Ekumene Khotbah Minggu 18 Oktober 2020

5 October 2020

Minggu Biasa – Bulan Ekumene
Stola Hijau

Bacaan 1 :  Keluaran 33 : 12 – 23
Bacaan 2 : 
1 Tesalonika 1 : 1 – 10
Bacaan 3 : 
Matius 22 : 15 – 22

Tema Liturgis :  Kesetiaan Kepada Leluhur Bangsa
Tema Khotbah: 
Ekumene

 

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Keluaran 33 : 12 – 23
Kitab Keluaran ini melanjutkan kisah yang ada dalam kitab Kejadian. Dalam bahasa Yunani kitab ini bernama Exodus yang artinya “Keluaran” atau “keberangkatan”. Sehingga dalam kitab ini berisikan kisah karya Tuhan kepada orang Israel yang dikeluarkan dari tanah perbudakan di Mesir. Karya Tuhan kepada bangsa Israel ini sungguh luar biasa sebagai wujud nyata penyertaan Tuhan bagi bangsa Israel. Dalam bacaan kita Keluaran 33 adalah konteks perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian Kanaan. Semula karena dosa bangsa Israel, Tuhan murka dan Israel tidak boleh masuk ke tanah perjanjian. Tetapi karena kasih-Nya pada umat Israel mereka diperbolehkan Allah masuk di tanah Kanaan dan hanya disertai oleh Malaekat (baca Keluaran 32). Di keluaran 33 ini diceritakan bahwa karena doa dan permohonan Musa kepada Tuhan, agar bukan hanya Malaekat yang menemani mereka masuk tanah perjanjian, maka Allah mendengarkan doa itu dan menyertai Israel masuk ke tanah perjanjian Kanaan.

1 Tesalonika 1 : 1 – 10
Surat ini adalah surat Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Surat ini dimulai dari dalam bahwa surat berasal dari mana dan juga ucapan syukur karena rasul Paulus bahagia menyaksikan buah dari pelayananannya kepada jemaat Tesalonika. Dari surat ini kelihatan bagaimana buah-buah dari karya Paulus dalam pemberitaan Injil-Nya. Buah itu antara lain iman yang dimiliki oleh jemaat Tesalonika tersebar luas disekitaran tempat itu (Makedonia dan Akhaya ayat 7), sekaligus iman mereka bisa menjadi teladan bagi orang percaya saat itu. Kasih dan jerih kasih di antara mereka tumbuh dengan subur. Hal ini menandakan bahwa hidup mereka adalah hidup yang diberkati oleh Allah. Demikian juga mereka hidup dalam pengharapan dalam Kristus Yesus yang sungguh nyata dalam kehidupan mereka bersama di jemaat Tesaloknika. Allah memilih mereka untuk diselamatkan dan menerima anugerah Tuhan. Dengan iman, pengharapan dan kasih maka buah pelayanan dari Rasul Paulus sungguh nyata dalam jemaat ini.

Matius 22 : 15 – 22
Dalam bacaan ini kita diajak melihat bagaimana Tuhan Yesus berusaha untuk dijatuhkan di hadapan orang banyak, bagaimana orang Farisi  berusaha untuk menjebak-Nya. Dengan tameng memuji Tuhan bahwa Yesus adalah orang yang jujur, tidak takut pada siapapun karena tidak mencari muka, mereka menjebak-Nya dengan harapan bahwa Yesus akan terjebak untuk mengatakan “tidak” membayar pajak pada Kaisar yang artinya Yesus menentang pemerintahan Romawi, atau mengatakan “ya” untuk membayar pajak yang artinya Yesus membela penjajah Romawi. Tetapi Yesus berlaku cerdik menjawab  pertanyaan jebakan itu dengan baik, dengan jujur dan tanpa melupakan kebenaran. Yesus mengatakan apa yang wajib diberikan buat Kaisar, maka wajib diberikan kepada Kaisar, demikian juga kepada Allah, apa yang wajib diberikan kepada Allah, harus diberikan kepada Allah.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Hidup yang disertai oleh Allah, sebagimana bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian Kanaan, membuahkan kebaikan-kebaikan dalam kehidupan ini. Hidup yang diberkati Allah membuat kita mempunyai kasih, iman dan pengharapan. Dengan kasih, iman dan pengharapan ini kita memperjuangkan keadilan dan kebenaran dengan penuh kejujuran, tidak takut pada siapapun dan selalu setia pada Tuhan Yesus. Kesetiaan akan perjuangan seperti yang dilakukan nenek moyang bangsa Israel dan kesetiaan pada Tuhan menjadi teladan dalam kehidupan bersama.

 

Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan
Kesetiaan merupakan sesuatu yang sangat mahal di jaman sekarang ini. Setiap hari perjalanan kehidupan kita diperhadapkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesetiaan, baik dalam hubungan dalam persahabatan, pacaran, rumah tangga, bisnis ataupun pelayanan. Ada sebuah cerita, dimana ada seorang suami yang begitu mencintai istrinya, mereka sudah dikaruniai  7 orang anak. Suatu ketika istrinya mengalami penyakit tumor otak dan kadang-kadang membuat istrinya tidak berpikir normal dan melakukan tindakan yang aneh-aneh. Sehingga suami ini selalu menjagai istrinya, agar tindakkannya tidak membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Sampai akhirnya penyakit tumor otak yang diderita istrinya semakin parah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Semua aktifitasnya dibantu oleh suaminya, makan, minum, mandi, berpakaian dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan suaminya sampai 15 tahun lamanya. Banyak teman dan saudaranya menganjurkan untuk menyerahkan istrinya ke rumah sakit atau panti yang bisa mengasuhnya, sehingga suaminya tidak kerepotan merawatnya. Katanya,”Dia adalah istri saya dan ibu dari ketujuh anak saya. Saya akan merawatnya dan tidak akan menyerahkannya pada rumah perawatan atau rumah sakit, saya bisa merawatnya sendiri”. Sebelum kematiannya, istri suami tadi berkata pada temannya yang menjenguknya, ”Kapan saja engkau dan teman-teman membicarakan tentang kesetiaan dan pernikahan, katakan bahwa suamiku mencintaiku sama dari dulu sampai sekarang, tidak pernah berubah”.

Jika saudara-saudara berdiri pada posisi suami ini, apakah bisa kita setia? Apakah kita tidak meninggalkan dan mencari istri yang baru? Kesetiaan selalu mempunyai dampak bagi kehidupan kita sendiri dan bahkan kepada orang lain di sekitar kita. Demikian juga dalam kehidupan kita yang majemuk dan penuh perbedaan dalam masyarakat. Ada yang mengatakan untuk hidup bersama dengan orang yang berbeda kita harus mengikuti cara hidup mereka? Bagaimana kita bersikap di tengah perbedaan kehidupan ini?

Isi
Hidup yang disertai oleh Tuhan itulah yang menjadi pengharapan setiap umat Tuhan. Sebagaimana dalam bacaan kita yang pertama bagaimana umat Israel disertai Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Mulai dibawa keluar dari tanah perbudaan Mesir sampai masuk pada tanah perjanjian Kanaan. Pertama kali karena dosa-dosa bangsa Israel tidak boleh masuk tanah Kanaan, Allah murka. Namun Allah berubah pikiran dan memperbolehkan bangsa Israel masuk tanah perjanjian, namun hanya disertai oleh Malaekat-malaekat saja. Sampai akhirnya Musa berdoa kepada Tuhan dan akhirnya Tuhan menyertai bangsa Israel masuk Kanaan. Dengan selalu disertai oleh Tuhan, maka membuahkan perbuatan-perbuatan kebaikan di tengah-tengah bangsa Israel. Dengan disertai oleh Tuhan, menjadikan bangsa Israel bangsa yang diberkati Tuhan. Demikian dengan kehidupan kita sekarang di jaman ini, jika kita hidup dalam dosa maka kita tidak akan disertai oleh Tuhan, tetapi jika kita hidup dalam kebaikan, kita akan disertai Tuhan, kita akan selalu diberkati Tuhan. Kehidupan bangsa Israel kala itu, harusnya menjadi pelajaran atau teladan bagi kita semua saat ini, agar kita hidup disertai oleh Tuhan dan menghasilkan buah-buah kebaikan dalam kenyataan hidup ini.

Dalam bacaan kita yang kedua Rasul Paulus begitu bahagia dan mengucap syukur karena menyaksikan buah dari pelayananannya kepada jemaat Tesalonika. Dari surat ini kelihatan bagaimana buah-buah dari karya Paulus dalam pemberitaan Injil-Nya. Buah itu antara lain adalah iman yang di miliki oleh jemaat Tesalonika tersebar luas di sekitaran tempat itu  (Makedonia dan Akhaya ayat 7), sekaligus iman mereka menjadi teladan bagi orang percaya saat itu. Kasih dan jerih kasih di antara mereka tumbuh dengan subur. Hal ini menandakan bahwa hidup mereka hidup yang diberkati oleh Allah. Demikian juga mereka hidup dalam pengharapan kepada Kristus Yesus yang nyata dalam kehidupan bersama di jemaat Tesalonika. Allah memilih mereka untuk diselamatkan atau menerima anugerah Tuhan. Dengan iman, pengharapan dan kasih maka buah pelayanan dari Rasul Paulus sungguh nyata dalam jemaat ini. Dan inilah yang harus terjadi dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan sekarang ini. Di tengah tantangan kehidupan sekarang ini, kehidupan yang penuh kemajemukan, maka seharusnya iman, pengharapan dan kasih itu tetap harus tumbuh subur. Bagaimana kita tetap mempunyai iman yang kuat ditengah-tengah mayoritas yang berbeda, bagaimana kita  bisa mengasihi sesama kita termasuk yang berbeda itu, dengan tetap berpengharapan kepada Yesus yang terus menyertai kehidupan kita bersama.

Sebuah keteladanan tentang kesetiaan diteladankan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada kita semua. Dia setia pada misi menyelamatkan kita semua meski harus menderita dan mati bagi kita semua. Demikain juga dalam bacaan kita yang ketiga, kita diajak melihat bagaimana orang Farisi berusaha menjatuhkan Tuhan Yesus  di hadapan orang banyak dengan menjebak-Nya. Dengan tameng memuji Tuhan bahwa Yesus adalah orang yang jujur, tidak takut pada siapapun karena tidak mencari muka, mereka menjebak-Nya dengan harapan bahwa Yesus akan terjebak untuk mengatakan “tidak” membayar pajak kepada Kaisar yang artinya Yesus menentang pemerintahan Romawi, atau berkata “ya” untuk membayar pajak yang artinya Yesus membela penjajah Romawi dan tidak peduli dengan bangsanya sendiri. Tetapi Yesus bisa cerdik menjawab pertanyaan jebakan itu dengan baik, dengan jujur dan tanpa melupakan kebenaran. Yesus mengatakan apa yang wajib diberikan buat Kaisar, maka wajib diberikan kepada Kaisar, demikian juga kepada Allah, apa yang wajib diberikan kepada Allah, harus diberikan kepada Allah. Disini Yesus tidak membandingan atau menyamakan kesetiaan kepada pemerintah dan kepada Tuhan, namun semuanya mempunyai bagian sendiri-sendiri.

Kesetiaan atas teladan leluhur bangsa Israel dan kesetiaan kepada Tuhan Yesus harus tetap kita miliki selamanya. Meski apapun yang terjadi di sekitaran hidup kita. Namun bukan berarti kita tidak bisa hidup bersama dengan yang lain yang berbeda, kita menghormati perbedaan, tetapi tetap setia pada Tuhan Yesus. Kesetiaan yang menjadi barang mahal saat ini harus berada dalam hidup kita sebagai orang percaya, sehingga dengan begitu kita bisa hidup seturut dengan kehendak Tuhan, disertai dan diberkati, serta menghasilkan perbuatan-perbuatan baik yang bisa menjadi kesaksian kehidupan kita semua.

Penutup
Hidup dalam kemajemukan adalah keniscayaan dalam hidup kita di Indonesia ini. Bukan berarti kita harus bisa hidup sama dengan yang mayoritas, namun kita harus hidup dengan kesetiaan, menghargai perbedaan, mengasihi sesama kita, dan hidup disertai oleh Tuhan. Dengan perbuatan yang baik karena berkat Tuhan dalam kehidupan kita, bisa menjadi kesaksian kita kepada Tuhan. Mari hidup dalam iman, pengharapan dan kasih, serta tetap setia pada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan memberkati. Amin (syn).

 

Nyanyian : KJ. 424 : 1, 2  Yesus Menginginkan Daku

Rancangan Khotbah : Basa Jawi

Pambuka
Bab kasetyan ing jaman samangke dados barang ingkang awis reginipun. Wonten ing pigesangan saben dinten kita asring manggihi bab kasetyan punika, sae wonten ing bab kekancan utawi sesrawungan, pacaran, gesang gegriyan, bisnis lan ugi wonten ing peladosan. Wonten cariyos mekaten: wonten tiyang jaler ingkang saestu nresnani semahipun. Piyambakipun sampun kagungan putra 7 saking semahipun punika. Sanes wekdal semahipun tiyang jaler punika nandang sakit tumor otak ingkang dadosaken semahipun punika boten saged mikir kanthi normal, lan asring tumindak ingkang aneh-aneh awit boten sadar ingkang sampun kelampahan. Pramila tiyang jaler punika tansah nenggani semahipun punika supados boten tumindak ingkang bebayani piyambakipun lan ugi tiyang sanes. Ngantos ing sawijining dinten semahipun tiyang jaler punika sansaya sanget sakitipun, ngantos mboten saged punapa-punapa. Dahar, ngunjuk, siram, lan sanes-sanesipun boten saged dipun tindakaken piyambak nanging kedah dipun tulungi tiyang jaler semahipun. Prastawa ingkang kados mekaten punika kelampahan ngantos 15 taun laminipun. Kathah para sederek lan kancanipun tiyang jaler punika ingkang sanjang supados semahipun dipun titipaken wonten panti utawi wonten ing griya sakit, supados boten kawratan. Tiyang jaler punika lajeng matur, ”Piyambakipun semah kula lan ugi ibu saking 7 anak kula. Kula badhe ngrawati piyambakipun lan kula mboten purun nitipaken semah kula wonten panti utawi griya sakit”. Sakderengipun semahipun ingkang estri seda, piyambakipun matur dhateng para tiyang lan kancanipun ingkang sami mbesuk mekaten,”Kapan wae, sampeyan lan kanca-kanca ngomongake bab nenikahan dan kasetyan, critanana bojoku sing tetep tresna karo aku selawase ora malih-malih sampek mati”.

Menawi panjenengan ngraosaken ingkang dipun raosaken dening tiyang jaler punika, punapa nggih kita saged setya? Punapa kita boten badhe nilar semah kita lan pados ingkang enggal? Kasetyan punika mesti migunani (berdampak) wonten ing gesang kita piyambak lan ugi kagem tiyang sanes ing sakiwa tengen kita. Semanten ugi ing pigesangan saben dinten ing tengahipun kahanan ingkang kebak mawarni-warni ingkang benten, suku, agama, kaya, miskin, lan sapiturutipun. Asring wonten pemanggih kita: kedah saged gesang sami kaliyan tiyang kathah punika. Punapa inggih leres mekaten? Kados pundi kita saged gesang kaliyan tiyang sanes ingkang benten-benten punika?

Isi
Gesang ingkang dipun sarengi dening Gusti Allah punika ingkang dipun pingini/dados pangajeng-ngajeng dening sedaya umatipun Gusti. Kados dene waosan kita ingkang sepisan kala wau, kados pundi bangsa Israel gesang dipun sarengi dening Gusti Allah, wiwit medal saking perbudakan Mesir, ngantos lumebet wonten ing tanah prajanji inggih punika Kanaan. Sakderengipun bangsa Israel punika boten dipun parengaken lumebet ing tanah Kanaan amargi tumindak dosa. Nanging Gusti paring pangapunten lan ngeparengaken bangsa Israel lumebet tanah Kanaan ananging namung dipun sarengi dening para Malekatipun Gusti. Ningali kawontenan ingkang mekaten Musa nyuwun lan dedonga dhumateng Gusti Allah supados Gusti Allah nyarengi bangsa Israel lumebet wonten ing tanah Kanaan. Gusti Allah ngabulaken pandonganipun Musa dan kersa nyarengi bangsa Israel lumebet wonten ing tanah Kanaan. Kanthi nyarengi bangsa Israel punika ateges Gusti Allah tansah berkahi bangsa Isreal punika. Kanthi berkah punika dadosaken bangsa Israel sangsaya nuwuhaken tumindak gesang ingkang sae, nuwuhaken woh kabecikan ing salebeting gesangipun.

Semanten kaliyan gesang kita ing jaman samangke, menawi gesang kita kebak ing dosa, kita boten badhe dipun sarengani Gusti Allah. Gesang kita tebih saking berkahipun Gusti Allah. Kosok wangsulipun, menawi gesang kita kebak ing katresnan, miturut karsanipun Gusti, ateges gesang kita dipun sarengani dening Gusti Allah lan berkahipun Gusti Allah lumuntur ing gesang kita. Karana punika ing salampahing gesang kita kedah nuwuhaken pratingkah ingkang sae, nuwuhakeh woh-wohing kabecikan.

Wonten waosan kita ingkang kaping kalih Rasul Paulus sanget bingahipun lan saos syukur awit mirsani wohing saking peladosanipun dhateng pasamuan ing Tesalonika. Wonten ing serat punika ketingal sanget woh-wohan saking peladosanipun Rasul Paulus wonten ing pawartos Injiling Gusti. Woh punika antawisipun bab iman/kapitadosan ingkang dipun gadhahi dening pasamuan Tesalonika ingkang sumebar ing sakiwa tengenipun (Makedonia lan Akhaya ayat 7), semanten ugi kapitadosan punika saged dados patuladan kagem tiyang pitados kala semanten. Katresnan ugi tuwuh subur ing antawasipun pasamuwan. Punika nedahaken bilih gesangipun pasamuwan tansah binerkahan dening Gusti Allah. Semanten ugi gesang  ing pangajeng-ngajeng dhateng Gusti Yesus nyata ing pasamuwan Tesalonika. Gusti Allah sampun miji pasamuan Tesalonika nampi kawilujengan utawi nampi sih rahmat. Kanthi wontenipun kapitadosan, pangajeng-ngajeng dhateng Gusti Yesus lan katresnan nedahaken woh-wohing peladosan rasul Paulus punika nyata wonten ing gesang pasamuan. Lan punika ugi ingkang kedah kelampahan wonten gesangipun tiyang pitados jaman samangke. Wonten ing tengah-tengahipun tantangan gesang jaman samangke, gesang ing tengah-tengah kamajemukan, pramila kedahipun kapitadosan, katresnan lan pangajeng-pangajeng kedah tuwuh kanthi subur. Kados pundi kita saged tetep gadhahi kapitadosan ingkang kiyat ing tengah-tengah mayoritas ingkang benten punika? Kados pundi kita saged nresnani tiyang sanes lan sesami kita? Punika ingkang dados pangajeng-ngajeng gesang kita supados Gusti Allah tansah nganthi lan berkahi kita sedaya wonten gesang sesarengan punika.

Tuladha lan kasetyan punika sampun wonten ing Gusti kita Yesus Kristus. Panjenenganipun tansah setya ing tujuanipun lelados inggih punika nylametaken manungsa, senadyan kedah nandhang kasangsaran lan seda sinalib kangge kita sedaya. Semanten ugi wonten waosan kita ingkang kaping tiga, bangsa Farisi lan Herodian kepingin njebak Gusti Yesus kanthi pitakenan. Kanthi tameng memuji Gusti bilih Yesus punika tiyang ingkang jujur, mboten ajrih kalih sinten kemawon, mboten pados katenaran, para Farisi lan Herodian paring pitakenan bab pajeg. Ing pangajeng-ngajengipun tiyang Farisi lan Herodian, Gusti Yesus badhe paring wangsulan ingkang saged dipun damel njebak Gusti Yesus ing ngajengipun tiyang kathah. Menawi Gusti Yesus paring wangsulan “mboten sisah bayar” pajeg, ateges Panjenenganipun punika nglawan dhateng bangsa Romawi, menawi paring wangsulan “inggih kedah bayar” ugi kados-kados boten mihak bangsanipun piyambak. Ananing Gusti paring wangsulan ingkang sae, bilih punapa ingkang kedahipun dipun paringaken dhateng Kaesar, kedah dipun paringaken, semanten ugi dumateng Gusti Allah. Ing ngriki Gusti Yesus boten kok nyamiaken Kaisar kaliyan Gusti Allah, nanging namung paring pitedah ingkang jujur bilih sedaya punika wonten bagianipun piyambak-piyambak.

Kasetyan lan ugi patuladhan saking leluhur kados kasetyanipun bangsa Israel dumateng Gusti Allah, kedah wonten ing gesang kita selaminipun. Senadyan punapa kemawon badhe kelampahan ing gesang kita sedaya. Kita saged gesang kaliyan tiyang sanes ingkang benten kaliyan kita, kita purun ngajeni tiyang ingkang benten punika lan tetep setya dhateng Gusti Yesus. Kasetyan dados barang ingkang awis punika kedah rumesep ing gesang kita, para tiyang pitados. Kanti mekaten kita saged gesang condong kaliyan karsanipun Gusti, dipun sarengi lan dipun berkahi Gusti, sarta ngasilaken woh-woh pratingkang ingkang sae sarta saged dados paseksi kita dhateng Gusti.

Panutup
Gesang wonten ing Indonesia punika kebak ing bab ingkang benten. Boten ateges kita kedah gesang sami kaliyan tiyang ingkang mayoritas, nanging kita kedah gesang kanthi kasetyan, ngajeni perbedaan, ngasihi sesami lan gesang ing patunggilanipun Gusti Allah. Kanthi pratingkah ingkang sae tamtu berkahipun Gusti Allah saged kita raosaken. Lan kita saged dados paseksining Gusti Allah ing gesang sadinten-dinten. Sumangga kita gesang kanthi kapitadosan ingkang kiat, tansah gadhahi pangajeng-ngajeng dhateng Gusti Yesus lan gesang kanthi kebak katresnan. Gusti mbrekahi kita sedaya. Amin. (syn).

Pamuji  : KPJ. 357  Endahing Saduluran

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak