Bohong Karena Beriman, Mungkinkah? Renungangan Harian 30 Oktober 2020

30 October 2020

Bacaan : Yosua 2 : 1 – 14 | Pujian : KJ. 413
Nats: 
“Segeralah kejar mereka, tentulah kamu dapat menyusul mereka.”  (Ay. 5b)

Dalam kehidupan sehari-hari ketika kita mendengar kata pelacur pasti yang terlintas pertama kali dalam benak kita adalah orang yang menjual diri, orang yang merayu dengan kata-kata dan otomatis orang yang berzinah. Paling tidak gambaran inilah yang pertama kali muncul secara umum ketika kita mendengar kata pelacur. Artinya keberadaan pelacur seringkali dipandang sebelah mata, seolah-olah tidak memiliki peluang untuk melakukan kebaikan dalam hidupnya. Yang jelas dan melekat kuat adalah gambaran tentang keburukannya, seolah-olah sosok pelacur tidak memiliki peluang untuk melakukan kebaikan.

Sementara itu, kita juga mengenal istilah “bohong putih” yaitu bohong untuk kebaikan bahkan bohong untuk melindungi orang lain. Kisah Rahab pada bacaan hari ini, kita melihat secara nyata bahwa Rahab berbohong kepada utusan raja yang mencari mata-mata yang menyelinap di dalam rumahnya. Sadarkah kita bahwa kebohongan yang dilakukan oleh Rahab mencerminkan keteguhan hatinya? Ketika ia berani berbohong, ia justru membiarkan karya Allah melalui dua mata-mata yang dikirim oleh Yosua ini terus berlanjut. Keberanian Rahab menunjukkan bahwa ia beriman dan memiliki keyakinan teguh. Rahab memang menjadi seorang pelacur yang mendapat gambaran yang negatif dalam kehidupan masyarakat tetapi imannya justru nyatanya lebih kuat. Ia beriman kepada Allah yang membawanya berproses dengan janji Tuhan.

Rahab memang sukses dengan kebohongannya dan juga mewujudkan imannya. Lalu bagaimana dengan kita sekarang? Akankah kita mulai ingin berproses untuk melakukan bohong putih? Tentunya tidak. Yang dapat kita petik dari kisah ini adalah profesi seseorang tidak menentukan kekuatan dan keteguhan hati seseorang dalam mengimani dan merespon karya Allah. Bohong putih yang dilakukan oleh Rahab hanyalah sebuah bukti iman dan bukan kebohongan yang membawa pada sebuah keberuntungan. Maka sejatinya lebih beruntung jika kita hidup dalam kejujuran di tengah segala proses hidup kita, iman kita semakin kita wujudkan dan kita nyatakan melalui ketulusan dan kejujuran kita. Berimanlah, buktikanlah! (ASN).

 “Kualitas iman kita ditentukan dan dibuktikan dari bagaimana kita mewujudkan iman itu dalam tindakan nyata.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak