Mempercayai Yesus di Tengah Badai Kehidupan Khotbah Minggu 12 Januari 2025

30 December 2024

Minggu Baptisan Tuhan
Stola Putih

Bacaan 1: Yesaya 43 : 1 – 7
Mazmur: Mazmur 29
Bacaan 2: Kisah Para Rasul 8 : 14 – 17
Bacaan 3: Lukas 3 : 15 – 17, 21 – 22

Tema Liturgis: Damai Sejahtera di Antara Manusia yang Berkenan kepada-Nya
Tema Khotbah: Mempercayai Yesus di Tengah Badai Kehidupan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 43 : 1 – 7
Perikop ini adalah bagian dari kitab Yesaya, yang berisi janji Tuhan kepada umat-Nya, Israel, dalam konteks penghiburan dan peneguhan. Tuhan menyatakan kepada Yakub (Israel) bahwa mereka adalah umat milik-Nya. Meskipun mereka merasa tertekan dan ketakutan, Tuhan telah menebus dan memanggil mereka dengan nama mereka. Ini menegaskan bahwa bangsa Israel adalah umat kepunyaan-Nya. Disini Tuhan menjanjikan perlindungan dan keselamatan bangi bangsa Israel ketika mereka ada dalam situasi yang ekstrem, seperti saat menyeberangi lautan atau melalui api. Ini melambangkan perlindungan Tuhan terhadap umat-Nya Israel dalam segala kondisi kehidupan yang sulit. Tuhan menyebutkan Ia adalah Juruselamat Israel. Tuhan membayar harga tebusan untuk mereka dan menjaga mereka dengan cara yang luar biasa. Tuhan menegaskan nilai dan kehormatan umat-Nya di mata-Nya. Mereka sangat berharga dan dicintai-Nya, sehingga Tuhan memberikan pengganti yang besar untuk hidup mereka. Tuhan berjanji menyertai dan mengumpulkan mereka dari berbagai penjuru dunia. Ini adalah janji pemulihan dan pengumpulan kembali. Tuhan akan memerintah berbagai penjuru untuk membawa kembali anak-anak-Nya. Ini menggarisbawahi pentingnya pemulihan umat-Nya dari diaspora. Semua orang yang disebut dengan nama Tuhan adalah ciptaan-Nya untuk kemuliaan-Nya. Ini menekankan bahwa umat Tuhan diciptakan untuk tujuan mulia dan memuliakan-Nya. Secara keseluruhan, ayat-ayat ini mengandung pesan penghiburan dan jaminan bahwa Tuhan akan melindungi, memulihkan, dan mengumpulkan umat-Nya. Ini juga menekankan nilai dan tujuan mulia dari setiap individu yang dipanggil dengan nama Tuhan.

Kisah Para Rasul 8 : 14 – 17
Setelah berita tentang keberhasilan misi penginjilan di Samaria sampai ke Yerusalem, rasul-rasul di Yerusalem merasa penting untuk memastikan bahwa jemaat di Samaria benar-benar memahami ajaran yang benar. Oleh karena itu, mereka mengutus Petrus dan Yohanes, dua rasul yang sangat berpengaruh, untuk meninjau dan memberikan dukungan. Petrus dan Yohanes datang ke Samaria dan melakukan doa khusus untuk jemaat di sana agar mereka menerima Roh Kudus. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka telah menerima firman Allah dan dibaptis, mereka belum menerima karunia Roh Kudus yang dianggap penting untuk kehidupan rohani mereka. Hal ini menunjukkan bahwa dalam praktek kekristenan awal, ada dua tahapan penting: baptisan dalam nama Yesus dan penerimaan Roh Kudus. Setelah doa dan penumpangan tangan oleh Petrus dan Yohanes, orang-orang Samaria menerima Roh Kudus. Ini menandakan bahwa penerimaan Roh Kudus seringkali dihubungkan dengan peran rasul dan doa mereka, dan menjadi bagian penting dari proses inisiasi dalam komunitas Kristen awal. Secara keseluruhan, ayat-ayat ini menggambarkan pentingnya peran rasul untuk memastikan bahwa jemaat baru menerima semua aspek ajaran Kristen yang lengkap, termasuk penerimaan Roh Kudus. Proses ini juga menunjukkan bagaimana kekristenan awal memandang pengajaran dan pemberian karunia Roh Kudus sebagai bagian integral dari kehidupan iman.

Lukas 3 : 15 – 17, 21 – 22
Lukas 3:15-17 menggarisbawahi peran Yohanes Pembaptis sebagai pengantar kepada Yesus dan penjelasan tentang jenis pembaptisan yang akan dibawa oleh Yesus. Lukas 3:21-22 mencatat momen penting ketika Yesus dibaptis dan dinyatakan sebagai Anak Allah, memberikan dasar yang kuat bagi pelayanan-Nya dan pengakuan ilahi atas identitas dan misi-Nya. Kedua bagian ini bersama-sama menggambarkan transisi dari pelayanan Yohanes ke pelayanan Yesus, serta mengungkapkan persetujuan dan kuasa ilahi yang menyertai Yesus.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Benang merah yang menghubungkan ketiga bacaan diatas adalah tema penyelamatan, pengakuan identitas ilahi, dan kuasa roh. Tuhan mengklaim umat-Nya sebagai milik-Nya dan berjanji untuk menyelamatkan mereka, sementara Yesus, sebagai Anak Allah, menggenapi janji-janji tersebut melalui pelayanan-Nya yang diisi dengan kuasa Roh Kudus.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Sekelompok pendaki gunung memutuskan untuk mendaki puncak gunung yang terkenal sulit dan berbahaya. Mereka sangat bersemangat, dengan peralatan yang lengkap dan persiapan fisik yang matang, mereka berangkat mendaki. Mereka semua tahu bahwa mereka akan menghadapi tantangan besar, jalur yang curam, cuaca yang tidak menentu, dan bahaya tersembunyi di sepanjang jalan. Untuk membantu mereka dalam perjalanan ini, mereka menyewa seorang pemandu yang sangat berpengalaman, yang telah mendaki gunung ini puluhan kali. Pemandu ini tahu setiap sudut dan celah gunung, kapan cuaca akan berubah, dan di mana tempat-tempat yang paling berbahaya. Ia juga memiliki reputasi untuk membawa setiap kelompok pendaki kembali dengan selamat.

Saat perjalanan dimulai, cuaca cerah dan para pendaki merasa yakin. Namun, saat mereka mulai mendaki lebih tinggi, awan gelap mulai berkumpul, dan badai tiba-tiba datang. Angin bertiup kencang, kabut tebal menutupi jalur, dan suhu turun drastis. Beberapa pendaki mulai merasa takut dan cemas. Beberapa dari mereka ingin menyerah dan kembali turun. Mereka merasa tidak bisa melanjutkan perjalanan di tengah kondisi seperti ini. Namun, pemandu yang berpengalaman itu tetap tenang. Dia berkata kepada mereka, “Percayalah padaku. Saya tahu jalannya. Tetap dekat dengan saya, ikuti jejak langkah saya, dan kita akan melewati ini dengan selamat.” Meski takut, para pendaki itu memutuskan untuk mengikuti saran pemandu mereka. Mereka tetap dekat dengannya, berjalan di jalur yang sama, dan mendengarkan setiap petunjuk yang diberikannya. Saat badai semakin hebat, ada saat-saat di mana beberapa pendaki merasa sangat ingin menyerah. Tetapi, pemandu itu terus memberi dorongan dan berkata, “Jangan menyerah. Kita hampir sampai.” Perlahan-lahan, badai mulai mereda, dan kabut mulai hilang. Akhirnya, mereka tiba di puncak gunung. Dari puncak itu, mereka bisa melihat pemandangan yang menakjubkan, awan yang bergulung di bawah mereka, dan matahari yang mulai bersinar kembali. Para pendaki bersorak kegirangan. Mereka tahu bahwa tanpa pemandu, mereka mungkin tidak akan pernah mencapai puncak itu. Mereka bersyukur karena mempercayai dan mengikuti pemandu yang telah membawa mereka dengan selamat, meskipun di tengah badai yang hebat.

Isi
Hari ini kita merayakan Minggu Baptisan Tuhan Yesus, sebuah peristiwa penting dalam kehidupan Yesus dan juga dalam perjalanan iman kita. Melalui baptisan-Nya, Yesus memulai pelayanan-Nya di dunia dan menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa. Di hari ini, kita diajak untuk merenungkan bagaimana kita dapat mempercayai Yesus di tengah badai kehidupan yang kita alami.

Bacaan pertama kita hari ini diambil dari Yesaya 43:1-7, di mana Tuhan berbicara kepada umat Israel yang sedang berada dalam pembuangan di Babel. Tuhan berkata, “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu; engkau ini kepunyaan-Ku.” Di sini kita melihat bagaimana Allah memberikan jaminan kepada umat-Nya di tengah situasi sulit dan penuh ketidakpastian. Allah berjanji untuk menyertai mereka melalui air dan api, simbol dari tantangan dan cobaan yang harus mereka hadapi. Ini adalah janji yang luar biasa, bahwa apa pun badai kehidupan yang kita hadapi, Allah akan selalu bersama kita dan tidak akan membiarkan kita sendirian.

Bacaan kedua kita dari Kisah Para Rasul 8:14-17 menggambarkan bagaimana para rasul pergi ke Samaria untuk menumpangkan tangan atas orang-orang yang telah percaya. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana Roh Kudus bekerja di tengah-tengah umat percaya, memperkuat mereka, dan memberikan mereka kuasa untuk menghadapi berbagai tantangan hidup. Seperti orang-orang Samaria yang menerima Roh Kudus, kita juga dipanggil untuk hidup dalam kuasa Roh Kudus, mempercayai pimpinan-Nya di tengah badai kehidupan kita.

Akhirnya, bacaan Injil kita hari ini dari Lukas 3:15-17, 21-22 membawa kita kepada momen penting di mana Yesus dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. Setelah Yesus dibaptis dan sedang berdoa, langit terbuka, dan Roh Kudus turun dalam rupa burung merpati ke atas-Nya, dan terdengar suara dari langit berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Ini adalah pengesahan ilahi atas diri Yesus sebagai Anak Allah dan pernyataan kasih Bapa yang mendalam kepada-Nya.

Momen baptisan Yesus ini bukan hanya momen penting bagi Yesus sendiri, tetapi juga bagi kita. Melalui baptisan kita sendiri, kita diundang untuk hidup dalam identitas baru kita sebagai anak-anak Allah. Kita diingatkan bahwa kita juga dikasihi oleh Allah dan kasih ini bukan tergantung pada kondisi hidup kita atau badai apa pun yang kita hadapi. Ketika kita menghadapi badai kehidupan, kita dapat mempercayai bahwa Allah bersama kita, seperti Dia bersama Yesus, dan Roh Kudus yang sama yang turun ke atas Yesus juga ada dalam hidup kita, memimpin dan menguatkan kita.

  1. Percaya kepada Allah di Tengah Badai Kehidupan: Dalam Yesaya 43, Allah mengingatkan kita untuk tidak takut karena kita adalah milik-Nya. Ketika badai kehidupan datang, baik itu dalam bentuk masalah keuangan, kesehatan, relasi, atau pekerjaan, kita dipanggil untuk mempercayai bahwa Allah bersama kita. Dia tidak akan membiarkan kita tenggelam dalam air atau terbakar dalam api. Dia adalah Allah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan nama kita.
  2. Mengandalkan Kuasa Roh Kudus: Seperti yang ditunjukkan dalam Kisah Para Rasul, kita memerlukan Roh Kudus untuk menuntun kita. Roh Kudus memberikan kita kekuatan, penghiburan, dan hikmat di tengah tantangan hidup. Ketika kita merasa lemah dan tak berdaya, Roh Kudus hadir untuk memberi kita kekuatan baru dan memperbaharui iman kita.
  3. Meneladani Ketaatan dan Ketekunan Yesus: Yesus, melalui baptisan-Nya, menunjukkan ketaatan yang total kepada Bapa. Dia tahu bahwa pelayanan-Nya akan membawa-Nya kepada penderitaan dan salib, tetapi Dia tetap setia. Dalam hidup kita, kita juga dipanggil untuk taat dan setia, meskipun kita menghadapi tantangan yang berat. Ketika kita mengikuti teladan Yesus, kita menemukan keberanian untuk menghadapi badai kehidupan dengan iman yang teguh.

Penutup
Di tengah badai kehidupan yang kita alami, kita dipanggil untuk mempercayai Yesus sepenuhnya. Marilah kita percaya bahwa Allah selalu menyertai kita, bahwa Roh Kudus memberi kita kekuatan, dan bahwa melalui Yesus, kita memiliki pengharapan yang tidak tergoyahkan. Dalam setiap badai, ingatlah bahwa Allah berkata, “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau.” Mari kita melangkah maju dengan iman dan keyakinan, mengetahui bahwa kita tidak pernah sendirian. Selamat mempercayai Yesus dalam badai kehidupan. Amin. [Life].

 

Pujian: KJ. 407 : 1, 4  Tuhan, Kau Gembala Kami

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Sapatunggilan ‘pendaki gunung’ mutusaken kangge minggah pucuk gunung ingkang misuwur awrat lan mbebayani. Para pendaki punika semangat sanget, nyawisaken piranti ingkang jangkep lan persiapan fisik ingkang mateng. Para pendaki punika ugi sami pirsa bilih badhe ngadhepi tantangan ageng, jalur ingkang curam, cuaca ingkang mboten tamtu, saha bebaya ingkang mboten saged dipun prediksi. Kangge mbiyantu lelampahan punika, para pendaki punika nyewa satunggaling pemandu ingkang sampun pengalaman, ingkang sampun nate minggah gunung punika wongsal-wangsul kanthi wilujeng. Pemandu punika pirsa saben pojokan lan celah gunung ingkang mbebayani, kapan cuaca badhe molah-malih, saha panggenan ingkang awrat. Pemandu kalawau ugi gadhah reputasi kangge ngasta saben kelompok pendaki wangsul kanthi wilujeng.

Nalika lelampahan kawiwitan, cuaca cerah lan para pendaki rumaos yakin. Nanging, nalika para pendaki punika minggah langkung inggil, mega kados-kados dados peteng, lan prahara dumadakan dugi. Angin mubeng kenceng, kabut kandel nutupi margi, saha suhu mandap kanthi drastis. Sawetawis pendaki rumaos ajrih lan cemas. Sawetawis saking pendaki punika kepengin nyerah lan wangsul mandap. Para pendaki punika rumaos mboten saged nerusaken lelampahan ing satengahing kawontenan nggegirisi punika. Nanging, pemandu ingkang pengalaman punika tansah paring semangat dan ngantebaken lampahipun para pendaki kalawau. Pemandu kalawau matur dhateng para pendaki, “Mangga pitados dhateng kula. Kula sampun sumerap marginipun. Tetepa nyelak kaliyan kula, sami ngetutaken jejakipun sikil kula, mugi temahan kita badhe nglangkungi sadaya bebaya punika kanthi wilujeng.” Sanadyan ajrih, para pendaki mutusaken kangge ndherek kemawon kados ingkang dipun aturaken pemandu kalawau. Para pendaki tetep nyelak kaliyan pemandu, mlampah nglangkungi margi utawi jalur ingkang sami, saha mirengaken saben pitedah ingkang kaparingaken. Nalika prahara saya gumebyar, wonten wekdal ing pundi sawetawis pendaki rumaos sanget kepengin nyerah. Nanging, pemandu punika terus paring semangat, aturipun, “Sampun nyerah. Kita sampun badhe dumugi.” Baka sekedhik, prahara milai suda, saha kabut wiwit sirna. Wusananipun, para pendaki dumugi pucuk gunung. Saking pucuk punika, para pendaki saged ningali pemandangan ingkang endah sanget, mega ingkang nglumbung wonten ngandhap, saha srengenge ingkang wiwit padhang malih. Para pendaki sami sorak kebak kabingahan. Para pendaki sumerap bilih tanpa pemandu, mbok menawi mboten saged dumugi pucuk punika. Para pendaki sami matur nuwun dhateng pemandu kalawau. Awit saged dipun pinitados lan paring panduan ingkang saged ndugekaken para pendaki punika kanthi wilujeng, sanadyan kedah ngadepi prahara ingkang ageng.

Isi
Dinten punika, kita sami lumebet ing Minggu Baptisanipun Gusti Yesus, ingkang dados prastawa ingkang wigatos ing gesangipun Gusti Yesus lan ugi wonten ing lampahing iman kapitadosan kita. Lelampahan baptisanipun Gusti Yesus punika dados wiwitaning peladosanipun Gusti Yesus ing alam donya lan dados paseksi ketaatanipun dhateng Sang Rama. Ing dinten punika, kita sami kaajak ngraos-ngraosaken kados pundi supados kita saged pitados dhateng Gusti Yesus wonten ing satengahing prahara gesang ingkang kita alami.

Waosan kaping satunggal kapendhet saking Yesaya 43:1-7, ing pundi Gusti Allah martosaken dhateng umat Israel ingkang wonten pembuangan ing tanah Babel. Gusti Allah ngandika, “Sira aja wedi, awit Ingsung wus nebus sira, Ingsun wus nimbali sira kanthi nyebut jenengira, sira iki kagunganingSun.” Ing ngriki kita saged mangertosi kados pundi Gusti Allah paring jaminan kawilujengan dhateng umatipun wonten ing satengahing kawontenan ingkang awrat. Gusti Allah janji tansah nganthi, sae nglangkungi toya lan geni, mesthi badhe wilujeng, mboten badhe keli dan kobong. Toya lan geni kalawau nggambaraken tantangan lan pacoben ingkang kedah dipun adhepi. Punika dados janji ingkang luar biasa, bilih ing sadaya prahara gesang ingkang kita adepi, Gusti Allah mesthi badhe ndhampingi kita lan mboten bakal nilaraken kita piyambakan.

Waosan kaping kalih kapendhet saking Para Rasul 8:14-17 nglantaraken kados pundi para rasul tindhak dhateng Samaria kangge ndongakaken umat ingkang sampun pitados. Prastawa punika nedahaken kados pundi Sang Roh Suci makarya wonten ing umat ingkang pitados, ngiyataken, lan paring panguwaos kangge ngadhepi tantanganing gesang. Kados ta umat Samaria ingkang nampi Sang Roh Suci, kita ugi kaparingan timbalan kangge gesang wonten ing panguwaosipun Sang Roh Suci, lan pitados dhateng pimpinipun ing satengahing prahara gesang kita.

Waosan Injil kita ing dinten punika saking Lukas 3:15-17, 21-22 paring paseksi bilih Gusti Yesus dipun baptis dening Yohanes ing lepen Yordan. Sesarengan Gusti Yesus dipun baptis lan ngunjuk donga, langit kabikak, lan Roh Suci tedhak ing wujud peksi dara, lan wonten swanten saking langit makaten, “Sira iku PutraningSun kang Sun kasihi, kang dadi keparenging panggalihingSun.” Punika nedahaken tanda bilih Gusti Yesus dados Putranipun Allah lan pernyataan tresna Sang Rama ingkang mendhem dhateng Panjenenganipun.

Wonten ing prastawa baptisanipun Gusti Yesus punika mboten namung dados prastawa ingkang sae kagem Gusti Yesus piyambak, ananging ugi kangge kita sadaya. Lumantar baptisan kita piyambak, kita dipun ajak gesang wonten ing identitas enggal, kita dados para putranipun Gusti Allah. Kita kaengetaken bilih kita ugi dipun tresnani dening Gusti Allah lan katresnan punika mboten gumantung dhateng kawontenan gesang kita utawi prahara ingkang saweg kita adepi. Nalika kita ngadhepi prahara gesang, kita saged pitados bilih Gusti Allah punika ngamping-ngampingi kita, kados ta Sang Rama ngamping-ngampingi Gusti Yesus, lan Roh Suci ingkang tedhak dhateng Gusti Yesus ugi wonten ing gesang kita, nuntun, lan ngiyataken kita.

  1. Pitados dhumateng Gusti Allah wonten ing satengahing prahara gesang: Wonten ing Yesaya 43, Gusti Allah paring kakiyatan supados kita mboten nandang ajrih awit kita punika kagunganipun Gusti. Nalika prahara gesang nempuh kita, punika saged wonten ing wujud masalah keuangan, kesehatan, sesambetan, utawi pendamelan, kita sami kaajak pitados bilih Gusti Allah mesthi ngancani lan mitulungi kita. Gusti mboten badhe negakaken kita klelep ing toya utawi kobong ing geni. Gusti Allah ingkang badhe paring kawilujengan kangge kita. Ngentasaken kita saking sakathahing bebaya.
  2. Ngandelaken Panguwasaning Roh Suci: Kita sami mbetahaken Roh Suci kangge nenuntun kita. Roh Suci ingkang saged maringi kita kakiyatan, panglipur, lan kawicaksanan wonten satengahing tantangan gesang. Nalika kita kraos ringkih lan tanpa daya, Roh Suci rawuh kangge paring kita kakiyatan enggal lan ngiyataken iman kapitadosan kita.
  3. Nuladha Kataatan lan Katekunanipun Gusti Yesus: Gusti Yesus, lumantar baptisanipun ngartosaken ing bab kataatanipun dhateng Sang Rama. Gusti Yesus pirsa bilih paladosanipun badhe ngarah dhateng sangsara lan salib, nanging Panjenenganipun tetep setya. Wonten ing gesang kita, kita ugi kaparingan timbalan kangge taat lan setya, sanadyan kita ngadhepi tantangan ingkang awrat. Nalika kita ndherek tuladhanipun Gusti Yesus, kita saged manggih kekendelan kangge ngadhepi prahara gesang kanthi iman ingkang kiyat.

Panutup
Wonten ing satengahing prahara ingkang kita alami, sumangga sami pitados dhateng Gusti Yesus kanthi manteb. Sumangga sami pitados Gusti Allah mesthi ngrencangi lan mitulungi kita. Roh Suci paring kakiyatan lan lumantar Gusti Yesus, kita sami gadhah pangajeng-ajeng ingkang mboten badhe muspra. Wonten ing saben prahara, mangga sami engeta bilih Gusti Allah ngandika, “Aja pada wedi, jalaran Aku wus nebus kowe.” Sumangga kita sami lumampah kanthi iman lan pangandel, bilih Gusti Allah mboten badhe negakaken gesang kita. Sugeng pitados namung dhumateng Gusti Allah ing sadaya prahara ingkang nempuh gesang kita. Amin. [Life].

 

Pamuji: KPJ. 433 : 1 – 2  Gusti Mugi Nuntun Kawula

Renungan Harian

Renungan Harian Anak