Bacaan : Lukas 1 : 5 – 25 | Pujian : KJ 396 : 1, 2
Nats : “Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak…“[ayat 6-7]
Pernahkah anda merasa tidak puas dengan hidup anda? Mungkin anda menginginkan sesuatu, tetapi tidak juga anda dapatkan. Padahal anda telah berusaha keras agar apa yang anda inginkan tercapai dan telah berdoa bertahun-tahun, tetapi tetap saja apa yang anda inginkan tidak tercapai.
Mengapa Tuhan tidak mengaruniakan apa yang kita inginkan? Bukankah Ia Maha Pemurah? Mungkin anda berpikir demikian. Anda tentu pernah mendengar sebuah perenungan tentang reaksi Tuhan terhadap permintaan manusia. Perenungan tersebut menyatakan bahwa untuk setiap permintaan manusia,Tuhan punya tiga jawaban yakni “Ya!“, “Tunggu Dulu!“, dan “Tidak!“. Keputusan ada di tangan Tuhan. Semuanya didasarkan pada kemurahanNya dan semuanya mengandung kebaikan bagi manusia tersebut. Artinya, ketika Tuhan memutuskan mengabulkan, menunda atau tidak mengabulkan, itu semua demi kebaikan manusia tersebut.
Zakharia dan Elisabet yang menikah bertahun-tahun, tidak memiliki anak. Hal demikian dianggap sebuah aib bagi umat Yahudi kala itu. Umumnya mereka meyakini bahwa ketidakhadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga merupakan hukuman akibat dosa. Namun keyakinan tersebut tersebut tidaklah tepat. Zakharia dan Elisabet hidup benar di hadapan Allah, hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercatat (ay. 6). Artinya, ketidakhadiran seorang anak dalam rumah tangga mereka bukanlah hukuman karena perbuatan dosa. Meski demikian, kehadiran Yohanes dalam kehidupan mereka yang telah lanjut usia merupakan hadiah istimewa yang sangat mereka syukuri.
Memiliki anak atau tidak memiliki anak tidak ada kaitannya dengan kadar keimanan seseorang. Anak adalah bonus dalam rumah tangga, bukan tujuan berumah tangga. Apapun yang kita inginkan, telah tersedia yang terbaik bagi kita menurut kehendakNya. [dn]
“Kebahagiaan tidak terletak pada apa yang kita miliki, tetapi terletak di hati yang bersyukur!”