Bacaan: Markus 7 : 24 – 37 | Pujian: KJ. 356 : 1, 2
Nats: “Lalu kata Yesus kepada perempuan itu: “Karena perkataanmu itu, pergilah, setan itu sudah keluar dari anakmu.” (Ayat 29)
Tentu kita pernah mendengar sebuah nasihat yang berkata, “Hati-hati kalau bicara, karena ucapan itu adalah doa.” Sebagian besar masyarakat percaya bahwa ucapan dari seseorang adalah doa, baik bagi diri sendiri maupun juga orang lain. Pada praktiknya, kata-kata memiliki daya dan pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Contohnya: Seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan berkembang baik, bila dalam kehidupannya senantiasa didukung dengan kata-kata yang positif dan membangun. Sebaliknya, jika seseorang yang kepadanya seringkali mendengar kata-kata negatif yang merendahkan, maka dia akan tumbuh menjadi seorang yang rendah diri dan tidak memiliki motivasi yang kuat.
Kata-kata dan ucapan memiliki daya yang luar biasa dicatat dalam bacaan hari ini. Kata-kata dan ucapan itu adalah milik seorang ibu dari bangsa Siro-Fenesia. Saat itu anak dari ibu Siro-Fenesia ini sedang kerasukan setan, maka datanglah dia kepada Tuhan Yesus memohon agar Tuhan Yesus mengusir setan dari anaknya itu. Pada awalnya Tuhan Yesus menolak permohonan si ibu ini, tetapi si ibu ini tetap percaya kepada Tuhan Yesus, katanya, “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” (Ay. 28). Kata-kata yang diucapkannya telah mampu menggerakkan hati Tuhan Yesus untuk menolong anaknya yang kerasukan setan. Alhasil, dengan kata-kata itu anaknya sembuh dari kuasa setan. Tentu saja kata-kata yang diucapkan oleh sang Ibu dari Siro-Fenesia ini tidak hanya sebatas di bibir saja, tetapi juga berasal dari kedalaman hatinya, disertai doa dan harapan yang besar untuk kesembuhan anaknya.
Berefleksi dari kisah ini, maka marilah kita bertanya pada diri kita. Apakah setiap kata dan ucapan yang keluar dari mulut kita, telah memberi daya yang positif bagi sesama? Atau malah sebaliknya, kata dan ucapan mulut kita justru merendahkan dan menyakiti sesama? Saat kita mendengar kisah ibu Siro-Fenesia, marilah kita merubah cara kita berucap dan berkata-kata. Mari kita mengucapkan perkataan yang baik dan membangun, menasihati dengan perkataan kasih, menguatkan yang lemah dengan perkataan yang menghibur. Dan biarlah setiap perkataan yang keluar dari mulut kita menjadi doa yang membangun dan memberkati sesama kita. Amin. [mere].
“Orang baik berbicara dengan bijaksana, ia selalu lurus dalam tutur katanya.”
(Mazmur 37:30 BIMK)”