Merubah Perseteruan Menjadi Persekutuan Pancaran Air Hidup 8 Agustus 2024

8 August 2024

Bacaan: Roma 15 : 1 – 6  |  Pujian: KPJ. 368
Nats: “Semoga Allah, sumber ketekunan dan penghiburan, memberikan kepada kamu hidup yang sehati sepikir, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Ayat 5 – 6)

Waktu kecil, ketika hendak pergi bermain bersama teman sepulang sekolah, orang tua kami masing-masing selalu berpesan, “Lek yen dolanan sing rukun ya! Aja tukaran!” Pada akhirnya saya tahu alasan mengapa pesan itu selalu disampaikan kepada kami, sebab selalu ada saja teman kami yang menangis saat bermain karena bertengkar dengan teman yang lain. Nampaknya ini juga merupakan sebuah realita hidup dalam kebersamaan, selalu saja ada hal yang menyebabkan perseteruan terjadi. Padahal hidup rukun adalah dambaan setiap orang.

Inilah yang didambakan oleh rasul Paulus terhadap Jemaat Roma. Dia menasihati supaya umat Kristen di Roma senantiasa hidup rukun dalam persekutuan. Sayangnya perbedaan etnis dan budaya menjadi sumber masalah di antara mereka. Ada yang mempersoalkan tentang halal dan haramnya makanan, ada yang mempersoalkan tentang sunat, bahkan ada yang tinggi hati merasa menjadi umat pilihan Allah, yang paling berhak menerima janji Allah. Melalui suratnya rasul Paulus mengingatkan bahwa umat Kristen di Roma yang multi etnis itu adalah persekutuan umat yang dibenarkan melalui iman kepada Kristus dan semua berhak menerima janji Allah. Memang perbedaan adalah realita yang tidak dapat ditolak dalam persekutuan umat Kristen di Roma. Guna menjembatani perseteruan di antara umat, rasul Paulus mengingatkan hal utama perlu dilakukan oleh Jemaat di Roma, yaitu kesatuan hati untuk memuliakan Allah, dengan meneladani kasih Kristus.

Memang, perseteruan pertama terjadi saat seseorang menjadikan dirinya sendiri sebagai standart kebenaran. Akibatnya persekutuan berubah menjadi perseteruan. Lalu bagaimana merubah perseteruan menjadi persektuan? Hanya dengan menempatkan Kristus sebagai kepala dalam persekutuan dan kehidupan pribadi, maka kita akan dimampukan merubah perseteruan menjadi persekutuan. Tiga hal yang diteladankan Kristus, yaitu kasih menjadi dasarnya, proaktif melakukan menjadi strateginya, dan pengampunan menjadi kekuatan untuk merobohkan perseteruan. Itulah yang telah dilakukan Tuhan Allah, maukah saudara meneladaninya? Amin. [mere].

“Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” (Maz. 133:1)

Renungan Harian

Renungan Harian Anak