Minggu Adven III
Stola Ungu
Bacaan 1 : Yesaya 61 : 1 – 4, 8 – 11
Bacaan 2 : 1 Tesalonika 5 : 16 – 24
Bacaan 3 : Yohanes 1 : 6 – 8, 19 – 28
Tema Liturgis : Setia dan Berjaga-jaga Menanti Kedatangan Kristus
Tema Khotbah: Kritis dan Tetap Rendah Hati
Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 61 : 1 – 4, 8 – 11
Nabi melihat dirinya sedang melaksanakan tugas hamba. Para tawanan yang dimaksud adalah orang Yahudi-pembuangan di Babel. Tahun kemurahan adalah tahun Sabat, secara tradisi merupakan waktu untuk membatalkan utang dan pembebasan tawanan Ibrani (lih Ul 15; bdk. Im 25). Pengurapan pada ayat 1 mungkin gambaran, yang berarti “ditunjuk”. Para nabi biasanya tidak diurapi, meskipun Elia diceritakan mengurapi Elisa dalam 1 Raj 19:16. Sehingga pengurapan ini menjadi tanda yang istimewa bahwa sang utusan ini ditunjuk langsung oleh Allah untuk memberitakan kabar pembebasan bagi umat.
Dalam konteks Trito-Yesaya, perikop ini melukiskan perhatian nabi bagi orang miskin. Lebih lagi bagian ini adalah sebuah perutusan seorang hamba Allah untuk membangkitkan lapisan bawah masyarakat. Nabi di sini adalah pembawa kabar baik, utusan yang mewartakan keadilan Tuhan. Yang menarik adalah bagian perutusan ini melampaui konteks historis, di mana seorang utusan yang dipakai untuk penggenapan akan janji pembebasan tetap dapat relevan dalam setiap zaman.
1 Tesalonika 5 : 16 – 24
Paulus mendorong orang Tesalonika untuk melakukan apa yang harus dilakukan: bergembira, selalu berdoa dan bersyukur. Ia meminta mereka untuk melakukan hal-hal itu, karena semua itu merupakan kehendak Allah dalam Kristus Yesus. Akhirnya, karena Roh Kudus memperlihatkan diri dalam banyak cara, hendaknya diusahakan agar karunia-Nya digunakan dengan semestinya dan diakui. Karunia kenabian hendaknya dihormati secara khusus. Tetapi, segalanya harus diuji, apakah karunia itu berasal dari Roh atau bukan. Jika karunia itu dari Roh, dan karenanya baik, hendaknya dipertahankan. Tetapi, jika karunia itu berasal dari yang jahat, seharusnya hal itu dihindari dalam segala bentuknya karena berasal dari iblis.
Doa terakhir Paulus menggaris-bawahi kenyataan keberadaan orang Kristen di Tesalonika. Mereka dapat didorong untuk melakukan hal-hal yang telah disebutkan dalam seluruh surat. Karena melalui Yesus Kristus, Allah telah membuatnya mungkin bagi mereka untuk melakukan semua itu. Dengan alasan ini, Paulus memanjatkan doanya kepada Allah dan memohon supaya mereka sempurna dalam kekudusan. Sebelumnya, Paulus telah menyatakan bahwa merupakan kehendak Allah agar mereka bertumbuh dalam kekudusan (4:3,7) dan supaya mereka tinggal dalam kedamaian (5:13). Hanya oleh kedamaian inilah yang dapat membawa mereka (roh, jiwa dan tubuh) tanpa cela sampai pada saat kedatangan Tuhan. Itulah Allah yang memanggil mereka, Allah yang dapat dipercaya dan yang akan menyempurnakan keselamatan mereka.
Yohanes 1 : 6 – 8, 19 – 28
Sejatinya keseluruhan pasal satu dari Injil Yohanes ini adalah sebuah pengantar untuk masuk ke dalam seluruh bagian Injil, yang memperkenalkan pembaca, baik pada teologi Yohanes, yakni apa yang ia percaya mengenai Allah dan Yesus, maupun pada pelayanan Yesus. Pengantar terdiri dari prolog dan kesaksian-kesaksian. Ayat 6-8 yang adalah bagian dari prolog berisi pernyataan permulaan mengenai Yohanes Pembaptis dan kedudukannya dalam bingkai rencana besar Allah.
Kedudukan itu ditegaskan dengan kisah kesaksian dari Yohanes Pembaptis sendiri ketika muncul pertanyaan tentang jati dirinya. Yohanes mengarahkan setiap pertanyaan dengan jawaban-jawaban yang menuju pada pengenalan akan Yesus Kristus. Ungkapan “Mesias”, “Elia” dan “nabi yang akan datang” menunjukkan kerinduan umat Yahudi akan pembebasan yang mereka nantikan dari kerajaan Romawi yang sedang berkuasa. Ada banyak kabar waktu itu mengenai mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu.
Pada saat Yohanes Pembaptis berkata, “Dia yang datang kemudian dari padaku”, ia mewakili seluruh Perjanjian Lama, yang mengarahkan orang kepada Yesus Kristus. Kesempatan bagi Yohanes Pembaptis untuk menyerukan bahwa Mesias sungguh-sungguh akan hadir dan membawa pembebasan bagi umat-Nya.
Benang Merah Tiga Bacaan
Yohanes Pembaptis sebagai utusan Tuhan bertugas untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias. Ia melakukan sepenuh hati dan tidak untuk keagungan diri. Hal ini sama seperti yang dinubuatkan dalam bacaan pertama bahwa seorang utusan bertugas mewartakan berita pembebasan oleh Mesias bagi siapapun juga. Untuk itu, kita harus menghargai utusan Tuhan masa kini dengan tetap kritis, sambil senantiasa mengucap syukur, bersukacita dan berdoa, serta dengan rendah hati turut dalam membagikan keselamatan sampai kedatangan Tuhan kembali.
Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Dalam perjalanan gereja Tuhan di Jawa Timur, ada banyak kisah tentang tokoh-tokoh yang mengabdikan hidupnya untuk merintis persekutuan umat Tuhan di suatu tempat tertentu, yang akhirnya menjadi sebuah gereja/jemaat, termasuk jemaat-jemaat di GKJW. Dari sisi barat sampai timur wilayah Jawa Timur ini, kisah-kisah perjuangan para leluhur GKJW membuka lahan dan merintis persekutuan tentunya dapat menginspirasi kehidupan kita bersama.
Ambillah contoh kisah Kyai Kelas Waridin yang rela meninggalkan kenyamanannya di Sidokare (sekarang di daerah Sidoarjo), untuk ngangsu kawruh kepada pamannya, yaitu Karolus Wiryoguno. Lalu pada tanggal 22 November 1870 memimpin pembabatan hutan Godek yang terkenal wingit menjadi sebuah desa Kristen dan di sana berdirilah jemaat Bongsorejo. Atau kisah mbah Puji yang juga menjadi salah satu perintis berdirinya jemaat Pujiharjo, dan tentunya masih banyak kisah-kisah lainnya (Bisa ditambahkan atau diganti dengan kisah yang ada di jemaat atau MD masing-masing). Mereka adalah pribadi-pribadi yang memberi diri untuk membuka jalan supaya banyak orang memperoleh pemberitaan Injil dan percaya kepada Yesus Kristus.
Isi
Kisah Yohanes Pembaptis dalam bacaan ketiga tentunya adalah kisah yang sangat familiar untuk kita semua, yaitu ketika Yohanes Pembaptis mulai diperkenalkan secara rinci berkaitan dengan tugasnya. Yang menarik adalah ketika namanya mulai dikenal oleh banyak orang, apalagi keseharian Yohanes yang sering membaptis orang, ternyata mendorong orang-orang Yahudi dari Yerusalem yang diwakili beberapa imam dan orang-orang Lewi mendatanginya. Mereka ingin tahu perihal orang yang yang sedang naik daun ini. Siapakah Yohanes sebenarnya? Apakah ia seorang Mesias, atau Elia atau Nabi yang akan datang?
Pada titik ini, Yohanes memiliki kesempatan kalau dia ingin mengagungkan dirinya sendiri. Dengan ketenaran yang dia miliki, orang bisa percaya kalau dia seorang Mesias, apalagi titlenya yang dikenal banyak orang sebagai Pembaptis. Mungkin saja kalau dia mau berpura-pura menjadi seorang Mesias, dia akan mendapatkan perlakuan istimewa dari orang-orang Yahudi. Akan tetapi itu tidak dilakukan oleh Yohanes Pembaptis
Ketika mereka bertanya dan ingin mendapatkan kejelasan, ternyata mereka tidak menemukan jawaban yang sesuai dengan perkiraan mereka. Dari pertanyaan-pertanyaan para imam dan orang Lewi yang memunculkan kata Mesias, Elia dan Nabi yang akan datang, adalah sebagai tanda kerinduan umat Yahudi pada datangnya seseorang yang dari Allah untuk membebaskan mereka dari pemerintahan dunia. Yohanes berkata lain, ia menyatakan bahwa dirinya adalah suara yang berseru-seru di padang gurun mengutip Yesaya 40:4. Ia adalah seorang utusan yang bertugas untuk mengabarkan bahwa Mesias akan datang. Yesaya layaknya seorang nabi dalam bacaan pertama hari ini, yang mengabarkan akan hadirnya Juru Selamat, dimana kehadiran-Nya akan membawa pembebasan bagi umat. Seorang Juru Selamat yang akan menghadirkan keadilan dan menggenapi janji Tuhan.
Yohanes menyatakan bahwa Mesias itu bukanlah dirinya. Ia sangat tidak layak dibandingkan dengan Sang Mesias yang akan datang. Namun setiap umat yang mendengar hendaknya bersukacita dan percaya pada berita yang ia kabarkan. Mereka harus bersiap menyambut kedatangan-Nya dengan hidup yang berkenan kepada Tuhan. Selayaknya dalam bacaan kedua bahwa setiap umat diajak untuk hidup baik di dalam Kristus, senantiasa bersukacita dan mengucap syukur. Terlebih, dengan mantap mendengarkan dan menerima pengajaran yang baik, yaitu yang datangnya dari Tuhan.
Penutup
Menghayati Firman Tuhan di atas, khususnya kisah Yohanes Pembaptis, sedikit banyak membuat kita mengingat bagaimana perjuangan para leluhur GKJW yang setia dalam menjadi jalan bagi datangnya keselamatan di dalam Tuhan. Mereka yang dengan gigih dan berani mengambil resiko demi semakin banyaknya orang yang percaya kepada Kristus. Akan selalu ada celah bagi mereka untuk diagungkan karena jasa-jasa dan kerja kerasnya. Namun lagi-lagi, mereka memilih untuk tidak menjadi semakin populer dan besar untuk diagungkan, tetapi Kristus Yesus yang terus dikabarkan dan bertambah banyak orang yang percaya kepada-Nya. Hingga sampai akhirnya, mungkin tidak banyak cicit, canggah dan keturunan berikutnya mengenal perjuangan mereka, namun mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Maka, menjadi masuk akal ketika kita menghayati pelayanan di dalam Tuhan seperti lagu anak-anak, Dia Harus S’makin Bertambah, Ku Harus S’makin Berkurang (kalau memungkinkan bisa dinyanyikan oleh pengkhotbah). Oleh sebab itu, mari dalam suasana Adven ini kita terus mengikut Tuhan dengan setia, kritis dan penuh tanggung-jawab, serta dengan rendah hati mengingat, bahwa hanya Tuhanlah yang hendaknya diagungkan. Amin. [DP]
Nyanyian : KJ. 246 Ya Allah yang Maha Tinggi
—
Rancangan Khotbah : Basa Jawi
Pambuka
Ing salampahing gesang pasamuwanipun Gusti ing tlatah Jawi Wetan, kathah sanget cariyos bab para abdinipun Gusti ingkang ngaturaken gesangipun kangge ngrintis patunggilanipun Gusti ing pelosok-pelosok dusun, ngantos dados pasamuwan/greja ingkang ageng, kalebet ugi pasamuwan-pasamuwan GKJW. Wiwit saking tlatah Jawi Wetan sisih kilen ngantos dumugi sisih wetan, kathah sanget cariyos bab sesepuhipun GKJW ingkang ngantos babat alas lan ngrintis pasamuwan enggal ing ngriku. Cariyos-cariyos mekaten punika tamtunipun saged dados inspirasi kangge gesang patunggilan kita.
Tuladhanipun cariyos bab Kyai Kelas Waridin. Kyai Kelas punika kanthi lila nilar dalemipun ing Sidokare (sakpunika ing Sidoarjo), kangge ngangsu kawruh dhateng pak lik-ipun, inggih punika Karolus Wiryoguna ing Mojowarno. Lajeng ing tanggal 22 Nopember 1870, Kyai Kelas kaliyan para sedherek ugi siswanipun mbabat alas Godek ingkang kasuwur wingit. Saksampunipun, lajeng dipun dadosaken dusun kristen lan ing ngrika kawiwitaning pasamuwan enggal, inggih punika pasamuwan Bongsorejo. Wonten malih cariyos mbah Puji ingkang ugi dados salah satunggiling abdipun Gusti ingkang ndherek mbabat alas lajeng dipun dadosaken dusun Pujiharjo ugi pasamuwanipun. Tamtu kemawon kathah cariyos-cariyos sanesipun. (saged dipun gantos kaliyan cariyos ingkang wonten ing MD piyambak-piyambak). Tiyang-tiyang punika purun paring gesangipun kangge mbikak margi supados kathah tiyang saged nampi pawartosing Injil lan pitados dhumateng Gusti Yesus.
Isi
Cariyos bab Yokanan Pambaptis ing waosan ingkang kaping tiga tamtunipun cariyos ingkang sampun umum kangge kita sadaya, bilih punapa ingkang dados tanggel-jawabipun Yokanan Pambaptis kacariyosaken kanthi cetha. Kala semanten kathah tiyang tepang kaliyan Yokanan, punapa malih sadinten-dintenipun Yokanan punika mbaptis tiyang. Kawontenan punika ingkang njalari tiyang-tiyang Yahudi saking Yerusalem ngutus para imam lan tiyang Lewi kangge manggihi Yokanan. Sadaya punika pengin mangertos prekawis satunggal tiyang ingkang populer punika. Sejatosipun, sinten ta Yokanan punika? Punapa piyambakipun punika Kristus, Elia, utawi nabi ingkang badhe rawuh?
Ing kawontenan ingkang kados mekaten, saged kemawon menawi Yokanan gumunggung, lajeng ngegungaken dhiri. Awit sampun kathah tiyang ingkang ngraosaken paladosanipun, punapa malih kawontenanipun Yokanan ingkang mbaptis tiyang, pramila wonten tiyang ingkang mastani bilih Yokanan punika Mesias. Saged kemawon menawi Yokanan badhe nilar kasetyanipun dhumateng Gusti Allah lajeng paring kawruh bilih piyambakipun punika Mesias. Ananging punika mboten dipun lampahi dening Yokanan.
Nalika tiyang-tiyang kalawau paring pitakenan dhateng Yokanan, kacariyosaken bilih tiyang-tiyang punika mboten manggihi wangsulan ingkang dipun ajeng-ajeng saking Yokanan. Para Imam lan para Lewi nyuwun pirsa, punapa leres bilih Yokanan punika Mesias, utawi Elia, utawi Nabi ingkang badhe rawuh. Tigang nami ingkang kasebat punika dados pratanda bilih tiyang-tiyang Yahudi punika kagungan pangajeng-ajeng ingkang ageng tumrap rawuhipun Mesias ingkang saged paring pangluwaran saking pamrintah Romawi. Ananging, kangge mangsuli pitakenan punika, Yokanan lajeng mbabaraken punapa ingkang dipun karsakaken Gusti Allah lumantar piyambakipun. Yokanan ngagem Yesaya 40:4 bilih piyambakipun punika swara ingkang nguwuh-uwuh, inggih punika utusanipun Gusti ingkang kagungan tanggel jawab mbabaraken pawartos rawuhipun Juru Wilujeng. Sang Mesih punika badhe paring pangluwaran kangge sadaya umatipun Gusti, ugi mbabar kaadilanipun Gusti.
Yokanan martosaken bilih piyambakipun sanes Sang Mesih. Sang Mesih punika klangkung agung lan suci menawi badhe dipun sandingaken kaliyan piyambakipun. Ananging Sang Mesih punika saestu rawuh, pramila para umat ingkang sampun mireng pawartos kaslametan punika kaajak supados kanthi suka bingah nyawisaken dhiri nampi rawuhipun Gusti. Para umat kaajak cecawis nampi rawuhipun Gusti kanthi mbudidaya gesang. Kados waosan ingkang kaping kalih kalawau bilih saben tiyang kaajak supados gesang ingkang nyondongi kaliyan karsanipun Gusti, kebak ing saos sokur lan tansah bingah ing manah. Langkung-langkung, kanthi saestu mireng lan nampi sadaya pamulanging Gusti lumantar saksintena abdinipun.
Panutup
Ngraos-raosaken sabdanipun Gusti punika, langkung-langkung cariyos bab Yokanan Pambaptis, tamtunipun saged ngengetaken kita dhateng gesangipun para sepuh GKJW ingkang kanthi setya nuladhani bab dados margining kaslametan. Para sepuh kalawau kanthi saestu paring paladosan lan mboten ajrih lumampah ing pundia papan kangge mbabar Injil. Ing sadaya paladosan, punapa malih kangge para pelados ingkang sampun kathah pakaryanipun, kathah ugi pacobenipun. Salah satunggaling pacoben punika ngegungken dhiri. Ananging para sepuh kalawau kanthi setya nindhakaken paladosan kagem kaluhuraning asmanipun Gusti, sanes dhirinipun piyambak. Wusananipun, kathah para wayah, canggah ingkang mboten wanuh kaliyan para sepuh punika, ananging lumantar gesangipun para sepuh kalawau, sadaya wanuh kaliyan Gusti.
Kados pepujian “Dia Harus S’makin Bertambah, Ku Harus S’makin Berkurang” (Manawi saged, mangga pengkhotbah memuji), sadaya pasamuwanipun Gusti kaajak nindhakaken paladosanipun kagem kaluhuranipun Gusti. Pramila, sumangga kita ngraos-raosaken bulan Adven punika kanthi setya tuhu ndherek Gusti, kritis lan kebak ing tanggel jawab, langkung-langkung kanthi andhap-asoring manah tansah pitados bilih Gusti Allah piyambak ingkang kedah kaluhuraken. [DP]
Pamuji : KPJ. 266 Nulada mring Sang Pamarta