanipun/inisiatifipun Gusti Allah piyambak ing samangke kanthi ngutus utusanipun ingkang dipun piji.
Makaten ugi ,Gusti Allah ngengetaken bilih ing sadangunipun wekdal, Gusti Allah lelana kaliyan umatipun Bangsa Israel. Ing ayat 6 lan 7 “ nanging Ingsun tansah lelana ana ing kemah minangka padalemaningSun”. Prekawis punika nedahaken ,saestunipun Gusti Allah berinisiatif nganthi umatipun, mboten manggen ing panggenan tartamtu. Gusti Allah tetep rawuh ing sadangunipun bangsa Israel mlampah. Gusti Allah tan kendat anggenipun makarya kangge ndhatengaken kasaenan tumrap umat kekasihipun punika. Kados janjinipun Gusti Allah dhumateng Prabu Dawud lan sedaya tedhak turunipun.
Makaten ugi ing waosan kaping tiga. Tetep kemawon kabukten, bilih inisiatif kawilujengan punika inggih saking Gusti Allah kanthi ngutus malaikat Gabriel manggihi Maryam ing kitha alit Galilea ing Nazaret. Pawartos punika mboten namung kangge Maryam nanging kangge sedaya umat manungsa ing saindenging jagad. Inggih punika wiyosipun Sang Juru Wilujeng Yesus Kristus.
Punapa Maria mboten kaparingan wekdal kangge mikir lan nimbang ? Karana nampi timbalan punika nanggel konsekwensi ingkang saestu awrat tumrap Maryam pribadi. Tampu sedaya kalawau wangsul dhateng Maryam. Punapa ingkang dipun aturaken Gabriel punika saestu dipun yakini dening Maryam saking Gusti Allah piyambak. Keyakinan punika ingkang andhasari sikapipun. Punapa malih Maryam mapanaken dhirinipun dados abdinipun Gusti Allah (Ay.38 ). Hamba utawi abdi ing bahasa aslinipun “ doulos “, ingkang artosipun, budak utawi pelayan. Abdi utawi pelayan masrahaken hak gesangipun dhumateng tuanipun karana sampun kagantos arta utawi katebus. Pramila “abdi“ namung nindakaken pakaryan ingkang kaprentahaken dening tuanipun kanthi tanggel jawab. Mila Maryam lajeng sarujuk kaliyan rancangan ageng ingkang dipun prakrasai dening Gusti Allah pribadi.
Rasul Paulus ing waosan kalih ngunjukaken pangalembana lan pamuji kagem Gusti Allah. Dasar pamuji lan pangalembana inggih karana ngrembakanipun pasamuwan Roma sanes saking kapinteran lan hebatipun pawartosan Injil, ananging sadaya kalawau awit karana Gusti Allah ingkang sampun miwiti pakaryanipun. Gusti Allah ingkang sampun nedahaken pribadinipun wiwit rumiyin, ing wekdal ingkang lami, malah etangan abad lumantar pakaryanipun para Nabi. Lan kabukten kanthi cetha ing kedadosan rawuhipun Gusti Yesus Kristus (Ay. 26).
Panutup
Saking tiga waosan kalawau, jelas lan cetha bilih namung Gusti Allah kemawon ingkang langkung rumiyin berinisiatif nindakaken pakaryan kangge njagi sesambetan kaliyan umat ingkang dipun tresnani. Sesambetan ingkang sawaunipun sae lan endah, ingkang kaiket kaliyan katresnan, nanging sedaya kalawau cidra karana dosa pambangkangipun manungsa. Salajengipun Gusti Allah berinisiatif ngluwari, nresnani saha mboten nilaraken manungsa. Kados pundi menawi Gusti Allah mboten berinisiatif malih kangge nresnani, ngluwari lan nganthi umatIpun? Tamtu lampah gesanging manungsa sansaya tebih kaliyan gesang tentrem rahayu.
Makaten ugi tumrap gesang kita sadaya. Prekawis ingkang sae lan endah, nanging menawi mboten wonten ingkang berinisiatif kangge miwiti badhe mandeg namung dados wacana kemawon. Lan mboten mbekta dhampak punapa – punapa. Program sae, alat – alat sarwa modern lan canggih, malah ugi endahing pangandikanipun Gusti ingkang kawartosaken, menawi mboten wonten ingkang berinisiatif, tandhang lan nindakaken saha nggesangaken, sadaya badhe muspra lan nglaha.
Sampun ngantos rawuhipun Gusti, kita pethukaken kanthi nglaha. Sumangga kita nindakaken kados ingkang sampun katindakaken Gusti Allah saking wiwitan mula. Gusti ngersakaen kita nggadahi inisiatif, gumregah lan miwiti lampah, supados saged mujudaken berkah, gesang ingkang kebak tentrem rahayu. Mangga sesarengan berinisiatif miwiti nresnani sesami kanthi tulus, berinisiatif miwiti ngayahi program jemaat kanthi serius, berinisiatif miwiti nresnani lingkungan, mboten namung “OMDO” omong doang. Menawi kita wantun berinisiatif kangge prekawis ingkang sae, tamtu kita, brayat, pasamuwan, lan ing gesang pasrawungan badhe ngraosaken ewah – ewahan ingkang sae saha ageng. Amin. (PKS)
Pamuji :
- KPJ. 450 Sumangga Makarya
- KPJ. 451 Sumangga Pra Kadang