Bacaan: Markus 10 : 2 – 16 | Pujian: KJ. 318
Nats: “Lalu kata Yesus kepada mereka: “Karena kekerasan hatimulah Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.” (Ayat 5)
Roland dan Shendy telah dua tahun berpacaran. Mereka membangun mimpi-mimpi indah menjadi keluarga bahagia. Namun setelah menikah dan memiliki anak, hubungan harmonis itu menjadi penuh masalah. Sedikit perbedaan memicu pertengkaran. Suatu sore Shendy menemukan sebaris kalimat yang membuatnya tersadar: “Selama masa pacaran mereka bermimpi, setelah menikah barulah mereka terjaga.” (Alexander Pope). Keluarga Kristen adalah tempat di mana cinta Kristus dibagi dan komitmen harus diusahakan bersama. Namun nyatanya banyak keluarga kandas karena manusia tidak mampu berdamai dengan kerapuhan, rasa bosan, bahkan ujian dan pencobaan yang silih berganti.
Orang-orang Farisi mencobai Yesus dengan pertanyaan bolehkah seorang suami menceraikan istrinya. Musa memperbolehkan perceraian dengan membuat surat cerai. Tetapi jawab Yesus tegas, perintah Musa itu diberikan karena ketegaran hati mereka. Artinya, selama orang-orang yang disatukan dalam ikatan keluarga tidak mengeraskan hati, mau bersama-sama memelihara janji, maka keluarga akan tetap bersatu. Karena pernikahan Kristen tidak menghendaki perceraian, apalagi karena ego manusia. Yesus menunjukkan keberpihakannya kepada perempuan dan anak-anak yang rentan menjadi korban karena hancurnya keluarga. Tampak dari cara-Nya yang berkenan memberkati anak-anak bahkan menjadikan ketulusan, kerapuhan dan kebergantungan mereka sebagai gambaran kemurnian iman. Dalam konteks budaya patriarkal, perempuan dan anak-anak seringkali termarginalkan dan tidak memiliki posisi sepenting laki-laki. Sehingga mereka rentan mengalami diskriminasi atau ketidakadilan.
Keluarga perlu dibangun dengan kesadaran bahwa tidak ada pernikahan yang menjanjikan kebahagiaan sempurna. Tidak ada keluarga yang tanpa kerapuhan, perbedaan, dan pergumulan. Karena kehancuran keluarga rentan membuat perempuan dan anak-anak menjadi korban, maka merawat keluarga Kristen sesuai firman Tuhan sangat diperlukan. Tidak hanya diperlukan kerjasama anggota keluarga, tetapi juga peran Gereja dalam memelihara keutuhan keluarga melalui pembinaan, kehadiran, dan pendampingan yang serius sangat diperlukan. Sehingga keluarga-keluarga Kristen dapat berdiri teguh dalam gempuran tantangan zaman yang menawarkan kebahagiaan semu. Amin. [wdp].
“Mencegah diskriminasi terhadap kaum perempuan dan anak-anak dimulai dari kesadaran merawat keutuhan keluarga.”