Bacaan : Kisah Para Rasul 11 : 19 – 26 | Pujian : KJ. 439
Nats: “… Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.” (Ay. 26b)
Ketika Kelud meletus tahun 2014, banyak rumah dan jalan tertutup pasir tebal dan batu-batu muntahan gunung itu. Kesulitan akibat bencana terjadi di mana-mana, para warga kehilangan rumah, pekerjaan, ternak yang mati dan tanah yang rusak. Namun bersama dengan itu para relawan dari berbagai daerah berkumpul di posko-posko di sekitar lokasi bencana, mereka bergantian ke lokasi bencana untuk membantu para korban. Bantuan datang dari berbagai penjuru negeri. Dan setelah beberapa saat, daerah sekitar Kelud sudah kembali. Para petani kembali menanam cengkeh, sayur, dan nanas. Rumah-rumah kembali dibangun dan aktivitas masyarakat kembali bergerak. Hutan kembali hijau dan memikat. Kelud kembali memancarkan pesonanya.
Perikop hari ini dibuka dengan kisah Stefanus yang dirajam batu oleh para pembencinya. Hal tersebut menjadi pukulan yang sangat berat bagi komunitas Kristen. Bisa dibayangkan kesunyian muncul ketika kisah itu dituturkan oleh satu orang kepada yang lain. Bukan hanya sedih, tetapi juga ngeri. Konsekuensi dari upaya mereka mempertahankan iman mereka adalah mati. Namun seperti para relawan yang datang ke Kelud, prahara tidak menghentikan mereka. Para murid yang mendengar kisah Stefanus justru semakin bergerak maju dalam iman mereka, menyebarkan Injil ke seluruh penjuru dunia. Di antara mereka Barnabas dan Saulus. Mereka pergi ke Anthiokia dan di kota itulah untuk pertama kali para pengikut Yesus Kristus disebut Kristen.
Ada orang-orang yang kalah oleh prahara. Mereka berputus asa bahkan ada yang sampai kehilangan keyakinan akan masa depan yang baik. Mereka menjadi pahit, tidak mempercayai orang lain dan menyebarkan kepahitan ke mana-mana. Namun, bacaan kita hari ini menceritakan sebaliknya. Duka dan prahara memang menyakitkan. Orang akan tercekat hingga tak berdaya. Ada orang-orang yang sampai beberapa waktu setelah mengalami duka, hidupnya berantakan. Namun mereka tak mau menjadi orang-orang kalah, setelah mengambil waktu, mereka kembali berjuang melalui segala prahara itu dengan keyakinan dan harapan. Mereka menerabas dengan berani dan berkata cukup pada prahara yang mereka alami, “Aku akan berjalan kembali!” Dan bagi mereka yang demikian, Tuhan nyatanya tidak diam. Tuhan menemani mereka bangkit dan kembali bersinar. (gide)
“Duka bukan tempat berdiam, duka untuk dilalui dengan keyakinan dan harapan. Tuhan tidak jauh.”