Minggu Epifania & Bulan Penciptaan
Stola Putih
Bacaan 1 : Yesaya 42 : 1 – 9
Bacaan 2 : Kisah Para Rasul 10 : 34 – 43
Bacaan 3 : Matius 3 : 13 – 17
Tema Liturgis : Allah Berkarya, Memelihara dan Memberkati UmatNya
Tema Khotbah: Melanjutkan Karya Allah dalam Keseharian
PENJELASAN TEKS BACAAN :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 42 : 1 – 9
Menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dengan pasal 41, maka yang diungkapkan tentang kuasa Allah yang terus menolong umatNya. Kalau pada pasal 41 fokus pemberitaan adalah tentang utusan yang mengalahkan Babel dan membebaskan Israel (yang pada saat itu adalah raja Koresy dari Persia), maka pada pasal 42:1-9 ini adalah tentang nyanyian hamba Tuhan dan tugas panggilan yang harus dijalankan oleh hamba Tuhan. Roh Tuhan ada padanya dan ia harus menyampaikan keadilan kepada bangsa-bangsa, tetapi dengan cara tanpa kekerasan.
Gambaran hamba Tuhan ini juga dapat ditarik kepada sisi eskatologi dan hadirnya Mesias di dunia. Dalam kekristenan, hamba Tuhan ini jelas juga dianggap sebagai nubuatan tentang Yesus yang rela menderita, bahkan melawan penindasan bukan dengan kekerasan, namun dengan cinta kasih.
Kisah Para Rasul 10 : 34 – 43
Kisah ini adalah sebuah wejangan yang dikatakan Petrus kepada keluarga Kornelius, seorang perwira pasukan Italia yang beriman kepada Tuhan Allah. Pokok teologis wejangan Petrus ini diambil dari Perjanjian Lama : Allah tidak memandang bulu (sebagai hakim – Ulangan 10:17) Khotbah Petrus ini menyampaikan bahwa Tuhan Allah memberikan Kabar Gembira atau kedamaian kepada manusia melalui Yesus Kristus. Allah menerima baik orang Yahudi maupun bukan orang Yahudi yang bertindak benar.
Petrus menyinggung sebuah kenyataan sejarah bahwa Yesus memulai karyaNya di dunia sejak diurapi melalui baptisan Yohanes sampai kenaikanNya ke sorga. Para murid yang menyaksikan dan mengalami bersama dengan Yesus, kisah demi kisah itulah yang dipandang sebagai saksi dan mempunyai tugas untuk selalu mewartakannya. Pada akhirnya, Petrus dan yang lain pun mewartakan berita tentang Tuhan Yesus ini selama hidup mereka, supaya setiap orang yang mendengar pemberitaan mereka menjadi percaya dan mendapatkan pengampunan.
Matius 3 : 13 – 17
Kisah pembaptisan Yesus oleh Yohanes adalah sebuah fakta historis yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Menurut kisah-kisah Injil, termasuk Matius, Yesus menerima dari Yohanes sebuah baptisan yang dikaitkan dengan pengampunan dosa. Itulah mengapa dalam kisah Matius, pada awalnya Yohanes menolak untuk membaptis Yesus, karena mestinya Yohanes yang menerima pengampunan dari Yesus. Akan tetapi supaya tergenapi kehendak Allah, maka Yohanes pun luluh dan mau membaptis Yesus
Lalu berbagai adegan luar biasa terjadi, di mana langit terbuka, lalu terlihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas Yesus. Bahkan ada suara dari sorga “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”. Pengalaman spiritual seperti ini seperti ini tentunya membuat takjub semua orang yang hadir pada saat itu.
Kita dapat memahami seperti ada pendeklarasian Tuhan Allah atas Yesus yang akan melakukan tugas penyelamatanNya kepada dunia. Dengan demikian, baptisan Yohanes yang dialami oleh Yesus ini dapat disebut sebagai titik awal segala pelayanan Yesus di dunia.
Benang Merah Tiga Bacaan :
Yesus sebagai Mesias memulai karya penyelamatanNya sejak baptisan Yohanes. Ini sudah dinubuatkan oleh Yesaya dan karya penyelamatan Yesus terus diwartakan oleh murid-muridNya.
RANCANGAN KHOTBAH : BAHASA INDONESIA
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Semakin banyaknya jumlah penduduk dunia, termasuk di Indonesia, membuat lahan semakin menipis. Manusia semakin hari terus mengisi lahan baru (yang dianggap kosong), baik untuk tempat tinggal maupun untuk kepentingan pekerjaan seperti area persawahan atau pun membangun gedung-gedung perkantoran dan pabrik. Dengan teknologi yang semakin canggih, manusia bahkan menimbun laut dan dijadikan daratan-daratan baru demi kepentingannya sendiri. Pohon-pohon besar yang menghalangi pekerjaan manusia ditebang begitu saja, apalagi yang menghasilkan uang. Hutan semakin habis, bahkan banyak yang sengaja dibakar.
Dengan kondisi yang terus-menerus seperti ini, jika tidak disertai kesadaran bahwa bumi ini tidak hanya dihuni oleh manusia saja, maka makhluk hidup yang lain akan semakin terancam keberadaannya.
Isi
Kisah Tuhan Yesus yang menerima baptisan dari Yohanes adalah cerita yang sangat kita kenal sebagai orang Kristen. Namun sayangnya kisah ini seringkali hanya kita pahami dengan kacamata antroposentris, yaitu berpusat kepada manusia. Sehingga kisah Yesus yang diurapi dengan Roh Kudus kita pandang sebagai titik awal Yesus dimuliakan dan mengawali kisah penyelamatannya kepada manusia. Padahal kisah yang sebenarnya adalah cerita yang sangat dipenuhi dengan nuansa kosmis (berhubungan dengan jagat raya). Bayangkan saja, yang berperan dalam baptisan Yesus tidak hanya Yohanes, namun Allah memakai sungai, air, langit dan Roh Kudus dalam rupa burung Merpati. Ini menandakan bahwa kemuliaan Yesus terpancar tidak hanya untuk menyelamatkan manusia saja, akan tetapi semua ciptaan.
Nubuatan tentang penyelamatan oleh Yesus juga telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Nubuatan tentang hamba Tuhan dalam Yesaya 42 pun sangat bernuansa kosmis, bahwa Tuhan Allah yang mengirimkan hambaNya untuk penyelamatan adalah Tuhan yang memberi nafas kepada umat manusia di bumi dan yang memberi nyawa kepada yang hidup di bumi. Hamba Tuhan ini juga diberi tugas untuk membuka mata yang buta, membebaskan yang tertawan dan memberi terang bagi mereka yang dalam kegelapan. Dengan merenungkan kedua perikop tersebut, mestinya dalam memahami karya penyelamatan Allah, kita tidak hanya terfokus pada penyelamatan manusia, tetapi juga seluruh ciptaan.
Sehingga kalau dikaitkan dengan semangat Petrus ketika memberikan wejangan kepada keluarga Kornelius, bahwa karya penyelamatan Tuhan Yesus ketika masih ada di dunia yang diawali dari baptisan Yohanes sampai kenaikanNya harus dilanjutkan, maka kita juga harus mulai memperhatikan ciptaan yang lain. Semangat Petrus yang diungkapkan bahwa penyelamatan Allah tidak hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga yang bukan Yahudi, mari kita tarik dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam nuansa kosmis. Sehingga kita tetap diberi kesadaran untuk melanjutkan karya Allah, yaitu menyelamatkan lingkungan sekitar kita.
Penutup
Dalam suasana bulan Penciptaan saat ini, kita sebagai gereja dipanggil untuk lebih sadar pada lingkungan sekitar kita, dengan tidak secara membabi buta dalam mengeksploitasi lingkungan. Sawah, ladang dan kebun memang menjadi salah satu tempat mencari nafkah bagi sebagian besar dari kita (atau saudara kita), namun tetaplah untuk menyisihkan pohon supaya dapat tumbuh di sudut-sudutnya. Memakai plastik memang jauh lebih praktis dan lebih murah, namun jangan juga berlebihan, karena plastik adalah jenis yang sulit dan lama terurai. Binatang juga memiliki hak yang sama dalam keberadaannya di dunia, maka jangan sembarangan memperlakukan binatang, salah satunya burung-burung yang biasa diburu dengan seenaknya.
Pada akhirnya semangat bersaksi yang dimiliki oleh Petrus dan rasul-rasul yang lain mari kita lanjutkan, bukan dengan sudut pandang keuntungan manusia saja, namun juga demi kesehatan bumi beserta seluruh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Amin. (DP)
Pujian : KJ. 3 “Kami Puji Dengan Riang” | KJ. 68 “Tahukah Kamu Jumlah Bintang”
—
RANCANGAN KHOTBAH : BASA JAWI
Pambuka
Tansaya kathah manungsa ing bumi punika, salah satunggaling ingkang wonten ing Indonesia, ndadosaken lahan tansaya telas. Manungsa dangu-dangu ngginakaken lahan enggal, kangge papan padaleman ugi kangge kepentingan-kepentingan pribadi, kayata dados papan padamelan kados kantor, pabrik, ugi gedung-gedung inggil lintunipun. Kanthi teknologi ingkang tansaya canggih, manungsa langkung-langkung saged ngurug segara lan dipun dadosaken daratan enggal, tamtunipun inggih kangge kapreluan pribadi manungsa. Wit-witan ageng dipun tebang lan boten dipun tanemi malih. Alas wana tansaya telas, ugi kathah ingkang diobong.
Kanthi kawontenan ingkang kados mekaten, manawi manungsa mboten sadar ugi boten saged ngraosaken bilih bumi punika mboten namung kangge manungsa, ananging ugi kangge sadaya titah ingkang gesang, pun ngantos kaget manawi bumi tansaya risak.
Isi
Cariyos bab Gusti Yesus ingkang nampi baptisan saking Yokanan punika tamtunipun cariyos ingkang asring kita tampi. Ananging, ingkang ndadosaken trenyuh bilih cariyos punika namung dipun raosaken sacara Antroposentris, inggih punika manungsa ingkang dados pugeripun. Pramila cariyos Gusti Yesus ditetepaken dening Roh Suci kita raosaken dados wiwitaning kamulyanipun Gusti Yesus ugi wiwitaning sadaya paladosanipun Gusti Yesus anggenipung paring kawilujengan dhateng manungsa. Kamangka sejatosipun cariyos punika cariyos kosmis (mboten namung manungsa ingkang dados punjeripun). Mangga sami dipun raos-raosaken, ingkang ndherek andil ing pambaptisaning Gusti Yesus punika mboten namung Yohanan, ananging Gusti Allah ugi ngagem lepen, toya, langit, Roh Suci ingkang awujud peksi dara. Kawontenan punika ngatingalaken bilih kamulyaning Gusti Yesus punika mboten namung kababar kangge kawilujenganing manungsa kemawon, ananging ugi sadaya titah ingkang gesang ing bumi punika.
Nabi Yesaya ugi sampun ngramalaken bab kawilujengan ingkang kababar dening Gusti Yesus. Ramalan bab abdinipun Gusti ing kitab Yesaya 42 punika ugi asipat kosmis, bilih Gusti Allah punika paring nafas dhateng sadaya manungsa ing bumi lan paring nyawa dhateng sadaya makhluk ingkang wonten ing bumi. Abdinipun Gusti punika ugi kaparingan tanggel jawab kangge mbikak ingkang wuta, lan mbebasaken ingkang katawan, ugi paring padhang kangge sadaya tiyang ingkang taksih ing pepeteng. Kanthi ngraos-raosaken kalih perikop kalawau, mesthinipun kita saged ngresepi pakaryan kawilujenganipun Gusti Allah punika kangge sadaya titah ing bumi, mboten namung manungsa kemawon.
Pramila, manawi dipun gandhengaken kaliyan semangat kesaksian Petrus nalika paring wejangan dhateng Kornelius sabrayat, bilih pakaryan kawilujengan saking Gusti Yesus punika kawiwitan nalika Gusti Yesus nampi baptisan saking Yokanan, lajeng kapungkasan nalika sumengka dhateng ing swarga. Kamangka kita sadaya kedhah tansah nglajengaken pakaryan kawilujengan punika. Semangat Petrus ing waosan kalawau kaserat bilih Gusti Allah paring kawilujengan punika kangge sadaya tiyang ingkang pitados, mboten preduli tiyang Yahudi punapa mboten. Manawi kita raosaken sacara kosmis ateges ingkang kedhah nampi pakaryan kawilujengan punika sejatosipun mboten namung manungsa, ananging ugi alam punika.
Panutup
Ing swasana Wulan Penciptaan punika, kita sadaya kaajak supados nggadahi kesadaran bilih lingkungan sekitar punika mbetahaken kawigatosan kita sadaya. Ingkang saged kita lanpahi inggih punika mboten sacara maruk anggenipun ngupaya/mbudidaya saben, tegal lan sanesipun. Saben lan tegalan saestu dados papan panguripan kangge para tani, ananging kedhah sadar bilih alam punika ugi mbetahaken wit-witan ageng. Para sato kewan ugi mbetahaken wana, pramila gedung-gedung punika pun ngantos dipun bangun kanthi ngurbanaken alas wana. Plastik ugi kedhah kita kirangi, amargi awon efekipun kangge alam.
Pungkasanipun, mangga semangat bersaksi kados Petrus lan para rasul punika kita lajengaken, ananging mboten namung kangge manungsa kemawon, kita kedhah nggatosaken kawilujenganing bumi, wit-witan lan sadaya sato kewan. Amin. (DP)
Pamuji : KPJ. 385 “Srengenge Nyunar”