Dialog Pancaran Air Hidup 6 Mei 2025

6 May 2025

Bacaan: Yehezkiel 1 : 26 – 2 : 1  |  Pujian: KJ. 355
Nats: “Ia berfirman kepadaku, “Hai anak manusia, berdirilah. Aku hendak berbicara dengan engkau.” (2:1)

Pernahkah saudara mendengar kata monolog? Secara harafiah monolog berarti berbicara sendiri. Contoh monolog adalah pidato, seni peran, pembacaan puisi, Stand Up Comedy, dsb. Dalam monolog hanya ada satu orang yang berbicara, yang lain mendengarkan atau menonton saja. Selain monolog, juga ada dialog. Jika monolog dilakoni oleh satu orang, maka dialog melibatkan dua orang atau lebih. Dalam dialog ada ‘saling’ dari pihak yang terlibat. Jika yang satu berbicara, yang lain mendengarkan dan bisa menanggapi, dan berlaku sebaliknya, jika pihak lain yang berbicara maka lawan bicaranya mendengarkan dan menanggapi.

Perjumpaan Yehezkiel dengan Tuhan Allah menjadi awal perjalanan pelayanan Yehezkiel sebagai nabi Tuhan. Menariknya saat Tuhan memanggil dan mengutus Yehezkiel, Tuhan tidak bermonolog, asal perintah maka manusia harus melaksanakan, tidak! Tuhan berfirman “…Aku hendak berbicara dengan engkau” (Ay. 1). Ada dialog di sana, ketika Tuhan berfirman Yehezkiel mendengarkan dan Tuhan memberi kesempatan kepada Yehezkiel untuk berbicara, menanggapi Firman-Nya. Tuhan menunjukkan penghargaan kepada manusia, bukan semata seperti hamba yang harus sendika dhawuh dan tidak punya hak suara, melainkan seperti rekan yang juga didengarkan pendapatnya. Dari perjumpaan yang ‘saling’ itulah karya kasih Allah semakin nyata dan membumi.

Di GKJW, bulan Mei adalah bulan yang meriah karena mencakup beberapa moment : Syukur YBPK, Undhuh-undhuh, dan peringatan kenaikan Tuhan Yesus. Di minggu pertama ini, kita diajak untuk bersyukur atas keberadaan YBPK. Renungan hari ini mengajak kita merefleksikan kembali bagaimana sebenarnya relasi kita sebagai gereja dengan YBPK yang adalah bagian dari GKJW. Apakah kita bersedia berdialog dalam menyikapi berbagai pergumulan yang sedang dihadapi YBPK? Atau selama ini, kita masih membiarkan YBPK “bermonolog” dalam pergumulannya? Jika Tuhan Yang Maha Kuasa bersedia mendengarkan dan membuka diri-Nya membangun dialog dengan umat-Nya, maka mari kita pun meneladani-Nya. Kita mau berdialog untuk mendengarkan pergumulan yang dihadapi YBPK agar YBPK tidak merasa sendiri dalam keadaan dan keberadaannya. Dialog dapat menjadi sarana penyataan Kasih Allah bagi YBPK kita tercinta. Amin. [WE].

“Dialog menjadi wujud nyata kasih Allah.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak