Gustine Wong Cilik Khotbah Malam Natal 24 Desember 2020

10 December 2020

Malam Natal
Stola Putih

Bacaan 1 : Yesaya 9 : 1 – 6
Bacaan 2 :
Titus 2 : 11 – 15
Bacaan 3 :
Lukas 2 : 1 – 20

Tema Liturgis : Setia dan Berjaga-jaga Menanti Kedatangan Kristus
Tema Khotbah:
Gustine Wong Cilik

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 9 : 1 – 6
Yesaya 9:1-6 sering disebut sebagai nubuat lahirnya Mesias. Hal ini tentu beralasan sebab dalam ayat ini gambaran Mesias sebagai pembawa damai dan memulihkan kehidupan umat dinampakkan secara gamblang. Mesias yang digambarkan dalam Yesaya ini adalah seorang penguasa pemerintahan dan memiliki sisi keilahian yaitu Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal dan Raja Damai (ay. 5). Mesias sebagaimana yang digambarkan dalam Yesaya ini adalah seumpama manusia setengah dewa yang memiliki kekuasaan duniawi sekaligus sorgawi, yang memadukan antara hal-hal material maupun spiritual. Siapa yang tidak memimpikan figure seperti itu? Tentu saja semua bangsa, semua manusia bahkan semua kelompok masyarakat. Apalagi ketika nubuat itu disampaikan kepada sebuah bangsa yaitu Israel yang sedang mengalami banyak aniaya, penindasan dan kesengsaraan. Tentu saja nubuat seperti itu akan sangat disenangi dan menarik hati.

Israel sebagai bangsa yang pernah jaya pada masa pemerintahan Raja Daud selalu memimpikan kembali mencapai kejayaan sebagaimana masa lampau. Sebab kini pada zaman Yesaya, bangsa pilihan itu telah terbelah menjadi bangsa Israel di Utara dan bangsa Yehuda di Selatan. Keduanya saling bersitegang bahkan siap saling berperang sehingga tidak mengherankan jika keduanya sama-sama merasakan ancaman dan teror yang datang setiap saat. Itulah sebabnya jika Yesaya menyebut sebagai bangsa yang berjalan di dalam kegelapan sesungguhnya pertama-tama ditujukan kepada bangsa Israel yang sedang terpecah itu. Mimpi menjadi bangsa yang besar, jaya dan berkuasa kembali mendapatkan secercah harapan kembali dengan nubuat Yesaya ini.

Itulah sebabnya jika saatnya tiba pasti seluruh umat Israel akan merasakan suasana gegap-gempita dan riuh penuh bahagia. Selain pengharapan akan pemulihan yang akan dilakukan oleh Mesias, Yesaya 9 juga menujukkan keberpihakan Mesias itu yaitu bagi bangsa yang berjalan dalam kegelapan. Kegelapan adalah gambaran putusnya harapan, hilangnya kebahagiaan dan bahkan ancaman kehancuran. Kepada umat yang demikian itulah Mesias akan hadir menjadi pembela yang membawa kemenangan dan kejayaan kembali. Segala permusuhan di antara bangsa akan disirnakan karena semua orang dan semua bangsa tertuju kepada satu hal yaitu menciptakan perdamaian. Tatanan hidup akan tertata dalam keadilan dan kemakmuran. Sungguh tatanan hidup ideal yang sangat diimpikan oleh siapapun juga dari berbagai bangsa dan berbagai generasi termasuk kita saat ini.

Titus 2 : 11 – 15
Paulus memberikan nasehat kepada Titus melalui suratnya ini. Menariknya nasehat itu dimulai dengan mengajak Titus mengingat kembali (amnanesis) jikalau kasih karunia Tuhan itu sudah nyata. Kasih karunia Tuhan itu berupa keselamatan semua manusia (ay. 11). Kasih karunia itu harus dipelihara dalam laku kehidupan semua orang yang menerimanya yaitu dengan laku hidup benar. Hidup benar dalam nasihat ini adalah: meninggalkan kefasikan, meninggalkan keinginan-keinginan duniawi seraya hidup bijaksana, adil dan beribadah (ay. 12). Artinya, kasih karunia yang sudah nyata itu memiliki konsekuensi logis dalam perilaku hidup manusia yang menerimanya. Jika kasih karunia itu sudah dinyatakan, lalu mengapa masih ada berbagai derita dan kematian?

Kasih karunia yang telah nyata ini ternyata memang belum mencapai penggenapannya. Karena itulah setiap orang yang menerima kasih karunia itu terus menanti kegenapannya (ay. 13). Menariknya, penantian itu tidak dilakukan secara pasif dan mengasingkan diri tetapi dilakukan dengan cara aktif yaitu hidup bahagia dan menampakkan kemuliaan penyataan Allah. Selain menjalani kehidupan demikian, setiap orang yang menerima kasih karunia Tuhan ditugaskan untuk memberitakan kasih karunia yang sudah nyata itu dengan penuh wibawa (ay. 15). Ini artinya dalam menyampaikan kasih karunia Tuhan harus dengan penuh sukacita dan semangat sehingga tidak direndahkan oleh orang lain.

Lukas 2 : 1 – 20
Kitab Injil menjadi sumber utama dari kisah kelahiran Tuhan Yesus. Walau demikian, dalam Injil Sinoptik sendiri terdapat kisah yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ini sekaligus memberikan informasi kepada pembacanya bahwa sudut pandang yang diambil untuk menyusun narasi kelahiran Tuhan Yesus sungguh berbeda-beda dari antara tiga Kitab Injil Sinoptik. Menarik memang ketika mencermati narasi kelahiran Tuhan Yesus menurut tiga Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas) karena ketiganya tidak sama persis berkisah tentang kelahiran Tuhan Yesus. Masing-masing kisah memiliki kekhasan dan memberikan informasi yang saling melengkapi bagi para pembaca. Sayangnya kemudian adalah ketiga narasi kelahiran Tuhan Yesus dalam Injil Sipnotik itu bercampur-baur bagi pembaca Injil hari ini. Sudah tidak kelihatan secara jelas lagi mana yang sesuai dengan narasi Lukas, Markus atau Matius. Hal ini paling nampak ketika kita melihat drama atau sendratari yang bercerita tentang kelahiran Tuhan Yesus yang sering ditampilkan dalam perayaan Natal. Tentu itu tidak salah namun kekhasan kisah kelahiran Tuhan Yesus dari masing-masing Injil Sinoptik semakin tidak kentara.

Jikalau kita menyelidiki kekhasan narasi kelahiran Tuhan Yesus dalam Injil Lukas setidaknya kita bisa mencatat beberapa hal penting antara lain: pertama, dalam Injil Lukas kelahiran Yesus terjadi pada saat adanya perintah Kaisar Agustus bagi seluruh penduduk di wilayah emperium Romawi untuk mendaftarkan diri. Kedua, Yusuf dan Maria sedang mendaftarkan diri di daerah asal Yusuf yaitu Yudea. Padahal, sehari-hari mereka tinggal di Nazaret di Galilea. Ketiga, ketika waktunya tiba Maria hendak melahirkan bayi yang dikandung, mereka tidak mendapatkan penginapan, melahirkanlah Maria di sebuah kandang tempat ternak. Ketiga hal ini menjadi narasi khas Injil Lukas dalam berkisah tentang kelahiran Tuhan Yesus. Apakah itu tidak bermakna? Tentu saja memiliki maksud dan makna tersendiri bagi seluruh teologi Injil Lukas sehingga memang kita perlu menyelidiki lebih mendalam supaya pembaca saat ini dapat menangkap makna dan maksudnya. Mari kita teliti narasi kelahiran Tuhan Yesus dalam Injil Lukas 2.

Lukas 2 memulai kisah kelahiran Tuhan Yesus dengan mengkaitkan perintah Kaisar Agustus supaya setiap penduduk di wilayah emperium Romawi mendaftarkan diri. Pendaftaran diri itu disebut sebagai pendaftaran pertama kali ketika Kirenius menjadi wali negeri Siria. Ada dua nama di sini yang disebut dan nama itu tentunya tidak asing bagi orang Israel zaman Yesus karena keduanya adalah para pejabat negeri dimana Israel juga menjadi wilayahnya. Kaisar Agustus adalah pemimpim tertinggi kekaisaran Romawi sedangkan Kirenius adalah pejabat daerah di wilayah Siria. Artinya keduanya adalah pejabat politik yang memiliki kuasa kepada rakyat yang dikuasainya termasuk Yusuf dan Maria. Sementara itu, Yusuf dan Maria adalah rakyat biasa, bukan pejabat atau orang yang memiliki kekuasaan. Karena itu sangat wajar jika Yusuf dan Maria melaksanakan perintah penguasa negerinya. Dalam konteks Yusuf dan Maria melakukan perintah penguasa itulah Yesus lahir. Secara tidak langsung, Injil Lukas menyoroti kelahiran Yesus dari rakyat biasa yang berusaha menjalankan perintah dari penguasa negerinya. Artinya, Tuhan Yesus ditampilkan sebagai rakyat kecil yang juga terdampak kebijakan penguasa.

Ketaatan wong cilik sebagaimana yang dilakukan oleh Yusuf dan Maria bukanlah tanpa sebuah resiko. Yusuf dan Maria harus melakukan perjalanan dengan menempuh jarak yang jauh tidak kurang dari 140 Km dari wilayah Utara yaitu Israel menuju Selatan yaitu Yehuda. Perjalanan ini tidak sederhana dan mudah karena tentu membutuhkan perjuangan, waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Sebagai rakyat biasa tentu pula segala perjuangan itu tidak mudah dan murah. Namun Lukas memberikan gambaran perjuangan itu dengan keterangan karena memang Yusuf keturunan dari Raja Daud (ay 4) yaitu Raja yang membawa masa kejayaan Israel ketika antara Israel dan Yehuda menjadi satu kesatuan dan belum terpecah. Menariknya lagi adalah ada kesan seolah Lukas sengaja menceritakan bahwa Yesus yang dikandung di wilayah Israel tetapi lahir di wilayah Yehuda. Ada romantisme masa lalu yang coba dipantik dari kisah kelahiran Yesus ini bahwa seolah Tuhan Yesus yang lahir itu menyatukan kedua wilayah itu. Ditambahi lagi dengan menyebutkan bahwa Yusuf itu keturunan Raja Daud. Maka secara tersirat Lukas hendak menegaskan kembali bahwa walaupun Yesus terlahir dari wong cilik tetapi Yesus mampu menyatukan antara Israel dan Yehuda yang selama ini terpecah. Penyatuan dan kejayaan Israel itu membutuhkan perjuangan dari wong cilik seperti Yusuf dan Maria ini. Tuhan Yesus yang lahir itu bagi seluruh umat pilihan baik di wilayah Israel maupun Yehuda.

Drama dan perjuangan wong cilik sebagaimana yang dialami Yusuf dan Maria belum berakhir karena ketika tiba waktunya melahirkan mereka tidak mendapatkan kamar apalagi rumah. Hal ini mungkin saja terjadi walaupun Yusuf orang yang berasal dari daerah itu tetapi sudah lama merantau di wilayah Nazaret. Selain itu memang banyak para perantau yang datang ke kota ini sehingga penginapan sudah habis terisi. Satu-satunya tempat yang dapat dipergunakan Maria untuk melahirkan adalah sebuah kandang dan satu-satunya tempat yang dapat dipergunakan membaringkan bayi Yesus adalah palungan. Apakah ini sebuah kebetulan ataukah memang Lukas ingin mendramatisir kelahiran Tuhan Yesus?

Tentu ketika Yusuf dan Maria hendak pergi mendaftarkan diri sudah diketahui dan dapat diperkirakan kapan waktunya bersalin. Artinya saat kelahiran Tuhan Yesus tidak tiba-tiba tetapi sudah dapat diprediksi. Namun toh demi ketaatan kepada perintah Kaisar Agustus, resiko melahirkan ditempat asing tetap diambil oleh Maria dan Yusuf. Dengan demikian, dramatisasi kelahiran Yesus itupun merupakan sebuah hal yang logis sebagai dampak kebijakan penguasa pada zamannya. Tetapi selain dramatisasi, perisitiwa ini juga hendak menekankan keterpihakan Tuhan Yesus dengan kelahirannya di kandang hewan itu. Secara tidak langsung Injil Lukas hendak menunjukkan kontras yang tinggi antara pemberi perintah yaitu Raja dengan nasib yang dialami oleh rakyat jelata sebagaimana yang dialami oleh Yesus. Di sinilah Injil Lukas memperlihatkan keberpihakannya kepada masyarakat kelas bawah, rakyat kecil yang biasa menjadi korban. Hal ini diperkuat lagi dengan berita kelahiran itu pertama-tama oleh Injil Lukas ditujukan kepada kaum gembala yang sedang menggembalakan ternaknya di padang. Gembala itu tidak hanya mendengar tetapi sekaligus melegalkan keistimewaan bayi yang dibaringkan di palungan itu. Seumpama penobatan seorang Raja maka para gembala inilah yang oleh Injil Lukas disebut sebagai penahbisnya. Semakin sah di sini bahwa Injil Lukas menggambarkan Yesus yang lahir itu sungguh-sungguh berpihak kepada wong cilik.

Benang Merah Tiga Bacaan
Lahirnya Tuhan Yesus adalah lahirnya kesatuan dari antara yang tercerai-berai. Tuhan Yesus yang adalah Tuhan bersedia menyapa dan hadir bagi dunia dan memihak kepada wong cilik yang selama ini menjadi korban dan diabaikan dari lingkungan sosial, ekonomi maupun politik. Oleh sebab itulah dalam menyambut kedatangan Tuhan Yesus, umat diajak kembali membawa kedamaian dengan membela kaum tertindas dan mewujudkan perdamaian di tengah kehidupan dunia saat ini.

 

Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan
Pada malam Natal seperti saat di tahun 2019 yang lalu ada sebuah kisah yang dialami oleh dua orang pendeta yang diundang melayani di dua jemaat berbeda di GKJW. Pengalaman pertama adalah seorang pendeta yang merasakan asing sekali ketika malam Natal dirayakan di sebuah hotel bagus dengan dekorasi yang indah dan lampu warna-warni. Kemewahan dari sebuah perayaan yang sedang ingin ditawarkan kepada seluruh umat untuk memaknai kelahiran Tuhan Yesus. Sementara pengalaman lainnya adalah sebuah pengalaman seorang pendeta yang sehabis pelayanan kesulitan mencari tempat menginap karena semua hotel di kota itu sudah penuh sehingga pendeta yang satu ini merasakan kesusahan hanya untuk mencari tempat menginap. Kedua pengalaman yang kontras memang di antara kedua pendeta itu. Namun bagaimanapun pengalaman itu sebenarnya bermuara kepada keinginan memberikan pelayanan yang terbaik dan mengajak warga jemaat kembali mengenang kelahiran Tuhan Yesus.

Sama seperti kita saat ini, malam ini kita berkumpul untuk kembali mengenang kelahiran Tuhan Yesus. Adapun kenangan kita digugah oleh narasi kelahiran Tuhan Yesus menurut Injil Lukas 2:1-20 yang kita baca tadi. Dan bicara mengenang kelahiran Tuhan Yesus di zaman kita yang telah membaca dan bahkan hafal kisah kelahiran Tuhan Yesus menurut Injil Matius, Lukas dan Markus sering menjadikan kita merasa memiliki gambaran yang utuh dan penuh tentang segala perisitiwa yang dihadirkan dalam pengetahuan kita. Kisah kelahiran Tuhan Yesus yang terekam dalam benak kita bercampur-baur di antara ketiga versi Injil yang berkisah sama yaitu Kelahiran Tuhan Yesus. Karena itulah mari sejenak menyisihkan pengetahuan kita dari semua versi itu dan mencoba dengan jernih belajar dari Injil Lukas tentang perisitiwa kelahiran Tuhan Yesus ini.

Isi
Injil Lukas memberikan sudut pandang yang berbeda dibandingkan Matius atau Markus. Sudut pandang yang khas dari Injil Lukas itu adalah terletak kepada keberpihakan penulisnya dalam memandang Tuhan Yesus. Secara umum kekhasan berita Natal yang disampaikan oleh Injil Lukas adalah dengan memberikan porsi dan perhatian khusus kepada wong cilik dalam kisah di seputar kelahiran Tuhan Yesus. Mari kita periksa lebih jauh:

Pertama, Tuhan Yesus oleh Lukas dikisahkan lahir dan dibaringkan di sebuah kandang. Tidak perlu kita berdebat di sini kandang itu masih terpakai atau sudah lama ditinggalkan oleh ternak yang menghuninya. Karena apapun argumennya, Lukas menyebut dengan jelas bahwa Yesus yang lahir itu dibungkus kain lampin dan dibaringkan dipalungan. Ini berarrti bahwa Yesus lahir di sebuah kandang ternak. Siapa dari antara kita yang mengalami nasib senaas Yesus saat lahir? Setidaknya kita lahir di sebuah rumah dan dibaringkan ditempat tidur entah itu kasur empuk atau kasur rumah sakit atau hanya sekadar tempat tidur tanpa kasur. Yesus tidak sebaik kita nasibnya karena palungan menjadi tempat dia dibaringkan. Tempat yang bukan semestinya peruntukkannya. Apakah ini drama? Tentu ketika kita membaca perikop Lukas 2:1-7 kita akan tahu mengapa Yesus dibaringkan di palungan. Alasan mendasarnya bukan karena Yusuf dan Maria menginginkan itu tetapi karena memang Maria dan Yusuf tidak mendapatkan penginapan sewaktu mereka mendaftarkan diri ke Yudea. Yusuf dan Maria menjadi orang asing ditempat asal Yusuf. Bahkan Yusuf dan Maria juga bukan pejabat yang memiliki fasilitas khusus karena memang mereka hanyalah rakyat biasa saja.

Kisah perjuangan Yusuf dan Maria ini juga bagian dari ketaatan mereka kepada perintah Kaisar Agustus. Nampak di sini bahwa perisitiwa kelahiran Yesus juga tidak lepas dari sebuah kebijakan pemerintahan berkuasa. Yesus masuk dalam tatanan pemerintahan itu walau Ia harus mengalami nasib buruk karena lahir di kandang ternak. Jadi di sini kita bisa melihat bahwa Tuhan yang menjadi manusia sengaja masuk dalam tatanan dunia ini bukan mengasingkan diri apalagi mengajak yang lain untuk meninggalkan tatanan dunia ini. Ini sekaligus menjadi penanda bagi kita bahwa iman kita bukanlah iman yang melepaskan diri dari dunia tetapi iman yang dihidupi di dalam dunia. Iman kita berpangkal dari kasih anugerah Tuhan yang telah nyata. Karena itulah Paulus melalui surat Titus kembali mengajak setiap orang percaya untuk mensyukuri anugerah dengan menjaga hidup dengan meninggalkan kefasikan, meninggalkan keinginan-keinginan duniawi seraya hidup bijaksana, adil dan beribadah (Titus 2:12).

Kedua, Injil Lukas menekankan penerima berita Natal pertama kali adalah para gembala. Gembala tentulah sekumpulan orang yang tidak istimewa dalam tatanan hidup sosial masyarakat waktu itu. Mereka hanyalah sekumpulan pekerja yang menjalankan bagian pekerjaannya secara sederhana. Kesederhanaan hidup yang mereka jalani justru menjadikan mereka menerima warta Natal pertama kalinya. Tidak ada alasan mengapa gembala itu menerima warta kelahiran Tuhan Yesus tetapi yang pasti bahwa para gembala menanggapi berita itu dengan datang dan menyembah bayi Yesus. Betapa seringnya hari ini kita terlalu ribet dengan segala ornamen hidup, kelas sosial bahkan ekonomi. Hidup kita terlalu berat karena diisi dengan berbagai hal sampai lupa caranya hidup sederhana. Padahal, kesederhanaan para gembala itulah yang menjadikan mereka mendengarkan warta Natal dan mereka berjumpa dengan bayi Yesus.

Gembala adalah sekumpulan orang yang hidupnya begitu-begitu saja bukan karena mereka malas berusaha tetapi karena memang kondisi yang memasungnya. Dengan adanya kabar Natalpun, para gembalapun juga belum tentu mengalami perubahan nasib tetapi setidaknya setelah mereka bertemu dengan bayi Yesus kini mereka memuji dan memuliakan Allah (Luk. 2:20). Selama ini mungkin saja mereka hanya bekerja sesuai tugasnya. Dan itu dilakukan dengan kesungguhan diri sampai akhirnya mereka bertemu dengan bayi Yesus dan mengubah kehidupan mereka menjadi memuji dan memuliakan Allah. Perjumpaan dengan bayi Yesus itu membawa perubahan kehidupan dari yang biasa-biasa menjadi bersukacita. Hal senada juga yang diwartakan bagi umat Israel oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama. Ketika harapan akan kehidupan yang damai dan sejahtera begitu mustahil, Yesaya mengingatkan kembali bahwa ketika seorang Anak Manusia lahir maka perubahan hidup akan dirasakan seluruh bangsa (Yes 9:1-6).

Ketiga, kelahiran Tuhan Yesus adalah mempersatukan yang terpisah. Tersisa tanya bagi kita: apakah kebetulan Yesus yang dikandung Maria yang tinggal di Nazaret tetapi lahir di wilayah Yudea? Lukas rupanya ingin mengajak pembacanya untuk beromantisme akan masa kejayaan Israel. Pada zaman Yesus, Israel terpecah menjadi dua wilayah besar yaitu: Israel dan Yehuda. Ketika Yesus yang dikandung oleh Maria sehari-hari hidup di wilayah Israel tetapi lahirnya di wilayah Yehuda maka Lukas ingin menegaskan kembali bahwa kelahiran Yesus adalah mempersatukan yang tercerai-berai. Tuhan Yesus yang lahir mampu menembus batas dan sekat pemisah supaya menyatu utuh. Memang jalan cerita yang harus dilalui harus melewati kebijakan Kaisar Agustus penguasa negeri itu tetapi jalan kebijakan itu menjadi pintu masuk atas pengulangan kejayaan Kerajaan Israel kembali.

Kitapun hari ini dapat memaknai ulang Natal yang kita rayakan saat ini. Apakah Natal mampu membawa kesatuan bagi persekutuan kita baik Gereja ataupun keluarga? Apakah kita mampu merobohkan tembok pembatas dan sekat-sekat dalam kehidupan kita yang menghalangi kita tersatukan secara utuh?

Penutup
Akhirnya, Natal yang kita rayakan hari ini adalah perisitiwa bersejarah bagi kehidupan iman kita. Entah sudah berapa kali malam Natal kita rayakan dan kita peringati. Entah suasana seperti apa yang sedang kita bangun dalam perayaan ini. Entah lebih banyak mana waktu dan pikiran untuk mempersipakan diri menghayati kelahiran bayi Yesus ataukan seremoni belaka. Yang pasti dan mari kita ingat bersama narasi Injil Lukas malam ini adalah bahwa Yesus lahir dalam kesederhanaan bahkan kehinaan demi membela mereka yang selama ini disisihkan, tidak punya harapan dan yang berjalan dalam kegelapan. Jika Tuhan yang kita kenang kelahirannya seperti itu tentu kitapun diundang untuk kembali menghayati keberpihakan kita, keberpihakan gereja kita. Selamat merayakan Natal dalam damai sejahtera sorgawi. Tuhan memberkati. Amin. (to2k).

Nyanyian : KJ. 121 : 1 – 3 Dunia Kedinginan


Rancangan Khotbah : Basa Jawi

Pambuka
Pahargyan malem Natal tahun 2019 kepengker wonten salah satunggalipun lelampahan ingkang dipun lampahi dening rencang pendeta ingkang dipun suwun lelados wonten ing pasamuwan GKJW. Salah satunggal rencang paring carios kados pundi anggenipun ngungun dherek pahargyan malem Natal wonten ing salabeting hotel ingkang sae kanthi dekorasi lan lampu ingkang sarwi mewah. Tamtu kahanan ingkang makaten punika nggadahi tujuan supados sedaya umat saged mahargya Natal lan pinanggih Gusti kanthi sae. Ananging wonten rencang pendeta sanesipun ingkang sak bibaripun peladosan malem Natal mboten pikantuk panggenan kangge nginep. Lajeng rencang pendeta punika setengah dalu kedah pados panginepan kados dene lelampahanipun Bapa Yusuf lan Ibu Maryam. Pengalaman ingkang kontras punika tamtu nggadahi underan satunggal inggih punika supados peladosan dhumateng pasamuwan saged mahargya Natal lan pinanggih kaliyan Gusti Yesus ingkang sampun miyos.

Kados dene kita ing dalu punika, dalu punika kita makempal kanthi pangajab mahargya lan mengeti miyosipun Gusti Yesus. Pengetan kita punika tetales dawuh pangandikanipun Gusti ingkang dipun serat dening Injil Lukas 2:1-20. Bilih kita ngrembagi cariyos wiyosipun Gusti Yesus ing zaman sakmangke ingkang sampun pirsa cariosipun lantaran Matius, Markus lan Lukas tamtu asring dadosaken kita rumaos sampun pirsa sacara jangkep babagan punika sandyan cariosipun sampun kablidru-blidru malah mboten saged malih misah pundi ingkang miturut Lukas, Matius utawi Markus. Ananging dalu punika sumangga kita estu-estu sinau saking Injil Lukas anggen kita sinau carios miyosipun Gusti Yesus punika.

Isi
Anggenipun carios babagan wiyosipun Gusti Yesus, Injil Lukas nggadahi ciri ingkang benten kaliyan Injil sanesipun. Ciri mirunggan punika underanipun wonten ing babagkan sinten ingkang dipun belani dening Injil Lukas. Kanthi umum, kita saged nyebutaken bilih Injil Lukas anggenipun nyariosaken bab wiyosipun Gusti Yesus punika dipun tujukaken dhumateng wong cilik. Sumangga kita sinaoni:

Sepisan, Gusti Yesus ingkang miyos dening Injil Lukas dipun sebataken bilih dipun tilemaken wonten ing pemakanan. Kadosipun mboten prelu kita diskusi babagan kandangipun taksih dipun ginakaken punapa sampun dipun kosongaken awit ingkang tamtu, Injil Lukas paring katrangan bilih bayi Yesus punika dipun salap wonten ing kandang. Punapa wonten ing antawis kita ingkang dipun lairaken wonten ing panggenan ingkang makaten punika? Sak mboten-mbotenipun bilih kita punika dipun lairaken wonten ing panggonan mirunggan kangge tileming manungsa sanadyan punika kasur ingkang sarwa empuk utawi anamung galar kemawon, sae ing dalem piyambak utawi ing griya sakit. Gusti Yesus, nasibipun mboten kados kita. Punapa punika drama? Bilih kita gatosaken Lukas 2:1-7 kita saged manggihi alasan mirunggan inggih punika awit Yusuf lan Mariyam mboten pikantuk papan kangge nyipeng. Kahanan ingkang makaten punika jalaran kasetyanipun Yusuf lan Mariyam ingkang nyamektaken dawuhipun Kaisar Agustus inggih punika ndherek cacah-jiwa ing Yudea. Yusuf lan Maryam dados tiyang manca ing panggenan punika. Yusuf lan Maryam mboten gadahi fasilitas mirunggan awit wanci namung rakyat biasa.

Pambudidayanipun Yusuf lan Maryam punika awit kasetyanipun dhumateng peprentahipun Sang Nata inggih punika Kaisar Agustus. Tetala punika bilih wiyosipun Gusti Yesus punika mboten saged uwal saking peprentahipun nata. Gusti Yesus lumebet ing tatanan gesang sanadyan kedah nglampahi kahanan ingkang awrat inggih punika wiyos wonten ing kandang. Pramila punika nyadaraken kita bilih rawuhipun Gusti ing alam donya punika lumebet ing tatanan nagri mboten malah nyingkur peprentahan nagri. Punika ngemutaken kita sami bilih gesang kapitadosan kita punika kapitadosan ingkang mboten saged uwal saking peprentah ananging kapitadosan ingkang dipun uri-uri lan uripi ing salebetipun peprentahipun nagri. Kapitadosan kita punika underanipun saking sih rahmatipun Gusti Allah ingkang sampun kasunyatan. Pramila kita emut bilih Paukus paring pepiling dhumateng Titus supados kanthi saos sukur gesang kanthi nebihi sedaya lelampaham ingkang mblasar tata kadonyan lan tansah mundi kabecikan, kawicaksanan, adil lan tansah manembah ing ngarsanipun Gusti Allah (Tit. 2:12).

Kaping kalih, Injil Lukas nyebataken bilih ingkang nampi pawartos Natal inggih punika para pangon. Para pangon tamtu kemawon perangan masyarakat ingkang mboten istimewa awit mboten nggadahi kalenggahan sae tata ekonomi, sosial lan politik. Para pangon punika namung tiyang ingkang nyambut damel kanthi prasaja. Ananging kahanan ingkang makaten punika malah jalari para pangon pikantuk kanugrahan inggih punika pawartos Natal. Wanci mboten wonten dasaripun kenging punapa para pangon punika malah ingkang nampi pawartos Natal ingkang kaping sepisan ananging ingkang baken bilih pangon punika sumedya nyamektaaken pawartos punika kanthi sumedya sowan wonten ing kandang lan ngaturaken bekti dhumateng Gusti Yesus. Punika kaca benggala tumrap kita ing zaman sak mangke awit kita punika asring dipun recoki kanthi ormanen gesang ingkang malah dados reribet anggen kita manembah lan ngaturaken bekti dhumateng Gusti Yesus. Sinau saking para pangon, bilih gesang prasaja punika malah dadosaken kita saged nampi pawartos Natal lan saged manembah kanthi estu.

Para pangon gesangipun wanci biasa kemawon, punika mboten krana kesed lan mbeling awit kahanan ingkang saweg dadosaken para pangon gesangipun anamung makaten. Kanthi nampi pawartos Natal, para pangon ugi gesangipun mboten wonten ingkang benten kejawi sak mangke sami sukabingah lan memuji dhumateng Gusti Allah. Kita tamtu sak mangke saged milih: gesang biasa-biasa kemawon utawi gesang biasa ananging kebak kabingahan? Bilih kita kepingin bingah anggen nglampahi gesang, sumannga sakmangke kita manembah lan memuji dhumateng Gusti Allah.

Kaping tiga, wiyosipun Gusti Yesus punika wujudipun anggen nenunggilaken ingkang saweg kapisah. Pitakenanipun: punapa sengaja utawi mboten bilih Gusti Yesus ingkang dipun andut dening Maryam ingkang saben dinten lenggah wonten ing tlatah Israel lajeng nalika miyos wonten ing tlatah Yudea? Lukas tamtu anggadahi tujuan anggen paring cariyos punika inggih punika supados tiyang ingkang maos sami emut bilih kalih perangan wilayah punika rumiyin nyawiji nalika Raja Dawud dados nata. Ateges bilih Injil Lukas paring weling bilih Gusti Yesus ingkang miyos punika Gusti ingkang sumadya ngrukunaken memengsahan ing antawisipun Israel lan Yehuda. Tegesipun, Gusti Yesus punika Gusti kagem sedaya bangsa sae ing Israel lan ugi ing Yehuda, Gusti ingkang sumadya mangsulaken kamulyan lan kamuktenipun umat pinilih.

Dinten punika kita kadawuhan malih supados Natal ingkang kita pengeti punika ugi nggadahi teges enggal inggih punika nglempakaken balung kapisah ingkang sampun mboten nate dipun tunggilaken. Pitakenanipun: punapa Natal punika nyawijiaken tetunggilan kita sae ing pasamuwan, brayat lan ugi masyarakat? Punapa kita sumadya nyingkiraken pepalang ingkang ngeling-ngelingi tetunggilan kita murih saged manunggal malih?

Panutup
Pungkasipun, sumangga pahargyan Natal kita ing 2020 punika kita dadosaken sejarah awit Gusti Yesus ingkang wiyos punika Gusti ingkang nyejarah ugi dados underanipun kapitadosan kita. Sampun mboten saged kaetang malih kaping pinten anggen kita mahargya Natal, sampun mboten saged malih karaosaken kados pundi manah kita nalika mahargya Natal ananging sumangga menggalih malih pundi ingkang kita gatosaken tumrap kita ingkang mahargya Natal: kita langkung kathah nyawisaken pahargyan tata lair utawi kita langkung nyawisaken dhiri murih saged manembah lan asung bekti dhumateng Gusti Yesus ingkang sampun prapta punika? Bilih Gusti Yesus sampun sumadya miyos ing kandang ingkang ina murih nedahaken bilih saweg paring pitulungan dhumateng tiyang ingkang ringkih lan nista, kita ugi katimbalan supados martosaken pawartos Natal dhumateng para sedherek ingkang sak mangke nandang karingkihan gesang. Sugeng mahargya Natal, Gusti berkahi kita. Amin (to2k)

 Pamuji : KPJ. 213 : 1 3 Allah Ngesorken Srira

Renungan Harian

Renungan Harian Anak