Bacaan : Matius 18 : 15 – 20 | Pujian : KJ. 427 : 1 – 4
Nats: “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasehatmu engkau telah mendapatnya kembali” (Ay. 15)
Bergosip atau membicarakan keburukan orang lain merupakan salah satu cara efektif ketika berkumpul bersama teman atau keluarga. Namun, jangan harap bisa melakukannya di negara Filipina. Pemerintah Binalohan, sebuah kota kecil kira-kira 200 km di utara Manila baru-baru ini meneribitkan peraturan yang melarang adanya gosip ketika warga berkumpul. Menurut Walikota Ramon Guico, menyebarkan rumor tentang hubungan atau masalah finansial orang akan mendapat hukuman. Sangsinya pun cukup berat. Dilansir Oddity Central Senin (6/5/2019), orang yang ketahuan bergosip untuk pertama kali bakal dijerat dengan denda hingga 200 peso, atau sekitar Rp. 54.900, dan memungut sampah selama tiga jam. Sementara jika dia kembali tertangkap karena bergunjing, selain dendanya meningkat menjadi 1.040 peso, atau Rp. 285.700, pelaku juga diharuskan kerja sosial selama delapan jam.
Ada hal positif yang bisa kita contoh ketika mendapati saudara yang berbuat kesalahan atau dosa, yakni dengan menegornya. Di Matius 18: 15-20 mengajarkan bahwa kehadiran kita bagi orang lain sebaiknya dilandasi dengan kebijaksanaan dan kasih. Ketika ada saudara yang berbuat kesalahan atau dosa sekalipun, bergosip bukanlah solusi yang terbaik, namun tegurlah dia dengan kasih. Bagaimana caranya? Yakni menemui saudara kita yang sedang bermasalah secara empat mata. Apabila dia mendengarkan nasehat kita maka kita akan mendapatkannya kembali dalam kebaikan.
Demikian juga kehidupan sosial kita dengan masyarakat. Kadangkala kita melihat orang lain melakukan kesalahan, namun tidak jarang kita juga pernah melakukan kesalahan terhadap orang lain. Nah, janganlah bergosip. Marilah kita berlakukan firman Tuhan ini dalam kehidupan kita. Kalau bergosip itu dosa, maka lebih bijak jika kita membicarakan hal-hal positif, hal-hal yang baik, benar dan berkualitas saja dalam kehidupan ini supaya nyata bahwa hidup kita berguna untuk orang lain yang ada di sekitar kita. (FNS)
“Ku suka menuturkan cerita Tuhan Yesus dan cinta kasih-Nya”