Bacaan: Pengkhotbah 6 : 1 – 6 | Pujian: KJ. 393
Nats: “Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.” (Ayat 2b)
Di era sekarang, kita diperhadapkan dengan kemudahan berbelanja secara online. Tak jarang sebentar-sebentar ada teriakan tukang paket di depan rumah kita. Pertanyaannya, apakah paket yang datang ke rumah kita itu karena kita benar-benar membutuhkan barang tersebut atau karena Impulsif Buying? Impulsif Buying adalah istilah perilaku membeli barang atau jasa tanpa pertimbangan yang matang. Perilaku ini bisa didasari oleh fenomena FOMO (Fear of Missing Out), yaitu rasa takut ketinggalan atau kehilangan momen atau YOLO (You Only Live Once), yaitu hidup di dunia hanya sekali jadi jangan sampai menyesal. Pertanyaannya: apakah kita benar-benar bahagia dengan banyaknya barang yang kita beli dan bahkan menumpuk di rumah? Apakah kita bahagia saat menerima semua barang yang kita beli dan benar-benar berguna atau hanya karena impulsif buying? Apakah kita bahagia telah menghabiskan banyak uang untuk barang yang kita beli, atau malah menyesal karena tidak bisa menabung?
Pengkhotbah menyoroti manusia yang tidak bahagia walaupun sudah memiliki segalanya dalam hidupnya. Ada yang memiliki kekayaan, harta benda, dan kemuliaan sehingga tidak kekurangan apapun yang diingininya tetapi ia tidak dapat menikmatinya. Ada yang memiliki banyak anak dan panjang umur, tetapi merasa tidak puas dalam hidupnya. Kehidupan manusia tidaklah bergantung kepada kekayaannya. Sebab jika kekayaan itu tidak diterima dengan rasa syukur dan tidak dikelola dengan baik, justru akan berdampak buruk dan menyebabkan ketidakbahagiaan dalam hati manusia. Inilah kesia-siaan yang dikatakan oleh Pengkhotbah.
Kebahagiaan kita sebagai manusia tidaklah bergantung pada kekayaan atau harta yang kita miliki. Bukan pada banyaknya barang yang kita miliki atau bisa kita beli. Juga bukan dari banyaknya tempat-tempat yang pernah kita kunjungi. Kebahagiaan kita sebagai manusia tergantung kepada hubungan kita dengan Allah. Saat kita melekat erat kepada Allah, kita dimampukan memiliki spiritualitas ugahari, yaitu kebijaksanaan hidup yang mengajarkan kita untuk mencukupkan diri dengan apa yang kita miliki. Kita tidak menjadi serakah dan menghargai hidup sebagai anugrah Allah. Kebahagiaan hidup akan kita rasakan saat kita bisa mensyukuri segala hal dalam hidup kita sebagai anugerah Allah dan berani berkata cukup dengan apa yang kita miliki. Amin. [cha].
“Bersyukur adalah cara terbaik untuk merasa cukup dan bahagia.”