Te Ka atau Te Fiti? Renungan Harian 7 Maret 2018

7 March 2018

Bacaan: Markus 11: 15-19 | Pujian: KJ 260
Nats:
“Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia.” (ay.18)

Te Ka dan Te Fiti adalah bagian dari legenda yang menjadi alur cerita dari film Moana yang menceritakan petualangan seorang Putri Polinesia, untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran. Kehancuran itu diawali dari hilangnya hati Te Fiti, Dewi Pulau yang menjadi sumber kehidupan, karena dicuri oleh seorang manusia separuh dewa yang bernama Maui. Tanpa hatinya, Te Fiti menjelma menjadi Te Ka, monster lava kejam penuh kemarahan yang memusnahkan semua manusia yang mendekatinya dan menyebarkan kehancuran dengan perlahan. Moana bertugas untuk mengembalikan hati Te Fiti bersama Maui, dan berbagai kejadian mendebarkan pun dialaminya. Petualangan Moana berpuncak pada saat akhirnya ia mampu mengenali bahwa Te Ka sang sumber kehancuran itu ternyata adalah Te Fiti sang sumber kehidupan. Sungguh, kemarahan mampu mengubah Te Fiti menjadi Te Ka.

Para imam dan ahli Taurat dalam bacaan kita hari ini juga digambarkan sedang dikuasai kemarahan. Marah, karena mengetahui Yesus berani menggugat kemapanan yang menguntungkan mereka. Yesus tidak setuju dengan pemerasan yang dilakukan oleh para pedagang yang kong kalikong dengan para imam di pelataran Bait Allah. Mereka membuat sistem yang mengharuskan para peziarah Bait Allah membeli korban dan menukarkan uang persembahan pada para pedagang di pelataran Bait Allah dengan harga yang lebih tinggi. Bisnis ini menguntungkan para elit agama dan sebaliknya menindas umat. Inilah yang digugat Yesus melalui tindakan-Nya. Merasa terusik, para imam kepala dan ahli Taurat marah dan bahkan bermufakat untuk membinasakan Yesus. Sekali lagi, kemarahan membuat manusia –bahkan mereka yang mengaku dekat dengan Tuhan- kehilangan hatinya.

Marah adalah emosi manusiawi yang wajar. Namun jika marah yang dialami terlalu sering, terlalu intens dan diekspresikan secara destruktif, marah menjadi masalah. Masalah bagi diri sendiri dan juga orang lain. Hari ini, mari diawali dengan kesadaran agar kemarahan kita tidak membuat kita kehilangan hati bak Te Fiti yang menjadi Te Ka. [Rhe]

Semua yang diawali dengan rasa marah, akan diakhiri dengan rasa malu.” (Benjamin Franklin)

Renungan Harian

Renungan Harian Anak