Hidup yang Berbudaya Itu Hidup yang Berintegritas Khotbah Minggu 1 November 2020

18 October 2020

Minggu Biasa – Pembukaan Bulan Budaya
Stola Hijau

Bacaan 1 : Yosua 3 : 7 – 17
Bacaan 2 :
1 Tesalonika 2 : 9 – 13
Bacaan 3 :
Matius 23 : 1 – 12

Tema Liturgis : Among Rasa, Tepa Slira
Tema Khotbah :
Hidup yang Berbudaya Itu Hidup yang Berintegritas

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Yosua 3 : 7 – 17
Pertolongan Allah kepada umat Israel di sungai Yordan mengingatkan mereka kepada peristiwa pertolongan Allah kepada mereka di laut Teberau (Kel. 14). Air sungai Yordan berhenti mengalir sehingga umat Israel bisa menyeberang. Melalui tanah yang kering di tengah sungai Yordan mereka menyeberang ke tanah perjanjian.

Namun untuk mendapat pertolongan Tuhan itu, mereka semua harus melakukan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Baik Yosua, para imam pengangkat tabut perjanjian, para kepala suku Israel maupun seluruh umat Israel melakukan perintah Allah dengan kesungguhan. Mereka semua berjalan di belakang tabut perjanjian yang di dalamnya terdapat sepuluh perintah Allah, roti manna dan tongkat Harun yang bertunas. Perbuatan itu menandakan bahwa mereka mengikuti dan mentaati hukum perintah Allah, dengan rendah hati mereka tunduk kepada kuasa Allah. 

1 Tesalonika 2 : 9 – 12
Dalam bagian ini Paulus -yang nampak sangat menyayangi warga jemaat di Tesalonika- menginginkan mereka supaya hidup sesuai dengan kehendak Allah. Paulus menginginkan mereka bukan hanya mendengarkan dan menerima Injil yang diberitakannya, tetapi mematuhinya, melakukan kehendak Allah di dalamnya. Dengan begitu, mereka pantas untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah dan menikmati kemuliaan Allah.

Untuk itu, Paulus dan saudara-saudara sepelayanannya memberikan teladan hidup kepada mereka. Paulus dan kawan-kawan menjalani hidup yang penuh integritas. Antara hati nurani, perkataan dan perbuatan mereka sama, sama-sama murni, suci, adil dan tanpa cela. Jemaat dan Allah menjadi saksi integritas mereka. Jemaat melihat perbuatan lahiriah mereka dan Allah melihat kemurnian dan ketulusan hati mereka. Begitulah kehendak Allah, yang diharapkan juga dilakukan oleh warga jemaat Tesalonika.

Matius 23 : 1 – 12
Sebelum perikop ini diceritakan percakapan Tuhan Yesus dengan ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan Saduki (Mat. 22: 15-46). Di sini Tuhan Yesus diceritakan sedang memberitahu orang banyak dan murid-murid-Nya tentang ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

Pertama-tama Dia mengakui mereka sebagai guru-guru agama yang mengajarkan segala peraturan hukum Taurat dan segala kebaikan kepada semua orang Yahudi. Peranan mereka memang sangat penting bagi kehidupan agama Yahudi. Tuhan Yesus rupanya juga mengakui bahwa ajaran mereka memang baik, sehingga Dia memesankan kepada orang banyak dan murid-murid-Nya supaya mereka melakukan semua yang diajarkan oleh ahli-ahli Tuarat itu.

Tetapi di bagian kedua perikop ini Tuhan Yesus mengingat orang banyak dan murid-murid-Nya supaya tidak meneladani perbuatan mereka. Tuhan Yesus mengkritik sikap dan perilaku mereka. Mereka tidak mempunyai integritas. Antara perkataan ajaran mereka tidak sejalan dengan perbuatan mereka. Mereka mengatakan ajaran kebaikan tetapi mereka melakukan keburukan.

Mereka menyalahgunakan wewenang dengan memberikan beban berat kepada umat dengan peraturan-peraturan tambahan mereka, sementara mereka sendiri mencari keringanan beban peraturan. Mereka menyombongkan diri dan mencari-cari kehormatan bahkan di dalam ibadah kepada Tuhan. Mereka pamer kesalehan dengan tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang.

Tuhan Yesus mengajarkan kepada orang banyak dan murid-muridNya supaya mereka mempunyai integritas, mempunyai hati dan sikap yang murni serta perilaku yang rendah hati. Dia mengingatkan bahwa orang yang sombong akan terhina dan yang rendah hati akan terpuji.

Benang Merah Tiga Bacaan :
Ketiga bacaan di atas berbicara tentang menyelaraskan hati nurani, perkataan dan perbuatan untuk melakukan kehendak dan perintah Allah.

 

Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan
Pada zaman orde baru dan sejak sebelumnya, kepada masyarakat kita Indonesia diajarkan tentang budi pekerti yang menjadi budaya luhur bangsa Indonesia. Ajaran mulia itu disampaikan melalui pelajaran sekolah-sekolah, melalui pertunjukan-pertunjukan seni budaya -seperti wayang kulit, ludruk, janger, ketoprak- melalui lagu-lagu, dsb. Di antara ajaran luhur itu adalah tema Bulan Budaya GKJW 2020 ini, yakni “Among rasa, tepa slira.” Semua orang diajari supaya among rasa, artinya menjaga perasaan orang lain dalam bergaul, berkata-kata, bersikap dan berbuat. Jangan sampai sikap dan perilaku kita menyebabkan orang lain tersinggung, kecewa, sakit hati, benci dan marah. Juga diajarkan tepa slira, artinya tahu diri, peduli, menghormati orang lain, bisa menjaga dan mengendalikan diri. Semua orang didorong untuk melakukan setiap ajaran budi pekerti luhur itu, bahkan sampai sekarang, sebab ajaran-ajaran budi pekerti luhur itu tentu masih hidup sampai sekarang. Tetapi kita semua menyaksikan, di era reformasi ini betapa ajaran luhur itu seperti tidak dipedulikan sama sekali oleh kebanyakan orang.

Isi
Ajaran-ajaran budi pekerti luhur juga diberikan oleh Allah kepada umat Israel. Ajaran-ajaran itu secara intensif disampaikan kepada umat Allah oleh guru agama mereka, yaitu para ahli Taurat. Pengajaran mereka rupanya mudah dimengerti dengan baik oleh umat Israel. Tuhan Yesus mengakui dan menghargai peranan para ahli Taurat itu beserta dengan semua ajaran mereka. Ajaran-ajaran dari Allah itu memang sangat penting untuk disampaikan kepada semua umat-Nya. Tuhan menghendaki semua umat-Nya mengenal, mengerti dan melakukan kehendak-Nya. Untuk mengenal dan mengerti kehendak-Nya itulah peranan para ahli Taurat itu sangat diperlukan.

Sayangnya, para ahli Taurat itu hanya mengajarkan, tetapi tidak memberikan contoh atau teladan kepada umat Tuhan yang mereka ajar itu tentang bagaimana melakukan ajara-ajaran dari Allah itu. Bahkan mereka memperberat beban umat Tuhan dengan aturan-aturan yang ditambahkan oleh para ahli Taurat itu sendiri. Mereka hanya berpikir bagaimana kehendak Allah yang mereka ajarkan itu sampai kepada umat-Nya dan dapat dimengerti dengan benar. Mereka tidak peduli apakah umat Tuhan itu tersemangati, mau dan mampu melakukan kehendak Tuhan itu atau tidak. Nampaknya mereka merasa tidak punya kepentingan untuk memberikan semangat dan contoh bagaimana melakukan kehendak Tuhan itu. Karena itu, mereka tidak punya integritas, artinya mereka hanya mengajarkan dan mengatakan kehendak Tuhan tetapi tidak mempraktikkannya dalam sikap dan perilaku hidup mereka.

Di dalam beragama, para ahli Taurat itu hanya mencari kenyamanan dengan hanya mengajarkan kehendak Tuhan tetapi membebaskan diri dari beban atau tanggung jawab melakukan kehendak-Nya. Ketika mereka dan orang-orang Farisi melakukan perintah Tuhan, misalnya bersembahyang, mereka hanya pamer kesalehan. Mereka melakukannya hanya supaya dilihat orang. Mereka mengelabuhi umat Tuhan dengan dandanan mereka yang menunjukkan kesalehan, tetapi hanya dandanan saja, yaitu dengan tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang. Mereka suka mencari hormat dan pujian di pasar-pasar dan bahkan di dalam ibadah. Mereka merebut kehormatan dan pujian bagi Tuhan untuk diri mereka sendiri. Ini adalah sikap dan perilaku yang benar-benar tidak patut.

Oleh karena itu, Tuhan Yesus menasehati orang banyak dan para murid-Nya untuk tidak menuruti atau mengikuti perbuatan mereka. Mereka munafik. Karena itu Tuhan Yesus menghendaki semua pengikut-Nya:

  1. Mempunyai integritas hidup. Jangan hanya bisa mengatakan atau mengajarkan yang baik. Jangan hanya bisa mengerti ajaran-ajaran yang baik. Jangan hanya memahami kehendak Tuhan. Yang sangat penting adalah mau dan mampu melakukan segala ajaran baik, perintah dan kehendak Tuhan. Integritas hidup ini harus bisa ditunjukkan di hadapan Tuhan, di hadapan anak kita, orang tua kita, teman kita, atasan atau pimpinan kita. Integritas ini harusnya diwujudkan bahkan ketika tidak ada orang yang melihat kita.
  2. Melakukan kehendak dan perintah Tuhan dengan sungguh-sungguh, tidak dengan terpaksa atau berat hati. Itulah yang dilakukan oleh umat Israel ketika hendak menyeberangi sungai Yordan (Yosua 3:7-17). Mereka semua melakukan perintah Allah yang disampaikan kepada Yosua dan diteruskannya kepada para imam, wakil suku mereka. Oleh kesungguhan melakukan kehendak dan perintah-Nya, Tuhan memberikan pertolongan, sehingga air sungai Yordan berhenti mengalir di hadapan mereka, sehingga mereka bisa menyeberang dengan mudah.
  3. Mempunyai hati nurani yang murni/suci, perkataan yang benar yang mewujud dalam perbuatan yang baik. Bukan hanya perbuatan baik saja yang dikehendaki Tuhan dari setiap pengikut-Nya, tetapi juga benar-benar baik motivasinya, luhur budinya, murni hati nuraninya. Sebab, yang menyaksikan hidup kita bukan hanya manusia -yang melihat perbuatan lahiriah kita- tetapi Allah juga menyaksikan hidup kita -melihat hati dan motivasi yang tersembunyi. Itulah yang diajarkan dan diteladankan oleh Paulus dan kawan-kawannya (1 Tes. 2:9-12).

Penutup
Mari kita jalani hidup yang berbudaya, yaitu yang mempunyai integritas. Mari kita ajarkan dan teladankan hidup yang berbudaya luhur. Mari kita budayakan atau biasakan hidup yang baik, yang penuh integritas, kepada anak-anak kita, teman-teman dan bawahan kita. Mari -dengan teladan kita- kita menyemangati anak, saudara, teman, sahabat dan bawahan kita untuk dengan sungguh-sungguh dan dengan hati yang tulus murni melakukan segala ajaran yang baik, mematuhi segala perintah dan peraturan yang berlaku, serta kehendak Tuhan. Dengan begitu Tuhan pasti menolong dan memberkati kita kala kita menghadapi tantangan dan kesulitan. Amin. [st]

Nyanyian : KJ. 400 : 1, 3 Kudaki Jalan Mulia

Rancangan Khotbah : Basa Jawi

Pambuka
Ing jaman orde baru lan wiwit saderengipun, dhateng masyarakat kita Indonesia kawulangaken bab budi pakerti ingkang dados adat kabudayan luhur bangsa Indonesia. Piwulang luhur punika kaundhangaken lumantar pelajaran ing sekolah-sekolah, ugi lumantar pagelaran-pagelaran seni kabudayan -kados ringgit wacucal (wayang kulit), ludruk, janger, kethoprak, lsp- lumantar lagu-lagu lan margi sanesipun. Ing antawisipun piwulang luhur punika samangke kadadosaken irah-irahaning Bulan Budaya GKJW taun 2020, inggih punika “Among rasa, tepa slira”. Sadaya tiyang dipun wulangi supados “among rasa”, tegesipun njagi perasaanipun tiyang sanes saking pitembungan lan solah tingkah kita. Sampun ngantos pocapan lan pratingkah kita njalari tiyang sanes kesinggung, kuciwa, sakit manahipun, sengit lan nesu. Ugi kawulangaken “tepa slira” ingkang tegesipun mangertos adeging dhiri, perduli, ngajeni tiyang sanes, saged njagi lan ngendhaleni dhiri. Sadaya tiyang kabereg kinen nindakaken sadaya piwulang luhur, ugi ngantos samangke, awit piwulang-piwulang luhur punika taksih gesang ngantos samangke. Nanging kita sadaya sami nyekseni ing jaman reformasi punika saiba piwulang luhur punika kados-kados boten dipun paelu babar pisan dening tiyang kathah.

Isi
Piwulang-piwulang budi pakerti luhur ugi dipun paringaken dening Allah dhateng umat Israel. Piwulang-piwulang punika kanthi tumemen dipun undhangaken dhateng umatipun Allah dening guru agaminipun, inggih punika para ahli Toret. Piwulangipun para ahli Toret punika ketingalipun gampil dipun mangertosi kanthi leres dening umat Israel. Gusti Yesus ngakeni lan ngajeni lelabuhanipun para ahli Toret punika kalayan sadaya piwulangipun. Piwulang-piwulang saking Allah punika pancen wigatos sanget dipun andharaken dhateng sadaya umatipun. Gusti ngersakaken sadaya umatipun sami nyumurupi, mangertos lan nindakaken karsanipun Gusti. Kangge nyumurupi lan mangertosi karsanipun Allah punika lelabuhanipun para ahli Toret punika saestu dipun betahaken.

Emanipun, para ahli Toret punika namung mulangaken, nanging boten maringi conto utawa tuladha dhateng umatipun Gusti ingkang kawulang menggah kados pundi nindakaken piwulang-piwulang saking Allah punika. Para ahli Toret punika malah nambahi momotan dhateng umatipun Gusti kanthi pranatan-pranatan ingkang dipun wuwuhaken dening para ahli Toret piyambak. Ingkang dipun penggalih namung kados pundi karsanipun Allah ingkang dipun wulangaken punika saged dipun tampi lan dipun mangertosi kanthi leres dening sadaya umatipun. Para ahli Toret punika boten preduli punapa umatipun Allah punika kabereg, purun lan saged nindakaken karsanipun Allah utawi boten. Para ahli Toret punika boten rumaos nggadhahi kapentingan kangge maringi pangatag lan conto kados pundi nindakaken karsanipun Allah punika. Dados, para ahli Toret punika boten nggadhahi integritas, tegesipun namung mulangaken lan ngucapaken karsanipun Allah nanging boten ngecakaken piwulangipun wonten ing pigesanganipun.

Anggenipun nglampahi agami, para ahli Toret punika namung ngupadi kepenaking urip kanthi mulangaken karsanipun Allah kemawon, lan ngupadi mardikaning dhiri saking momotan lan tanggel jawab nindakaken karsanipun Allah. Menawi para ahli Toret lan tiyang-tiyang Farisi punika nindakaken pepakenipun Allah, upaminipun sembahyang, punika namung kangge pamer kamursidan/ kesalehan. Katindakaken namung supados dipun tingali tiyang sanes. Para tiyang punika mbujuki umatipun Allah kanthi dandanan ingkang nedahaken kamursidan, nanging inggih namung dandanan, inggih punika kanthi tali sembahyang ingkang wiyar lan surban ingkang panjang. Para ahli Toret lan Farisi punika remen pados urmat lan pangalembana ing peken-peken lan malah ing salebeting pangibadah. Tiyang-tiyang punika sami ngrampas kaurmatan lan pangalembana dhumateng Allah kagem dhirinipun piyambak. Punika saestu patrap ingkang nistha.

Pramila saking punika, Gusti Yesus nuturi tiyang kathah lan para sakabatipun supados sampun nuruti utawi nyonto tumindakipun para ahli Toret lan tiyang Farisi. Tiyang-tiyang punika lamis. Gusti ngersakaken supados sadaya pendherekipun punika:

  1. Nggadhahi integritas. Sampun namung saged ngucapaken lan mulangaken ingkang sae. Sampun namung saged mangertos piwulang-piwulang ingkang sae. Sampun namung mangertos kanthi yektos karsanipun Gusti. Ingkang saestu wigatos inggih punika purun lan saged nindakaken sadaya piwulang sae, pepaken lan karsanipun Gusti. Integritas punika kedah saged katedahaken ing ngarsanipun Gusti, ing ngajenging anak, tiyang sepuh, sedherek, kanca, utawi pimpinan. Integritas punika kedahipun saged kawujudaken nadyan boten wonten tiyang ingkang ningali utawi nyekseni.
  2. Nindakaken pepaken lan karsanipun Gusti kanthi temen-temen, boten kanthi kepeksa utawi awrating manah. Punika ingkang dipun tindakaken dening umat Israel nalika badhe nyabrang bengawan Yarden (Yus. 3:7-17). Umatipun Allah punika sami nindakaken prentahipun Allah ingkang dipun dhawuhaken dhateng Yusak lan dipun andharaken dhateng para imam lan wakiling para suku Israel. Srana anggenipun tumemen nindakaken prentah lan karsanipun Allah, Gusti Allah paring pitulungan, temah toyaning bengawan Yarden mandheg ing ngajenganing umat, temah sadaya sami saged nyabrang bengawan punika kanthi gampil.
  3. Nggadhahi ati nurani ingkang murni/ suci, pitembungan ingkang leres ingkang maujud ing tumindak ingkang sae. Boten namung tumindak sae ingkang dipun kersakaken dening Gusti tumrap sadaya pendherekipun, nanging ugi kanthi dhasar lan sedya (motivasi) ingkang saestu sae, kanthi luhuring budi, kanthi murni lan tulusing manah. Awit ingkang nyekseni gesang kita punika boten namung manungsa, nanging Gusti Allah ugi nyekseni. Manungsa namung nyekseni tumindak sacara lair, nanging Allah mirsani sedyaning manah ingkang boten ketingal. Punika ingkang dipun wulangaken lan dipun tuladhakaken dening Rasul Paulus lan para mitranipun (1 Tes. 9:9-12).

Panutup
Sumangga kita lampahi gesang ingkang abudaya, inggih punika ingkang nggadhahi integritas. Sumangga kita wulangaken kabudayan lan budi pakerti luhur kanthi tuladha ingkang cetha. Sumangga kita kulinakaken kabudayan gesang ingkang sae, ingkang kebak integritas, dhateng anak-anak kita, dhateng sedherek, rencang, mitra lan andhahan kita. Sumangga kanthi patuladhan ingkang sae kita ngatag anak, sedherek, rencang lan andhahan kita kanthi tumemen lan kanthi manah ingkang tulus murni sami nindakaken sadaya piwulang sae, netepi sadaya pranatan sarta karsanipun Gusti Allah. Kanthi mekaten Gusti mesthi mitulungi lan mberkahi kita samangsa kita ngadhepi reribet lan pakewet. Amin. [st]

 Pamuji : KPJ. 202 : 1, 2, 3 Rahayu Kang Utama Lakune.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak