Minggu Adven III
Stola Ungu
Bacaan 1: Yesaya 12 : 2 – 6
Bacaan 2: Filipi 4 : 4 – 7
Bacaan 3: Lukas 3 : 7 – 18
Tema Liturgis: Bersiap dan Mawas Diri Menanti Kedatangan Tuhan
Tema Khotbah: Siapkan Hatimu Bukan Hanya Bajumu!
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 12 : 2 – 6
Yesaya 12:2–6 yang berisi ungkapan syukur dan kesukacitaan atas keselamatan dari TUHAN, Allah Israel tidak dapat dipahami lepas dari pasal-pasal sebelumnya. Panggilan Yesaya sebagai Nabi, dilatarbelakangi setidaknya dua situasi kehidupan sebagai berikut:
- Umat Tuhan baik Israel Utara maupun Israel Selatan hidup dalam situasi sosial ekonomi yang memiliki potensi kekayaan negara. Namun yang terjadi adalah munculnya golongan pedagang yang kaya dan berpengaruh (kaum kapitalis) yang buruk terhadap pemimpin dan pejabat bangsa Israel. Hal tersebut menimbulkan berbagai keadaan yang memprihatinkan seperti: kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, kemerosotan moral, pelecehan keadilan dan kebenaran.
- Dari luar, bangsa Israel (Kerajaan Utara maupun Selatan) menjadi incaran bangsa-bangsa lain, terutama negara adi kuasa Asyur. Hal ini membuat umat Tuhan berusaha mencari sekutu dan mengandalkan manusia dalam menghadapi ancaman tersebut.
Nabi Yesaya menyerukan tentang hukuman atas perilaku mereka yang tidak taat kepada Tuhan (Yes. 1:21 dyb; 2:6 dyb; 3). Ia menyerukan pertobatan (Yes. 1:10 dyb) dan ia menyampaikan janji keselamatan (Yes. 4:1 dyb; 7:10 dyb; 9; 10:20 dyb; 11). Orang-orang yang bertobat dan tetap setia kepada Tuhan dalam menghadapi berbagai situasi kondisi yang dapat menggoyahkan iman mereka, akan disebut sebagai sisa-sisa Israel (Yes. 10:20) dan mereka akan melihat karya Tuhan dan keselamatan yang dari Allah (Yes. 12). Kehidupan yang baik, yang digambarkan dengan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan. Mereka akan bersyukur, bermazmur, bersorak-sorai, dan memberitakan kebaikan Tuhan Allah mereka. Namun keadaan yang penuh kesukacitaan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dengan penuh perjuangan untuk tetap setia kepada Tuhan dan hidup sesuai Firman-Nya di tengah berbagai tantangan dan godaan hidup.
Filipi 4 : 4 – 7
Filipi 4:4-7 merupakan nasehat praktis Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi yang dirangkai dengan beberapa nasehat lainnya. “Sukacita” mewarnai surat Rasul Paulus kepada Jemaat Filipi, baik sukacita yang dimiliki oleh Rasul Paulus sendiri, maupun sebagai nasehat dan dorongan bagi jemaat Filipi. Meskipun hidupnya sedang ada di dalam penjara, Rasul Paulus tidak kehilangan sukacita. Itu karena bagi dia, Kristus lebih penting dari yang lain. (ay. 21: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”). Keadaannya di penjara tidak membuatnya takut dan putus asa, tapi tetap bersukacita karena kalaupun harus mati dalam iman kepada Yesus Kristus itu adalah keuntungan. Rasul Paulus juga bersukacita karena Jemaat Filipi terus bertumbuh dalam iman kepada Yesus Kristus (Fil. 1:5) .
Karena sukacita itu adalah bagian penting dari hidup dan sukacita itu tidak tergantung pada keadaan, melainkan pada persekutuan dengan Kristus, maka Rasul Paulus menekankan nasehat bersukacita kepada Jemaat Filipi (Fil. 4:4). Sukacita itu tidak dapat dilepaskan dari perbuatan baik. Perbuatan baik yang dilakukan dengan menghayati kasih Tuhan akan mendatangkan sukacita. Sebaliknya orang yang bersukacita karena kebaikan Tuhan dalam hidupnya, ia juga senantiasa berbuat baik. Bersukacita dan berbuat baik adalah ciri orang yang diselamatkan Tuhan Yesus Kristus. Itulah jati diri orang percaya yang harus nyata dalam kehidupan sehari-hari walau banyak tantangan dan godaan, akan senantiasa bersukacita dan berbuat baik sampai kedatangan-Nya yang kedua kalinya.
Lukas 3 : 7 – 18
Situasi yang dihadapi umat Tuhan (umat Yahudi sebagai keturunan bapa Abraham) bukanlah situasi yang menyenangkan. Di bawah tekanan pemerintahan Romawi mereka tidak sedang berada dalam kehidupan yang normal dan nyaman. Mereka senantiasa merindukan pembebasan dan semakin menantikan dengan penuh harap akan hadirnya Sang Mesias. Sementara itu orang-orang Yahudi sebagai keturunan bapa Abraham sangat yakin akan keselamatan yang dari Allah tanpa dikaitkan dengan pola dan tingkah laku mereka sehari-hari yang tidak mencerminkan anak-anak Allah dan anak-anak Bapa Abraham.
Dalam situasi yang demikian, hadirlah Yohanes anak Zakaria yang tinggal dan hidup di padang gurun (di daerah Yordan). Ia menyerukan pertobatan dan pengampunan dosa (ay. 3). Pertobatan yang ditandai dengan baptisan, tidak dapat dilepaskan dari perilaku hidup mereka. Hidup yang bertobat adalah hidup yang menghasilkan buah-buah yang sesuai pertobatan. Antara lain: Hidup yang peduli dan berbagi, hidup yang jujur, hidup yang tidak mendatangkan penderitaan bagi orang lain. Apa yang dinyatakan Yohanes adalah persiapan di dalam menyambut hadirnya Sang Mesias, yang akan membaptis dengan Roh dan api. Ia akan membawa keselamatan namun juga penghakiman (hukuman). Kehidupan yang tidak menghasilkan buah-buah pertobatan akan ditebang dan dibuang ke dalam api.
Menantikan Sang Mesias tidak hanya diwujudkan dengan berharap dan menjalankan ritual dan tatanan agamawi saja, melainkan harus melalui perubahan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga kedatangan-Nya tidak mendatangkan hukuman bagi kita sebaliknya mendatangkan keselamatan dari Allah.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Pengharapan akan kehidupan yang penuh keselamatan, yang ditandai damai sejahtera dan sukacita bersumber pada Allah sendiri. Dalam pergumulan-pergumulan hidup, baik karena masalah politik, sosial, dan ekonomi orang percaya tidak boleh kehilangan kesetiaan dan ketekunan imannya kepada Allah, karena jika telah sampai waktunya, dimana pengharapan dan kesetiaannya tidak hilang, orang percaya akan menerima keselamatan itu. Kesetiaan dan ketekunan dalam pengharapan (penantian) tidak hanya bisa diwujudkan dengan ritual agamawi seperti ibadah, doa, pujian, dan mentaati peraturan agamawi saja, melainkan dengan pertobatan, perubahan hati; dengan aktif dan produktif melakukan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi sesama sebagaimana dikehendaki Allah.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Bapak, ibu, dan saudara yang dikasihi Tuhan. Apakah yang bapak/ ibu/ saudara lakukan, ketika menerima kabar bahwa putra atau putri bapak ibu dan keluarganya akan datang dari Jakarta atau dari tempat tinggal mereka yang jauh. Atau, apakah yang bapak/ ibu/ saudara lakukan jika akan menerima tamu, calon besan dari tempat yang jauh? Bapak/ ibu/ saudara tentu akan merasa gembira dan memikirkan akan dijamu dengan makanan apa? Bapak/ ibu/ saudara mungkin juga akan membersihkan rumah, menyiapkan kamar dan menyiapkan segala sesuatu yang terbaik, agar mereka yang akan datang merasa betah, senang, dan kitapun merasa gembira. Apalagi kalau itu calon besan, agar tercipta hubungan yang menggembirakan. Itu artinya, bapak/ ibu/ saudara menanti-nanti orang yang bapak/ ibu/ saudara anggap penting, tidak dengan diam, tetapi dengan aktif, bahkan kreatif dan produktif menanti kedatangan keluarga atau tamu tersebut dengan harapan akan ada perjumpaan yang menggembirakan.
Menunggu atau menanti seseorang adalah sesuatu yang seringkali menjadi hal yang membosankan dan tidak menyenangkan. Apalagi kalau tidak pasti. Namun, jika yang kita tunggu itu adalah sesuatu yang baik atau seseorang yang memiliki hubungan khusus dengan kita, maka kita akan menanti dengan setia, sukacita, dan dengan aktif serta produktif melakukan berbagai hal yang baik, yang semakin menjadikan kita siap menerima tamu yang akan datang itu.
Isi
Demikian juga dengan Iman kita. Ketiga bacaan kita hari ini mengisahkan tentang hubungan Tuhan dengan umat-Nya. Ketiganya mengisahkan tentang umat Tuhan yang menanti-nantikan kehadiran dan kedatangan Tuhan secara nyata yang akan mengubah kehidupan mereka. Yes. 12:2-6 mengisahkan sukacita umat Tuhan karena karya keselamatan dari Tuhan yang telah lama dinanti-nantikan. Keselamatan itu digambarkan dalam hidup yang terpelihara (mengambil air dari mata air keselamatan, ay. 3). Namun hal itu tidak terjadi dengan mudah dan dengan sendirinya. Dalam pasal-pasal sebelumnya kita temukan seruan nabi Yesaya tentang pertobatan. Umat yang memisahkan imannya dari Tuhan dengan perilaku sehari-hari yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan akan mendapatkan hukuman. Namun mereka yang mau bertobat dan melakukan perilaku hidup yang sesuai dengan kehendak Allah (memiliki belas kasihan, peduli, dan berbuat adil), mereka akan menerima keselamatan, yaitu hidup yang penuh damai dan sukacita. Orang-orang yang bersyukur, bersukacita, dan bersorak-sorai yang disaksikan dalam Yes. 12:2-6 adalah orang-orang yang telah berjuang mempertahankan pengharapannya, bukan dengan pasif tetapi dengan aktif melakukan kehendak Tuhan.
Hal yang demikian juga yang dinasehatkan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi (Fil. 4:4-6) yaitu agar Jemaat Filipi senantiasa bersukacita dan berbuat kebaikan dalam menanti akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Nasehat itu berasal dari pengalaman hidup dan imannya sendiri. Meskipun dia pada saat menulis surat itu berada di penjara di Roma, namun ia tidak kehilangan sukacita. Paulus tetap menantikan pembebasan dari Allah. Apakah itu berarti bebas dari dakwaan atau penjara atau bebas dari dunia yang berarti menerima hukuman mati karena mempertahankan imannya?, bagi Rasul Paulus, itupun sebuah keuntungan. Sukacitanya bersumber pada Allah yang telah mengasihinya di dalam Tuhan Yesus Kristus yang bangkit dari kematian (Fil. 3:10). Dalam keadaan penuh tekanan dan keterbatasan itu, Paulus tetap bersukacita, tetap aktif dan produktif, yaitu menulis surat, menguatkan saudara-saudaranya di jemaat Filipi agar juga tetap bersukacita dan berbuat kebaikan dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus.
Itulah juga yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis kepada umat Tuhan yang menanti-nantikan kedatangan Mesias. Umat Tuhan, bangsa Yahudi keturunan bapa Abraham yang ada dalam tekanan penguasa Romawi semakin menanti datangnya Mesias yang akan membebaskan mereka. Penantian tidak bisa dilakukan hanya dengan menjaga hubungan dengan Tuhan melalui doa-doa, ibadah, dan tata cara yang mereka ciptakan sendiri saja, melainkan dengan pertobatan. Pertobatan berarti perubahan hidup. Hidup yang peduli dan mengasihi sesama seperti berbagi kebutuhan hidup (makanan dan pakaian) yang dibutuhakan sesama (ay. 11); melakukan pekerjaan dengan jujur (ay. 12-13) dan tidak membuat orang lain rugi atau menderita (ay. 14). Penantian mereka akan berbuahkan kedamaian dan kesukacitaan hidup, jika dilakukan dengan aktif menata hati dan kehidupannya untuk semakin sesuai dengan kehendak Tuhan. Bukan hanya dengan aktif melakukan ritual peribadahan saja.
Penutup
Bapak, ibu dan saudara-saudara yang dikasihi Tuhan. Menanti (menunggu) adalah bagian dari hidup kita. Karena hidup itu berproses dan hidup kita dipenuhi harapan-harapan yang lebih baik. Mungkin semua yang beribadah saat ini memiliki penantian-penantian yang berbeda satu dengan yang lain. Ada yang sedang menantikan anugerah diberi momongan; ada yang sedang menantikan kelahiran anak, ada yang sedang menantikan kedatangan anak/ keluarga yang akan datang dari jauh untuk merayakan Natal bersama, ada yang menantikan perubahan hidup yang lebih baik (dll).
Apakah yang bapak/ ibu/ saudara lakukan dalam penantian ini? Apakah bapak/ ibu/ saudara menantikannya dengan sukacita? Atau dengan kecemasan? Apakah bapak/ ibu/ saudara menantikannya dengan pasrah bongkokan pada apapun yang akan terjadi? Atau bapak/ ibu/ saudara melakukan berbagai hal positif yang turut mengkondisikan agar yang bapak/ ibu/ saudara nantikan akan terwujud dengan baik?
Saat ini kita ada di Minggu Adven ketiga. Adven yang memiliki arti penantian, menunjuk pada kehidupan kita di dunia ini yang menantikan kedatangan kembali Tuhan kita Yesus Kristus. Namun Minggu Adven menjelang peringatan dan perayaan Natal, menjadi Minggu penantian yang mengajak kita bukan hanya aktif menyiapkan roti, memikirkan menu tanggal 25 Desember atau mengganti perabot rumah tangga kita, serta bingung dengan baju baru saja, melainkan yang lebih penting dari itu adalah: Bersih-bersih hati, menyiapkan diri agar kita bisa mengenakan hati yang baru. Dengan memperingati kasih Allah yang nyata dengan kehadiran-Nya di bumi, mari kita hadirkan kasih-Nya di dalam hati kita. Dalam menanti hari Natal, mari kita aktif berintrospeksi (mawas diri). Masihkah hati kita dipenuhi kotoran kemarahan, kebencian, dan dendam? Mari kita produktif: menyiapkan sesuatu yang akan kita bagikan pada sesama, yang mendatangkan sukacita bagi mereka: apakah itu pengampunan (yang masih bermusuhan bisa berdamai) atau penghiburan (yang selama ini tidak memiliki waktu, bisa menyempatkan menyapa, mengunjungi teman, sahabat dan saudara, lebih lebih yang sedang bersedih) ataupun berbagi berkat-berkat kebaikan lainnya yang ada pada kita.
Kita akan berjumpa dengan Tuhan Yesus yang kita nantikan di hari Natal dengan penuh damai dan sukacita, jika kita sungguh-sungguh mempersiapkan hati dan menghiasinya dengan kebaikan dan kebenaran yang berasal dari kasih Allah. Amin. (YA).
Pujian: KJ. 85 : 1, 2 Ku Songsong Bagaimana
—
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
Pambuka
Bapak, ibu, lan para sederek ingkang dipun tresnani dening Gusti. Punapa ingkang badhe panjenengan tindakaken nalika nampi pawartos bilih sanak sederek panjenengan ingkang tebih badhe rawuh dhateng griya panjenengan? Punapa malih tamu punika calon besan panjenengan ingkang tebih griyanipun? Tamtunipun kita rumaos bingah lajeng badhe nyawisaken tetedhan punapa ingkang pantes kangge suguhanipun? Mbok menawi kita ugi badhe resik-resik griya, nyawisaken kamar, nyawisaken sedaya ingkang sae, supados nalika tamu punika rawuh, tamunipun rumaos betah, seneng, mekaten ugi kita rumaos bingah. Punapa malih bilih punika calon besan, pengajeng-ajengipun tuwuh sesambetan ingkang sae lan bingahaken. Sedaya punika negesaken bilih kita mandeng penting tiyang/ sederek ingkang kita rantos, tamtu kita boten badhe mendel kemawon nanging aktif, kreatif, lan produktif nyambeti rawuhipun sederek kita punika kanthi pangajeng-ajeng wonten pepanggihan ingkang bingahaken.
Ngrantos punika asring dados perkawis ingkang boten ngremenaken punapa malih bilih boten pasti. Nanging bilih ingkang kita rantos punika sanak sederek ingkang kita tresnani, tamtu kita badhe ngrantos kanthi setya, bingah, aktif, lan produktif nindakaken prekawis ingkang sae, ingkang dadosaken kita siap nampi sederek kita punika.
Isi
Mekaten ugi kaliyan iman kita. Saking tiga waosan kita dinten punika nyariosaken bab hubungan antawisipun Gusti Allah lan umatipun. Inggih punika umat ingkang ngrantos rawuhipun Gusti sacara nyata. Yes. 12:2-6 nyariosaken kabingahanipun umat karana pakaryan kawilujengan saking Gusti Allah ingkang sampun dangu dipun rantos. Kawilujengan punika awujud gesang ingkang rinimatan (ay. 3). Ananging perkawis punika boten gampil. Nabi Yesaya martosaken bab pamratobat. Umat ingkang nebih saking Gusti Allah lan tumindak nyimpang saking karsanipun Gusti Allah badhe nampi paukuman. Kosokwangsulipun umat ingkang purun mratobat lan netepi tumindak gesang miturut karsanipun Allah (kebak welas asih, peduli, lan adil) badhe nampi kawilujengan, inggih punika gesang kebak katentreman lan kabingahan. Umat ingkang kebak saos sokur, tansah bingah, lan sorak-sorak (Yes. 12:2-6) inggih punika umat ingkang gesang ing pengajeng-ajeng, sarta aktif nindakaken karsanipun Gusti Allah.
Rasul Paulus ugi matur bab ingkang sami dhumateng pasamuwan Filipi (Fil. 4:4-6) supados pasamuwan Filipi tansah kebak kabingahan lan nindakaken kabecikan samangsa ngrantos rawuhipun Gusti Yesus Kristus. Piwulang punika saking pengalaman gesang lan imanipun Rasul Paulus piyambak. Nalika Rasul Paulus nyerat layang dhateng pasamuwan Filipi, Paulus wonten ing kunjara Roma, senajan ta mekaten Paulus boten kecalan kabingahan. Paulus ngrantos kabebasan saking Gusti Allah. Artosipun sanajan Paulus punika nampi paukuman, kakunjara ananging Paulus saged netepi iman kapitadosanipun dhumateng Gusti Allah punika. Kabingahan ingkang dipunraosaken Paulus pinangkanipun saking Gusti Allah ingkang kebak katresnan ing Gusti Yesus Kristus (Fil. 3:10). Ing kahanan ingkang kawates lan kebak tekanan, Paulus tansah bebingah, aktif, lan produktif nyerat layang ingkang ngiyatkaken para sederek ing pasamuwan Filipi. Piyambakipun ngengetaken supados pasamuwan Filipi tansah kebak kabingahan lan tumindak becik anggenipun ngrantos rawuhipun Gusti Yesus Kristus.
Bab punika ugi ingkang dados pawartosipun Yokanan Pambaptis dhateng para umatipun Gusti ingkang ngrantos rawuhipun Sang Mesiah. Bangsa Yahudi tedhak turunipun Rama Abraham ingkang wonten tekanan panguwasa Romawi sami ngratos rawuhipun Mesiah ingkang badhe nulungi piyambakipun. Anggenipun bangsa Yahudi ngrantos rawuhipun Mesiah boten namung sarana pandonga, pangabekti, lan tata cara sanesipun nanging sarana mratobat. Mratobat tegesipun gesang enggal. Gesang sarana peduli lan tresna dhateng sesami kados mbagi tetedan lan rasukan ingkang dipun betahaken sesami (ay. 11), makarya kanthi jujur (ay. 12-13) lan boten dadosaken tiyang sanes sangsara (ay. 14). Anggenipun umat ngrantos Sang Mesiah badhe nuwuhaken katentreman lan kabingahan bilih dipun tindakaken sarana nyawisaken manah lan gesang miturut karsanipun Gusti Allah boten namung nindakaken ritual pangabekti kemawon.
Panutup
Bapak, ibu lan para sederek ingkang dipun tresnani Gusti. Panganthi punika minangka perangan gesang kita, awit gesang punika mbetahaken proses lan pengajeng-ajeng ingkang sae. Menawi wekdal punika tiyang ingkang sami ngabekti kagungan pemanggih ingkang benten-benten bab panganthi setunggal lan sanesipun. Wonten ingkang wekdal punika nganthi-nganthi dipun paring momongan, wonten ingkang nganthi lairipun putra, wonten ingkang nganthi rawuhipun sanak sederekipun saking tebih kangge manghargya natal sesarengan, ugi wonten ingkang nganthi perubahan gesang ingkang langkung sae, lsp.
Punapa ingkang bapak, ibu, lan para sederek tindakaken anggenipun nganthi punika? Punapa panjenengan sampun nganthi-anthi kanthi bingah? Punapa kuwatos? Punapa panjenengan namung pasrah bongkokan ngantos punapa kemawon kedadosanipun? Punapa panjenengan nindakaken perkawis ingkang positif kangge nyambeti punapa ingkang panjenengan rantos punika kawujud kanthi sae?
Sapunika kita lumebet ing Minggu Adven III. Adven tegesipun nganthi, salebeting gesang kita ing alam donya punika kita ngrantos rawuhipun Gusti Yesus Kristus malih. Minggu Adven ingkang celak kaliyan panghargyan Natal ngajak kita boten namung nyawisaken roti, mikiraken menu tetedhan kangge tanggal 25 Desember, gantos perabot ing griya sarta bingung pados rasukan enggal. Ananging langkung utami inggih punika kita sami resik ing manah, supados saged nyawisaken lan ngagem manah ingkang enggal. Kita sami mengeti Sih Rahmating Gusti Allah lumantar wiyosipun Gusti Yesus ing bumi. Karana punika mangga kita nuwuhaken sih katresnanipun Allah salebeting manah kita. Mangga kita sami instropeksi diri: punapa ing manah kita taksih wonten padu, benci, lan dendam? Mangga kita produktif: nyawisaken uba rampen ingkang saged kita adhum dhateng sesami, ingkang dadosaken kabingahan kangge sederek kita punika: saged sih pangapunten (bilih saderengipun sami padu sapunika sami rukun), saged sih panglipur (ingkang saderengipun boten kagungan wekdal kangge nyapa lan tetuwi, sapunika kita nyawisaken wekdal kangge nyapa lan tetuwi dhateng para sanak sederek kita) utawi kita sami andum berkah kabecikan ingkang wonten kita.
Kita badhe pinanggih Gusti Yesus ing dinten Natal punika kanthi swasana tentrem lan kebak kabingahan bilih kita saestu nyawisaken manah kita saha nindakaken kabecikan lan kebeneran ingkang pinangkanipun saking Sih Katresnanipun Gusti Allah. Amin. (terj. AR).
Pamuji: KPJ. 247 : 1, 2 Sugeng Rawuh Gusti