Khotbah HUT Kemerdekaan RI – 17 Agustus 2017

1 August 2017

HUT Republik Indonesia
Stola Merah

 

Bacaan 1         : Yesaya 45:20-25
Bacaan 2         : Wahyu 15:1-4
Bacaan 3         : —

Tema Liturgis  : Kekuatan  Iman, Menguatkan Kita  Membangun GKJW
Tema Kotbah   : Bersama-sama menampilkan kebenaran dan keadilan Allah

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 45:20-25: Panggilan Nabi Yesaya kepada bangsa-bangsa

Bacaan kita ini adalah bagian kedua dari Kitab Yesaya atau yang disebut Deutero Yesaya dengan latar belakang sejarah ketika orang-orang Israel dalam pembuangan Babil, penguasa raksasa pada waktu itu. Mereka mengalami krisis multi dimensi: sosial, politik, ekonomi dan yang lebih parah krisis rohani. Keselamatan Tuhan melalui Koresy (Cyrus) Raja Persia akan segera datang (Yes 45:1-8). Oleh karena itu Yesaya memanggil bangsa-bangsa, termasuk Israel di dalamnya untuk berhimpun, datang dan tampil bersama-sama. Supaya berpaling hanya kepada Tuhan saja, satu-satunya Allah, yang dari mulutNya keluar kebenaran dan tindakanNya penuh kekuatan dan keadilan. Tentu mereka akan diselamatkan. Pada akhirnya semua bangsa akan bertekuk lutut sujud kepadaNya dan keturunan Israel akan nyata benar dan bermegah dalam Tuhan.

 

Wahyu 15:1-4: Kenyataan akhir dari segala sesuatu:Nyanyian kemenangan

Dalam penglihatan Yohanes di Pulau Patmos, setelah tujuh malapetaka terakhir dan redanya murka Allah, sesuatu yang baru muncul. Bagaikan lautan kaca bercampur dengan api yang begitu indah gemerlap dan di tepinya berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang dan patungnya. Mereka menyanyikan nyanyian kemenangan Musa dan Anak domba Allah, yakni nyanyian yang mengagungkan kemuliaan pekerjaan Tuhan: “Besar dan ajaib segala pekerjaanMu…, adil dan benar segala jalanMu, ya Raja segala Bangsa. Semua bangsa akan datang bersembah sujud kepadaMu.”

 

Benang Merah Dua Bacaan

Allah adalah Tuhan segala bangsa, sekarang sedang bekerja dan di akhir zaman ketika semuanya sudah usai semua bangsa memuliakan Allah karena pekerjaanNya yang ajaib, adil dan benar itu. Di tanah pembuangan yang penuh penindasan, ketidak benaran dan ketidak adilan itu Nabi Yesaya menubuatkan akan kedatangan pembebasan melalui Raja Koresy dan memanggil bangsa-bangsa untuk datang, berhimpun dan menampilkan kebenaran dan keadilan Allah.

 

RANCANGAN KOTBAH Bahasa Indonesia

(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Telah 72 tahun bangsa Indonesia merdeka. Merdeka! Tetapi sepertinya cita-cita masyarakat yang adil dan makmur apalagi sejahtera itu masih jauh dari kenyataan. Justru ketika penjajah secara politik telah hengkang, penindas, pemeras dan penipu itu datang dari orang-orang sebangsa sendiri. Korupsi makin merajalela dari pusat hingga ke pelosok-pelosok di kalangan birokrasi, parlemen, hukum, pengadilan, hingga masyarakat luas. Semuanya menjadi masalah besar yang meruntuhkan sendi-sendi bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Masing-masing orang dan kelompok berjuang untuk dirinya atau kelompoknya sendiri, saling menghujat dan saling menyingkirkan antara satu dengan yang lain. Lebih-lebih ketika Pilkada dan Pemilu tiba, issu-issu SARA digunakan untuk mengunggulkan diri sendiri dan menghancurkan calon yang lain dan menyingkirkan pengikut-pengikutnya. Sehingga masyarakat dibuat gaduh terus, kebinekaan dan kesatuan bangsa terancam. Banyak orang skeptis dan bingung mau membangun dari mana, karena masalah pokoknya adalah masalah mental. Yaitu mental korup yang lebih mencintai kehancuran atau maut (nekropilia) daripada kehidupan (biopilia).

 

Isi:

Panggilan Yesaya kepada bangsa-bangsa

Yes 45:20-25 ini merupakan bagian kedua dari Kitab Yesaya.  1) Yes 1-39; 2) Yes 40-55 dan 3) Yes 56-66. Bagian kedua ini dinubuatkan ketika orang-orang Israel berada di pembuangan Babil. Mereka mengalami penindasan, ketidakadilan dan kesengsaraan, hingga mereka mengalami krisis multi dimensi seperti krisis sosial, ekonomi, politik, budaya dan terutama krisis rohani. Mereka mengalami shock rohani: mengapa Tuhan menyerahkan umat pilihanNya kepada bangsa Babil yang tidak percaya kepada Tuhan? Shock rohani menjadikan mereka skeptis, apatis, kecewa dan frustrasi.

Di tengah keadaan umat Tuhan inilah Yesaya memberitakan bahwa waktunya sudah dekat, Tuhan akan bertindak memberikan pembebasan melalui Raja Koresy (Cyrus), Bangsa Persia. Untuk menyongsong itu maka bangsa-bangsa, termasuk orang-orang Israel di dalamnya hendaknya mempersiapkan diri dengan berhimpun, datang dan tampil bersama-sama. Tampil bersama untuk melakukan apa?  Hanya supaya kelihatan?

Tampil! Kata ini akhir-akhir ini menjadi keren dan popular, terutama di kalangan remaja dan pemuda. “Yang penting penampilan”. Tampil keren, tampil smart, tampil kaya, tampil sopan, tampil sok religious. Pokoknya penampilan adalah segalanya. Lalu mereka berhimpun dalam bermacam-macam hobi atau kegiatan bersama dan merasa distinctive (berbeda) dan eksklusif (khas) daripada orang lain!  Bahkan tidak jarang mereka bersama melakukan kriminalitas atau menakutkan orang lain. Dalam Yesaya ini bukan asal berhimpun, bukan asal datang dan tampil. Bukan tampil sembarang tampil. Untuk memahami tampil melakukan apa, marilah kita simak bacaan dari Wahyu.

 

Bersama tampil melakukan keadilan dan kebenaran

Tuhan telah bekerja menumbuhkan keadilan di tengah bangsa-bangsa (Yes 45:8) dan memanggil umatNya untuk menjadi saksi akan karyaNya yang hebat itu.  Dalam penglihatan Yohanes, setelah 7 malapetaka terakhir dan peperangan selesai serta kemenangan Allah melalui Sang Anak Domba dicapai, Yohanes melihat tentang sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api. Di tepi lautan kaca itu ia melihat orang-orang yang telah mengalahkan binatang dan berhala-berhalanya itu dengan sukacita menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba yang memuji karya Tuhan yang mewujudkan keadilan dan kebenaran: ”Besar dan ajaib segala pekerjaanMu ya Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalanMu, ya Raja segala bangsa!”

Israel dipanggil menjadi saksi di tengah bangsa-bangsa yang dipanggil untuk berhimpun, datang dan tampil mewujudkan keadilan dan kebenaran. Pekerjaan ini sungguh berat, karena bangsa-bangsa itu sangat beraneka ragam latar belakang asal, suku bangsa, adat, budaya, agama/ kepercayaan, sikap politik dan lain-lainnya. Bagaimana mereka dapat berhimpun? Bagaimana umat Tuhan dapat menjadi saksi yang dapat mendorong mereka untuk berhimpun dan tampil bersama-sama? Ya, itu dapat terjadi ketika mulai dari keadilan dan kebenaran. Adil itu memperlakukan diri sendiri dengan orang lain sama. Adil itu ingin memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain. Adil itu tidak “double standard”, artinya memandang diri sendiri selalu yang terbaik, dan orang lain yang buruk. Adil itu setiap orang mendapat haknya. Benar itu berkata “ya” atas yang “ya” dan “tidak” atas yang “tidak”. Dasar kebenaran bagi orang percaya tentu kehendak Tuhan sendiri.

Indonesia adalah masyarakat majemuk yang mengikrarkan “Bhineka Tunggal Ika” yang berdasarkan Pancasila. Walaupun berbeda-beda tetapi satu. Perbedaan bukan untuk saling menyingkirkan, tetapi untuk saling mengkayakan. Sekarang ini penghargaan atas keanekaragaman tersebut benar-benar terancam oleh sikap mau menang sendiri, pemaksaan kehendak oleh sekelompok golongan atas golongan-golongan yang lain, ketidakadilan, keserakahan dan korupsi. Panggilan untuk berhimpun, datang dan menampilkan keadilan dan kebenaran justru sangat relevan.

Kita hidup di tengah berbagai kesulitan dan peperangan rohani yang hebat tidak hanya di Nusantara saja, tetapi juga di seluruh alam semesta. Namun melalui penglihatan Yohanes kita juga diajak melihat akhir dari segalanya dan bahwa Allah sedang bekerja keras di dalamnya. Di tengah situasi ini umat Kristen yang dikehendaki Tuhan untuk menjadi saksi yang mendorong, terlibat dalam menghimpun dan bekerja sama dengan orang lain untuk menampilkan keadilan dan kebenaran Allah di bidang hukum, ekonomi, sosial politik, mulai dari diri sendiri, keluarga, jemaat dan masyarakat sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. Syukur, bahwa di tengah ketidakadilan, ketidakbenaran dan korupsi yang merajalela, sekarang ini telah muncul sosok-sosok yang berjuang untuk keadilan dan kebenaran. Bersama mereka orang-orang Kristen dipanggil untuk terlibat dalam perjuangan mereka.

 

Penutup

Menampilkan berarti menunjukkan, memperjuangkan dan mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Betapa tidak mudahnya! Karena mungkin kita merasa sendiri, terkucil dan tersingkir. Namun tetap tabahlah dan berbahagialah, sebab kita bekerja di jalan dan bersama Tuhan sendiri. Amin. (BRU)

 

Nyanyian: KJ 249:1,3.

RANCANGAN KOTBAH Basa Jawi

Pambuka

Kita asung pamuji syukur, sampun 72 taun bangsa Indonesia mardika. Ananging ing wekdal punika kita ugi ngadhepi kanyatan bilih taksih tebih saking gegayuhan (cita-cita) masyarakat adil, makmur lan sejahtera punika. Malahan menawi ing jaman penjajah ingkang nindhes bangsa sanes, ing jaman kamardikan punika ingkang meres lan ngapusi saking bangsa kita piyambak. Korupsi sangsaya wradin wiwit saking pusat dumugi pelosok-pelosok ing kalangan birokrasi, parlemen, pangadilan lan tengahing masyarakat. Karana punika tiyang sami rebutan panguwaos kanthi marupi-rupi cara hallal utawi haram, kalebet mboten wigah-wigih ngginakaken issu SARA singkir-siningkiraken antawisipun satunggal lan satunggalipun. Langkung-langkung ing wekdal PILKADA lan PEMILU. Bab punika saestu mbebayani sanget tumrap lestantuning NKRI ingkang majemuk lan nggadhahi moto “Bineka Tunggal Ika” punika.

Masyarakat gadhuh terus, kebinekaan lan kesatuan bangsa kaancam. Kathah tiyang ingkang skeptis lan bingung kadospundi saged mbangun masyarakat ingkang kados mekaten. Sabab masalah pokokipun inggih masalah mental, inggih punika mental ingkang korup, ingkang langkung remen karisakan utawi pepejah (necrophilia), katimbang gesang (biophilia). Kawontenan ingkang dipun adhepi umating Allah ing Tanah Babil langkung nyedhihaken malih. Ing tengahing bangsa-bangsa ingkang mekaten punika Nabi Yesaya ngundhangaken timbalanipun Gusti kadosdene ing nas kita punika.

 

Isi:

Timbalanipun Nabi Yesaya tumrap bangsa-bangsa

Yes 45:20-25 punika minangka perangan Kitab Yesaya kaping kalih. Kitab Yesaya saged kapara dados tiga: 1) Yes 1-39; 2) Yes 40-55; 3) Yes 56-66. Yesaya perangan kalih punika kaweca rikala Israel taksih wonten ing Tanah Pambuangan Babil. Tiyang-tiyang wau katindhes, kaperes, kapatrapan kanthi mboten adil, saengga ngalami krisis multi dimensi kadosta: krisis sosial, ekonomi, politik lan utaminipun krisis mental lan karohanen. “Kenging punapa Yehuwah Allah negakaken umat pilihanipun katindhes dening bangsa liyan ingkang mboten pitados?” Temahanipun kathah ingkang semplah, frustrasi, mopo lan apatis.

Ing satengahing kawontenan ingkang mekaten punika Nabi Yesaya katimbalan martosaken bilih wekdalipun sampun dumugi, Yehuwah Allah badhe  tumindak ngluwari umatipun lumantar Sang Prabu Koresy (Cyrus). Kangge mapag pangluwaranipun Gusti punika mila bangsa-bangsa, kalebet bangsa Israel supados cecawis kanthi sami makempal, marek miwah majeng sesarengan. Majeng sesarengan nindakaken punapa?  Punapa namung supados ketingal?

Majeng utawi basa Indonesiapun tampil ateges medal saking sesingidanipun, nindakaken prakawis ingkang ndadosaken tiyang ningali lan sumerep. Jaman punika tembung “tampil” dados tembung ingkang moncer, istilahipun nem-neman samangke “keren”, lan dados semboyanipun nem-neman samangke. Sing penting “penampilan”. Tampil sugih, tampil cakep, tampil smart, tampil pinter. Demi penampilan mila lajeng tumbas rasukan ingkang nggadhahi merek (branded), dhateng pundi-pundi ngesai HP lan nyangking computer, gayanipun benten, sok saleh, lsp. Lajeng makempal, thongkrong-thongkrongan kaliyan grupipun, kanca sahobi, utawi nindakaken ingkang benten lan khas (eksklusif lan distinctive). Malahan asring nindakaken ingkang aneh-aneh, kriminalitas ingkang ndadosaken tiyang sanes sami ajrih lan nebih. Tamtu sanes penampilan ingkang kados mekaten punika ingkang kakarsakaken ing waosan kita. Sanes asal tampil, utawi tampil sembarang tampil.

 

Sesarengan majeng/tampil nindakaken kaadilan lan kaleresan

Yehuwah Allah samangke makarya nindakaken kaadilan lan kaleresanipun, sarta ngersakaken langit bumi saisinipun nuwuhaken lan ngwedalaken kaadilan lan kaleresanipun (Yes 45:8,19). Gusti Allah ugi ngersakaken umatipun dados seksi kaadilan lan kaleresanipun punika. Ing seserepanipun Yokanan ing Pulo Patmos, sasampunipun wewelak 7 ingkang pungkasan, paprangan rampung kamenangaken dening  Gusti Allah lumantar Sang Cempening Allah, Yokanan lajeng  ningali rerupan kados seganten kaca campur geni. Tiyang-tiyang ingkang sampun unggul perangipun lumawan si Kewan lan recanipun sami ngadeg ing pinggiring seganten wau kanthi memuji ngangge kidunging Nabi Musa tuwin Sang
Cempe: “Agung saha elok pakaryan Paduka dhuh Pangeran ingkang Mahakwaos!  Adil saha leres margi Paduka punika, dhuh Ratuning sadaya bangsa.”

Israel katimbalan ngajak para bangsa makempal, majeng lan tampil dados seksining kaadilan lan kaleresaning Pangeran. Dados seksi ateges dados inisiator (ingkang miwiti), inspirator (ingkang ngilhami), motivator (ingkang maringi motivasi), lan mobilisator (ingkang nggerakaken). Bab punika saestu sanes prekawis ingkang entheng, langkung-langkung karana bangsa-bangsa punika sanget maneka warni asal, adat, kapitadosan, sikap politik, lsp, dereng katambahan raos prasangka lan curiga. Ananging kaadilan lan kaleresan saestunipun saged nunggilaken tiyang tiyang wau. Adil punika nandukaken tumindak dhumateng dhiri pribadi lan tiyang sanes kanthi sami. Adil punika nandukaken tumindak dhumateng tiyang sanes kadosdene ingkang dipun pengini tiyang sanes nandukaken tumindak dhumateng dhirinipun. Adil punika mboten mban cindhe-mban siladan utawi pilih kasih. Adil punika mboten “double standard”, artosipun ngangge standard ingkang benten, ningali dhiri pribadi minangka ingkang paling sae lan tiyang sanes paling awon. Adil punika saben tiyang nampi hakipun. Dene leres punika “kandha iya yen iya, ora yen ora”. Langkung saking punika asalipun saking pangawak dursila. Dhasaring kaleresan punika namung saking Gusti piyambak.

Minangka masyarakat majemuk ingkang nggadhahi sesanti “Bhineka tunggal ika”, benten punika sanes dhadhakan kangge singkir-siningkiraken ananging malah kangge sampurna-sinampurnakaken. Sapunika Bhineka Tunggal Ika punika saestu kaancam dening sikap kepengin menang piyambak, meksa ngasanes. Ing tengahing kawontenan punika kita umatipun Gusti ing ngriki ugi katimbalan nyatunggil lan majeng sesarengan suku-suku ingkang maneka warni kangge nindakaken kaadilan miwah kaleresan. Inggih kaadilan lan kaleresan punika ingkang saged nunggilaken kita lan berjuang sesarengan. Wontena pundi kemawon makarya lan ing salebeting ngemban tugas, jabatan, panguwaos punapa kemawon sumangga kita tindakaken kanthi adil lan leres, ing babagan hukum, ekonomi, sosial politik, miwiti saking dhiri pribadi, brayat lan masyarakat. Syukur ing tengahing kebobrokan lan marakipun korupsi taksih kathah paraga-paraga ingkang berjuang mujudaken kaadilan lan kaleresan. Sesarengan kaliyan para pejuang kaadilan lan kaleresan punika kita saged berjuang sesarengan. Awit samangke Yehuwah Allah saweg makarya nindakaken kaadilan lan kaleresanipun lan sinten ingkang nindakaken kaadilan miwah kaleresanipun ateges minangka rowang ing pakaryanipun Allah piyambak.

 

Penutup

Nampilaken ateges nedahaken, ngupayakaken, mujudaken ing salebeting gesang nyata saben dinten. Seestu mboten gampil! Saged ugi kita rumaos piyambakan, tanpa kanthi, malahan kesingkir kinucilaken. Ananging rahajeng, awit kita makarya sesarengan kaliyan Yehuwah Allah lan tansah tininunggil dening Allah piyambak.  Amin. (BRU)

 

Pamuji: KPK 104: 1,3,4.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak