Tidak Perlu Sungkan Renungan Harian 8 November 2020

8 November 2020

Bacaan : Matius 25 : 1 – 13 | Pujian : KJ. 424
Nats:
Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.” (Ay.9)

Budaya sungkan adalah salah satu bentuk budaya yang menjadi bagian hidup dari bangsa Indonesia. Sungkan itu bisa menjadi hal yang baik, tetapi juga bisa berdampak buruk. Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) Jawa Barat, pada tahun 2015 mengingatkan masyarakat yang akan mudik Idul Fitri untuk mewaspadai modus penyelundupan narkoba dengan jalan “titip barang”. Modus ini memanfaatkan budaya sungkan dari masyarakat (khususnya orang yang akan dititipi barang), sehingga mengurangi resiko tertangkapnya pengedar bila pihak berwajib mampu menemukan barang haram tersebut. Ketidakmampuan untuk menolak itulah yang menjadi celah atau pintu bagi pelaku kejahatan untuk memperdaya orang-orang yang berhati tulus. Jika tertangkap, maka resiko berada pada mereka yang kedapatan memegang/dititipi barang tersebut.

Budaya sungkan itu juga hampir terjadi dalam peristiwa dalam bacaan kita di atas. Gadis-gadis bijaksana berani menolak untuk berbagi minyak. Hal itu bukan karena sikap egois mereka. Tetapi ada sebuah tujuan yang harus dilaksanakan yakni menjaga agar nyala pelita tidak padam sepanjang acara perhelatan kedatangan mempelai pria berlangsung. Seandainya saja mereka memaksakan diri untuk berbagi, maka pesta tidak akan berlangsung lama, karena kesepuluh gadis yang berbagi minyak akan sama-sama kehabisan minyak dalam waktu yang sama.

 Memang tidak mudah untuk menolak sebuah permintaan atas dasar rasa sungkan. Tetapi gadis-gadis bijaksana tersebut menolak permintaan gadis-gadis yang bodoh karena sebuah alasan yang kuat. Kembali kepada peringatan BNNP Jawa Barat di atas, sikap waspada memang perlu, tetapi tidak perlu terlalu berlebihan. Jika memang tidak berkenan, tolaklah dengan halus dan ramah. Tidak perlu sungkan, terlebih bila kita merasa ragu-ragu. Bukankah keselamatan diri kita jauh lebih berharga? [DK]

 “Membantu karena mau, bukan karena terpaksa.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak