Minggu Biasa – Bulan Budaya
Stola Hijau
Bacaan 1 : Hakim – hakim 4 : 1 – 7
Bacaan 2 : I Tesalonika 5 : 1 – 11
Bacaan 3 : Matius 25 : 14 – 30
Tema Liturgis : Among Rasa, Tepa Slira
Tema Khotbah: Membiasakan Diri Menyapa
Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Hakim – hakim 4 : 1 – 7
Sebelum Israel memiliki seorang Raja yang menjadi pemimpin bangsa tersebut, Israel dipimpin oleh seorang hakim atau nabi dalam periode sekitar tahun 1375 – 1050 SM. Pada masa itu ada seorang perempuan satu-satunya yang menjadi nabiah sekaligus hakim. Ia adalah Debora, istri Lapidot. Sebagai seorang hakim, Debora tahu tentang hukum yang berlaku di Israel dan bersikap tegas serta adil terhadap bangsa Israel. Sebagai seorang nabiah, tugasnya ialah menyampaikan perintah Tuhan kepada bangsa Israel.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai nabiah dan hakim yang memimpin bangsa Israel, Debora memiliki seorang teman bernama Barak, seorang jenderal tentara. Barak memiliki kemampuan yang baik di medan perang. Ia juga memiliki kemampuan menggerakkan pasukan dan juga bangsanya ketika menghadapi serangan musuh.
Pada saat bangsa Israel dikuasi oleh Sisera, panglima tentara kerajaan Kanaan, hidup bangsa Israel menderita sebab Sisera menindas orang-orang Israel. Lalu Tuhan berpesan kepada Debora supaya Barak menggerakkan pasukannya dari bani Naftali dan bani Zebulon untuk menyerang Sisera. Sebagai seorang jenderal tentara, tentu hal itu tidaklah sulit bagi Barak. Namun Barak ingin melakukan perjuangan bersama-sama dengan Debora. Hal tersebut dilakukan Barak, sebab bersatunya jenderal tentara dengan Nabi sekaligus Hakim untuk maju bersama memperjuangkan kemerdekaan bangsa Israel dari penindasan Sisera, akan membawa dampak positif bagi pasukan dan bangsa Israel yakni membakar semangat perjuangan rakyat.
Majunya Barak disertai Debora melambangkan dua hal. Pertama, perjuangan ini diiringi firman Allah (yang ditampakkan dalam diri Debora), sekaligus semangat persatuan pasukan dan bangsa Israel (yang ditampakkan dalam diri Barak). Kedua, hal ini juga menunjukkan bahwa Barak bukanlah seorang yang gila hormat sehingga maju perang mengandalkan kekuatan dan pasukannya sendiri. Tetapi Barak adalah seorang ksatria yang maju berperang dengan mengandalkan perintah Tuhan sambil mengangkat semangat perjuangan dari bangsanya. Hal ini menunjukkan sapaan Tuhan terhadap kehidupan umat-Nya yang mengalami kemerosotan moralitas.
1 Tesalonika 5 : 1 – 11
Surat pertama kepada Jemaat di Tesalonika diyakini merupakan yang paling awal dari surat-surat Paulus yang ada dan mungkin kitab tertua dalam Perjanjian Baru. Ajaran-ajaran Paulus dalam surat ini berfokus pada Kedatangan Kedua Yesus Kristus, termasuk kesulitan yang para pengikut Yesus Kristus akan hadapi sebelum kedatangan-Nya kembali (lih. 1 Tes.3:3), Kebangkitan orang Kristen pada Kedatangan Kedua (lih. 1 Tes. 4:13–14), dan waktu dari Kedatangan Kedua Kristus (lih. 1 Tes. 5:1–2). Melalui pembicaraan ini mengajak kepada kita bersama untuk menghayati panggilan kita bersama di dunia sambil menanti Kedatangan Tuhan Yesus yang Kedua dan menerima dorongan untuk tetap setia kepada Tuhan.
Kepada siapa kitab ini dituliskan dan mengapa? Paulus menulis 1 Tesalonika kepada para anggota Gereja di Tesalonika. Tesalonika adalah sebuah kota yang memiliki penduduk yang besar dan makmur. Tesalonika terletak di kerajaan Yunani kuno, daerah Makedonia. Tesalonika menjadi sebuah kota yang terkenal karena ada dua fitur penting di kota itu. Pertama kota tersebut dibangun di pelabuhan alami yang terbaik di Laut Aegean, dan itu terletak di jalan raya utama yang menghubungkan Roma dengan Asia. Selama perjalanan misionaris Paulus yang kedua, Roh Kudus mengarahkan Paulus dan rekan-rekannya — Silas,Timotius, dan Lukas — untuk melakukan perjalanan melintasi Laut Aegean menuju Makedonia (lih. Kis. 16:6–12). Hal ini memprakarsai pemberitaan Injil di Eropa. Setelah berkhotbah di Filipi (lih. Kis. 16:12–40), Paulus dan Silas melakukan perjalanan ke Tesalonika.
Paulus bekerja dengan Silas di Tesalonika, tetapi mereka diusir dari kota oleh para pemimpin orang Yahudi (lih. Kis. 17:1–9). Kemudian, Timotius melaporkan kepada Paulus bahwa para Orang Suci di Tesalonika tetap setia terlepas dari penganiayaan dan bahwa pengaruh saleh mereka meluas (lih. Kis. 18:5; 1 Tes. 1:7–8; 3:6–8). Orang-orang yang insaf di Tesalonika adalah sebagian dari orang Eropa pertama yang memeluk Injil, dan sebagai hasilnya mereka menghadapi penganiayaan. Mereka memiliki banyak pertanyaan mengenai Kedatangan Kedua. Oleh karena itu, dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Paulus menuliskan kata-kata berisi dorongan, semangat dan kekuatan serta membahas pertanyaan-pertanyaan mereka mengenai Kedatangan Yesus Kristus yang kedua. (1 Tes. 4–5). Paulus memberi tahu para Orang Suci agar menjadi kudus dan agar mempersucikan diri mereka. Dia menjelaskan bahwa ketika Tuhan datang kembali, para Orang Suci yang telah setia dalam kesaksian mereka tentang Kristus, baik mereka yang telah meninggal maupun mereka yang masih hidup, akan bangkit dan menemui Tuhan. Paulus mengingatkan para anggota Gereja untuk bersiap dan menanti-nantikan hari kedatangan Kristus.
Matius 25 : 14 – 30
Sama seperti dalam menafsirkan teks-teks lain, salah satu prosedur penting dalam menafsirkan sebuah perumpamaan adalah memperhatikan konteksnya. Kepada siapa perumpamaan ini ditujukan? Dalam situasi seperti apa perumpamaan tersebut disampaikan?
Matius 24:1-3 memberi petunjuk eksplisit bahwa semua pengajaran Tuhan Yesus di pasal 24 dan 25 ditujukan kepada murid-murid Tuhan Yesus. Secara khusus, semua itu diajarkan dalam kaitan dengan akhir zaman. Murid-murid diperintahkan untuk mewaspadai tanda-tanda akhir zaman (24:4-44) dan mempersiapkan diri dalam segala waktu (24:45-25:13). Tuhan Yesus dapat datang setiap saat seperti pencuri. Karena itu, murid-murid harus waspada dan menunggu, supaya tidak tertinggal seperti lima gadis bodoh (25:1-13).
Apakah menantikan kedatangan Tuhan Yesus berarti hanya berdiam diri saja? Tentu saja tidak! Kata sambung “sebab” di 25:14 menyiratkan hubungan yang erat antara 25:1-13 dan 25:14-30. Maksudnya, “berjaga-jaga” di ayat 13 menuntut lebih daripada sekadar kewaspadaan dan penantian. Dengan kata lain, menunggu di sini bukan menunggu secara pasif. Poin inilah yang ingin ditegaskan dalam perumpamaan tentang talenta.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan di atas menyatakan bahwa di setiap perkara dalam hidup bahkan persoalan yang cukup berat adalah proses yang tetap menjadi bagian yang semua bisa teratasi. Berkat sapaan Tuhan Allahlah, semua yang menjadi pergumulan hidup kita bisa dilewati penuh dengan sukacita. Untuk itu sebuah kebiasaan atau membudayakan memberikan sapaan akan menjawab banyak pergumulan hidup, hingga kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya, kita dapat tetap hidup penuh dengan kedamaian.
Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Salam Sejahtera, sudahkah bapak ibu menyapa kanan kiri, depan belakang saudara dalam kebaktian saat ini? (Sapalah lebih dahulu dengan bersalaman, senyuman yang indah dan suka cita saudara yang ada di samping saudara). Ada sebuah peneliti yang menyatakan bahwa menyapa itu selain memberikan kesan sopan santun juga membantu memperbaiki komunikasi. Menyapa rekan kerja akan menyukakan hati rekan kerja kita. Jika itu dilakukan oleh seorang pimpinan tentulah akan menunjukan sikap kepemimpinan yang demokratis. Yang jelas sapaan bisa mengatasi banyak persoalan. Persoalan yang semula mengalami kebuntuan menjadi teratasi dengan baik dan akan tercipta suasana yang damai. Janganlah seperti cerita dalam sebuah kampung yang karena warganya tidak saling menyapa maka terjadilah kericuhan besar. Pada kesempatan ini kita akan bersama bergumul tentang sapaan yang bisa menjawab pergumulan hidup ditengah-tengah kita bersama memasuki bulan budaya ini. Semoga dalam bulan budaya ini kita memiliki kebiasaan hidup saling menyapa yang membangun kehidupan ini menuju kehendak Tuhan.
Isi
Bapak ibu, saudara yang dikasihi Tuhan, salah satu pergumulan yang berat dalam hidup ini adalah kemerosotan moral. Bisa dikatakan bahwa kemerosotan moral adalah kejahatan yang berat dalam kehidupan manusia atau mungkin dapat disebut juga bahwa kemerosotan morallah yang menjadikan kehidupan ini menjadi pecah, rusak bahkan menuju kehancuran. Seseorang kalau sudah dituduh mengalami kemerosotan moral seakan-akan hidupnya sudah tidak berarti, sebaik apapun yang pernah dilakukan kalau sudah terjadi kemerosotan moral maka hidupnya tidak akan pernah mendapat tempat bagi orang lain. Dalam keadaan yang semacam itu nampak di masa hakim-hakim dimana kehidupan bangsa Israel mengalami kemerosotan moral. Namun Tuhan tidak membiarkan umat-Nya menjadi umat yang tiada berarti. Akibat dari kemerosotan moral itulah bangsa Israel jatuh dan dibawah tekanan bangsa lain dibawah Sisera. Dalam keadaan inilah kehadiran Hakim menjadi sarana agar bangsa Israel tidak terjatuh. Dalam keadaan yang semacam ini Allah memberikan sapaan kepada umat dengan kehadiran Debora (hakim perempuan). Kehadiran Debora adalah simbol kehadiran Allah. Ada sapaan Allah yang berani, tegas dan lemahlembut melalui Debora yang menyelamatkan Israel dari kejatuhan. Nyata bahwa sapaan dengan kelemahlembutan itu yang dapat mememberikan keselamatan bagi bangsa Israel. Bersama dengan panglima Barak sapaan Tuhan dalam mengentaskah kehidupan bangsa Israel dibawah tekanan Sisera dapat dilepaskan.
Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Dia menceritakan tentang seorang tuan rumah yang akan bepergian. Tuan itu menyerahkan talenta kepada hambanya, masing-masing menurut kemampuan hamba tersebut. Ada yang diberi 5 talenta, ada yang 2 talenta dan 1 talenta. Talenta itu dipercayakan kepada hambanya agar mereka mengembangkan talenta tersebut.
Dengan pengembangan itu diajarkan kepada kita tidak bisa memandang potensi (talenta itu) dipandang remeh sekalipun potensi itu hanya satu talenta. Untuk itu saat potensi yang kecil dan sederhana bisa bertanggung jawab maka perkara yang besar akan diberikan kepada hidup manusia. Bahkan juga sebaliknya bila kita tidak bisa bertanggungjawab terhadap hal yang kecil tidak akan diberikan tanggung jawab yang besar.
Hal perlu kita rasakan yang ditekankan dari bacaan kita hari ini, dalam kitab Tesalonika bahwa manusia tidak hanya sekedar hidup di dunia ini saja, ada masanya Tuhan akan datang keduakalinya dan semua tidak ada yang mengetahui kapan waktunya. Bagaikan pencuri. Ajakan dalam kitab Tesalonika ini dalam masa penantian kita tidak sekedar berdiam diri dengan pasif atau memandang percuma saja saat hidup di dunia tetapi ajakan untuk tetap berbajuziarahkan iman dan kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Hal ini adalah ajakan bahwa saat masih hidup di dunia ini, sikap aktif membangun kehidupan damai bersama akan yang lain agar bisa selamat melewati kehidupan di dunia ini untuk menuju kehidupan yang kekal.
Penutup
Bapak ibu dan saudara kita yang hadir dalam ibadah saat ini pastilah berharap sepulang dari gereja ini saudara mendapatkan kedamaian. Dan kedamaian itu tidak hanya sekedar di tempat ini, kita juga berharap kedamaian itu juga terpancar dalam kehidupan keseharian kita ditengah keluarga, tetangga atau masyarakat bahkan dalam lingkungan pekerjaan. Itu semua pasti akan kita alami saat kita yang diberi talenta, sekalipun talenta itu hanya dengan memberikan sapaan, itu dapat mengembangkan talenta itu dengan ketulusan hati, bahkan saat saudara menghadapi perkara yang besar dalam hiduppun bisa akan secara perlahan bisa teratasi. Itu semua jika kita merasakan bahwa hidup kita ini adalah sapaan Tuhan untuk menjadi umatNYA, bahkan tidak sekedar menjadi umatNYA yang berdiam diri namun jadilah umat yang melakukan kehidupan yang nyaman. Awalilah bahkan budayakan setiap mengawali hidup dengan merasakan sapaan Tuhan, dan juga budayakan setiap kita bertemu dengan sesama ciptaan juga terwujud hidup saling menyapa, pastilah perkara-perkara yang berat akan segera teratasi. Yakinlah saat kita didunia ini mendapat merasakan kedamaian kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya akan membawa kehidupan kita yang kekal. Tuhan memberkati . Amin (SM).
Nyanyian : KJ. 355 : 1 – 2 Yesus Memanggil
—
Rancangan Khotbah : Basa Jawi
Pembuka
Tentrem rahayu tumraha ing panjenengan sadaya, punapa panjenengan sampun sami among sapa tengen-kiwa, ngajeng-wingking penjenengan sami kanthi apatemu tangan tengen (salaman), mesem ingkang nengsemaken lan manah ingkang bingah? Wonten peneliti ingkang ngaturaken bilih among sapa punika sanesipun ndadoseken sikap sopan santun ugi mbagun lan ndadosi sesambetan (komunikasi) ingkang risak dados sae. Mekatena ugi kanthi among sapa rencang panyambut damel saged nggadhahi semangat lan nresnani padamelipun. Menawi among sapa dipun lampahi dening salah satunggaling pimpinan, saged ndadosaken gaya kepemipinanipun ketingal demokratis, sumranak lan dipun ajeni rencang panyambut damelipun. Ingkang baku among sapa saged dados sarana ngatasi kathah prekawis ingkang ketingal buntu saged mrantasi kanthi sae lan ndadosaken kawontenan ingkang nentremaken. Wonten carios pojok kampung ingkang nyariosaken bilih krana among sapa ingkang nyondongi manah ndadosaken tawuran wonten kampung punika. Ing salebetipun pakempalan ing wanci sapunika among sapa saged dados cara kados pundi kaparyanipun Gusti Allah kelampahan wonten ing pigesangan kita sami, langkung-langkung salebetipun kita sami ing bulan kabudayan punika, reraosan bab among sapa mugi dados padatan/kebiasan kita sami minangka kagunganipun Gusti.
Isi
Bapa, ibu tuwin para sedherek ingkang kinasih, salah satunggaling prekawis ingkang awrat wonten ing pagesangan kita sami inggih punika risakipun moral (kemerosotan moral). Saged dipun wastani bilih kemerosotan moral punika tumindak jahat ingkang ngrisak tatanan pigesangan lan ndadosaken pigesangan dados crah ugi ndadosaken pigesangan punika dados bubrah. Menawi tiyang sampun angsal julukan tiyang ingkang nggadahi moral kang risak, punapa kemawon ingkang dipun lampahi sinaosa tumindak sae, pun mboten nggadhahi papan wonten satengahipun masyarakat.
Kawontenan ingkang mekaten (kemerosatan moral) ingkang dipun alami dening Bangsa Israel nalika wanci para Hakim. Nanging Gusti mboten namung maringi didikan ing salebeting Bangsa Israel kawengku (kajajah) bangsa sanes ingkang kapimpin dening Sisera, nanging Gusti ugi paring among sapa lumantar rawuhipun hakim estri inggih punika Debora. Hakim Debora saged dipun wastani gambaran kados pundi Gusti Allah paring among sapa ingkang mligi (kecirikhususan) piyantun putri ingkang andhap asor dados sarana ngentasaken umat kagunganipun Bangsa Israel ing salebetipun wewengkon bangsa sanes punika. Debora sinareng panglima Barak ugi dados sarana Gusti Allah paring among sapa tumrap Bangsa Israel uwal saking wewengkanipun Sisera. Punika salebetipun waosan kita ingkang sepisan.
Ing waosan kita ingkang kaping 3 (tiga) Injil Mateus, Gusti Yesus memucal para sakabatipun, dipun cariyosaken bab Kratoning Allah kados dene tiyang ingkang dipun pitados lan dipun paring tanggel jawab talenta. Krana talenta punika supados dados sarana para kagunganipun saged nrantasi sekatahing prekawis ingkang dipun adepi. Talenta punika saged dipun kembangaken mesti dados kabingangan dhateng para kagunganipun. Sinaosa talenta punika namung alit lan sederhana mboten saged dipun anggep remeh, awit tiyang saged dipun pitados prekawis ingkang alit mesti badhe dipun paringi tanggel jawab ingkang langkung ageng, mekatana kasok wangsulipun menawi prekawis ingkang alit mawon mboten saged ngembangaken mesti prekawis ingkang ageng mboten dipun paringaken.
Wonten ing serat Tesalonika, wanci jaman rasul Paulis, Rasul paulus ngengetaken dhateng para tiyang Tesalonika bilih gesang punika mboten namung wonten ing alam donya sapunika, awit Gusti Yesus badhe rawuh ingkang kaping kalih kados maling ing wanci dalu, mboten mangertos kapan wekdalipun. Pangatagipun rasul Paulus inggh punika bilih salebetipun pigesangan ing alam donya punika, dados sarana wanci nengga rawuhipun Gusti Yesus kaping 2 (kalih). Salebetipun kita nengga sampun ngantos kita mendel kemawon, nanging saged ngagem rasukan kapitadosan lan katresnan ingkang kukuh lan nggadhahi pangajeng-ajeng kawilujengan. Kanthi mekaten kawilujengan punika saged dipun alami dening saben tiyang. Kados pundi sadaya tiyang saged angsal kawilujengan? Jawabanipun bilih saben tiyang saged mbangun pigesangan kanthi tentrem, sami nyengkuyung satunggal lan sanesipun, sami enget-ingetan, tulung-tinulung, tansah paring panglipur, menawi sedaya saged kelampahan, kabingahan lan katentreman saged katampi sesarengan wiwit ing alam ndonya ngantos rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping 2 (kalih).
Panutup
Bapa, ibu tuwin para sedherek ingkang sami rawuh wonten pangabekti ing wanci sapunika, panjenengan mesti nggadhahi pangajeng-ajeng wangsul saking pakempalan sapunika angsal ketentreman, lan katentreman punika mboten namung penjenengan raosaken wonten papan punika, kita ugi nggadhahi pangajeng-ajeng bilih kententreman punika saged kelampahan wonten brayat, satengah-tengahing masyarakat klebet wonten satengah-tengahing panyambut damel. Sedaya badhe kelampahan menawi kita ingkang kaparingan talenta sinaosa talenta sapa aruh ingkang kita kembangaken lan ginaaken kanthi tulusing manah, mesti saged ngatasi prekawis-prekawis ingkang ageng malahan prekawis ingkang asring mboten nalaring pikiran kita sami, sedaya saged kelampahan lan mrantasi wonten ing gesang kita sami. Sadaya punika awit kita ngraosaken bilih gesang kita punika wonten ing pangrehipun Gusti. Lan pangrehipun Gusti ingkang sampun paring among sapa dhateng kita sami. Among sapanipun Gusti punika sampun nglaha (sia-sia) wonten ing pagesangan kita sami. Kanthi talenta ing dipun paringakan dhateng kita sami, ingkang perlu dados wujuding anggen kita ngraosaken panjamahipun Gusti Allah minangka juru kawilujengan kita sami. Patuladhan among sapa ingkang sampun Gusti Allah paringaken ugi perlu kita lestariaken wonten ing pigesangan, malah mugi dados padatan kita sami ing pundi-pundi papan. Mangga kita sami miwiti pigesangan kanthi among-sapanipun Gusti, lan punika ugi dados padatan/budaya kita sami anggen kita nglampahi gesang ing jagat selaras kita nengga rahuwipun Gusti Yesus ingkang kaping 2 (kalih) supados gesang kita sami angsala gesang ingkang langgeng. Gusti tansah paring berkah. Amin. (SM)
Pamuji : KPJ. 369 : 1, 4 Tetiyang Kang Adigang