Tanpa Tuhan, Ya Gak Mampu Pancaran Air Hidup 30 Juni 2023

Bacaan: Yeremia 25 : 8 – 14 | Pujian: KJ. 258 : 1, 2
Nats:
“Sebab mereka pun akan menjadi hamba kepada banyak bangsa-bangsa dan raja-raja yang besar, dan Aku akan mengganjar mereka setimpal dengan pekerjaan mereka dan setimpal dengan perbuatan tangan mereka.” (Ayat 14)

Bernostalgia di sebuah warung nasi lalapan depan sekolah, saya teringat seorang ibu penjual nasi lalapan itu. Sejak saya masih sekolah, dia sudah berjualan sampai beberapa bulan lalu saya bertemu dengannya lagi. Saya bertanya, “Kok betah bu, dari dulu zaman saya masih sekolah sampai saat ini masih berjualan di sini?” Dengan sedih dia menjawab, “Yah, mau gimana lagi mbak, hanya ini yang bisa dilakukan.” Ah, kasihan betul ibu ini. Dia melakukan pekerjaan yang tampaknya sudah tidak disukainya. Mungkin sudah terlalu lama bekerja dengan situasi yang tetap sama bahkan bertahun-tahun lamanya, sehingga setia bukan lagi menjadi semangatnya.

Dalam bacaan hari ini, nabi Yeremia juga memiliki situasi yang sama, yakni sudah bertahun-tahun lamanya dia menyampaikan teguran Tuhan kepada bangsa-Nya, namun tidak kunjung mendapatkan hasil yang diharapkan. Akhirnya Allah sendiri yang turun tangan dan menghukum bangsa Israel. Allah menegaskan sikap-Nya, Ia marah karena umat-Nya tidak mau mendengarkan perkataan-Nya yang telah disampaikan oleh Yeremia. Bangsa Israel dihukum selama 70 tahun dan menjadi hamba atas semua bangsa (Ay. 14). Hukuman yang Allah berikan pada bangsa Israel ini karena bangsa Israel sudah tidak bisa dipertahankan lagi, kesetiaan Allah tidak ditanggapi dengan baik, maka hukumanlah yang mengingatkan mereka.

Bagaimana kita menjalani pekerjaan dan pelayanan kita saat ini? Lebih mirip ibu di atas atau nabi Yeremia? Setia tetapi terpaksa ataukah tulus walaupun kenyataannya tidak mudah? Hari ini ada  banyak orang yang kehilangan semangat hidup dan kesatuan hidup bersama. Dari luar tampak baik, namun hatinya tidak demikian. Mereka tetap beraktivitas, tetapi tanpa hati. Sekedar bertahan, tetapi tidak mau diubahkan menjadi lebih baik. Mari mencoba mengevaluasi diri kita, “Apakah kita sudah memberi yang terbaik sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki?” Tuhanlah yang menata hidup kita, tanpa Dia kita pasti tidak bisa berbuat apa-apa seperti yang diterima oleh bangsa Israel tanpa penyertaan Allah. Maka saat ini, mari kita  membuat komitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita mau hidup yang seturut dengan kehendak-Nya, sehingga kita bisa bermakna dalam setiap tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan kepada kita. Amin. [FNS].

“Bersama Tuhan hidup menjadi lebih hidup”

 

Bagikan Entri Ini: