Bacaan: Kisah Para Rasul 25 : 1 – 12 | Pujian: KJ.52
Nats: “Festus yang hendak mengambil hati orang Yahudi, berkata: “Apakah engkau bersedia pergi ke Yerusalem, supaya engkau dihakimi di sana di hadapanku tentang perkara ini?” (Ayat 9)
Keadilan merupakan sesuatu yang langka dan mahal. Semakin sulit ditemukan keadilan di tengah dunia yang lebih mementingkan individualisme dan materialisme. Di setiap aspek kehidupan, bisa saja terjadi ketidakadilan. Ironisnya ada sebagian penegak hukum yang seharusnya menegakkan keadilan, ternyata menyalahgunakan jabatannya demi mendapatkan materi yang menggiyurkan. Bagaimana kita yang berperan sebagai saksi Kristus dalam kehidupan? Bagaimana sikap kita bila di pengadilan justru terjadi ketidakadilan dan keputusan yang dipengaruhi oleh agenda pribadi?
Paulus pada waktu itu ditahan di Kaisarea dan Festus menjadi wali negerinya. Pada saat Festus berkunjung ke Yerusalem, para imam dan ahli Taurat mengajukan permintaan: kiranya Paulus dibawa ke Yerusalem. Mereka meminta hal tersebut karena mereka berencana untuk membunuh Paulus di tengah jalan (Ay. 1-3). Festus pada waktu itu tidak menyetujui permintaan dari para imam dan ahli Taurat (Ay. 4-5). Namun, ternyata pendirian Festus berubah dalam hitungan hari karena dia ingin mengambil hati orang Yahudi, dan menyarankan Paulus untuk membela dirinya di pengadilan Yerusalem (Ay. 9-11). Disini Fetus sebagai seorang wali negeri harusnya memimpin dengan adil, tetapi dia malah memiliki suatu agenda pribadi. Ia ingin mengambil hati orang Yahudi, maka terjadi ketidakadilan.
Sebuah kesalahan fatal bila sebuah keputusan dipengaruhi oleh agenda pribadi dan desakan seseorang atau oknum tertentu dan bukan berdasarkan fakta kebenaran. Terkadang, tanpa sadar karena rasa sungkan dan ingin menyenangkan hati semua orang, kita terjebak dalam satu keputusan bahkan tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan. Mari di bulan Kespel saat ini, kita menjadi saksi Kristus yang tampil berani untuk menyatakan kebenaran secara murni, tanpa takut dan gentar. Karena jika kebenaran tidak dinyatakan, maka ketidakbenaran akan dianggap sebagai kebenaran. Hayatilah hidup takut akan Tuhan, sehingga kebenaran dan keadilan sungguh murni versi Tuhan, bukan versi diri sendiri. Tuhan memberkati kita. Amin. [tMa].
“Orang bijaksana: memimpin berarti bisa mengimbangi antara kasih dan keadilan.”