Buku yang Menghidupkan Renungan Harian 6 November 2020

6 November 2020

Bacaan : Yosua 8 : 30 – 35 Pujian : KJ. 419
Nats: “Sesudah itu dibacakannyalah segala perkataan hukum Taurat, berkatnya dan kutuknya, sesuai dengan segala apa yang tertulis dalam kitab hukum.” (Ay. 34)

Hans Rudi (Penulis Experiences with Bible Study) menceritakan tentang sebuah ukiran kayu kecil, di meja kerjanya. Ukiran itu menggambarkan seorang perempuan sedang berlutut dengan wajahnya yang memberinya sukacita mendalam. Hal ini berkaitan dengan buku dan salib yang ia pegang tinggi di atas kepalanya. Seorang perempuan sederhana yang berkeliling membawa Alkitab tebal. Ia tidak pernah pisah dari Alkitab itu. Para penghuni desa mengejek dia “Mengapa selalu Alkitab? Kan ada banyak sekali buku lain yang dapat kamu baca!” Namun perempuan itu tetap hidup dengan Alkitabnya, tidak terganggu atau marah oleh semua ejekan itu. Akhirnya, suatu hari ia berlutut di tengah mereka yang menertawakannya. Sambil mengangkat tinggi Alkitab itu di atas kepalanya, ia berkata dengan senyum melebar: “Ya, memang ada banyak buku yang bisa saya baca. Tetapi hanya ada satu buku yang dapat membaca saya!”

Bagi Yosua dan bangsa Israel keterikatan hidup mereka dengan Firman Tuhan begitu besar. Saat itu Yosua mendirikan mezbah bagi Tuhan di atas gunung Ebal yang terbuat dari batu-batu. Mungkin bagi kita, peristiwa ibadah tersebut adalah ibadah yang biasa saja. Tetapi bagi Yosua, ibadah tersebut adalah kesempatan bagi bangsa Israel untuk dapat mendengar Firman Tuhan. Oleh karena itu, Yosua pun menulis salinan hukum Musa dan meletakkannya di atas batu-batu tersebut. Kemudian setelah seluruh orang Israel melakukan ibadah mereka sesuai dengan perintah Musa sebelumnya, Yosua kemudian membacakan segala perkataan hukum Taurat, segala yang tertulis dalam kitab hukum, termasuk janji berkat apabila bangsa Israel setia dan kutuk apabila bangsa Israel tidak setia dan meninggalkan Tuhan. (Ay. 34).

Kita yang hidup di zaman modern sekarang ini mungkin merasa biasa saja ketika membaca kisah ini. Tetapi bagaimana kita semua dapat menghargai Firman Tuhan. Dimana letak Firman Tuhan bagi kita saat ini? Hanya sekedar buku ataukah buku yang dapat menghidupkan kita? Bukankah kita seharusnya bersyukur, dimana kita dapat dengan mudah memperoleh dan membaca Alkitab? Tunjukkanlah rasa syukur kita tersebut dengan menghargai dan menghormati Firman Tuhan. (MTS)

 “Firman Tuhan adalah sumber makanan rohani bagi kehidupan orang-orang percaya”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak