Bacaan : Amsal 9 : 1 – 12 | Pujian : KJ. 422
Nats: “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” (Ay. 10)
Setiap orang tentu memiliki pilihan dalam hidupnya, baik itu berupa cita-cita, pekerjaan dan hal yang lain dalam hidupnya. Sebuah pilihan yang tepat akan menghantarkan seseorang kepada masa depan yang baik. Sebaliknya pilihan yang kurang tepat dapat menyebabkan penyesalan dan kekecewaan di kemudian hari. Misalnya: untuk memilih jurusan di perguruan tinggi, seorang anak meminta pertimbangan dari orang tuanya. Tujuannya agar apa yang dipilihnya dapat dirancang sedemikian rupa sehingga dia tidak salah memilih, dan pilihannya itu adalah pilihan yang tepat untuk masa depannya. Jika ia ingin menjadi dokter dia akan mengambil jurusan kedokteran. Jika ia ingin menjadi guru, ia akan mengambil jurusan pendidikan.
Disandingkannya hikmat dan kebodohan dalam bacaan kita di Amsal pada hari ini, hendak mengajak kita untuk menentukan pilihan yang tepat bagi hidup kita. Penulis Amsal membeberkan banyak kemungkinan dan akibat dari sebuah pilihan yang ditentukan terkait dengan mau berhikmat atau mau bertindak bodoh. Penulis Amsal menyarankan kita untuk bertindak dan memilih hikmat sebagai bagian terbaik dalam kehidupan kita. Kenyataan bahwa tindakan-tindakan bodoh yang dipaparkan, biarlah itu membuat kita sadari bahwa sebagai manusia yang lemah kita masih rentan jatuh dalam kebodohan.
Maka marilah kita menentukan pilihan yang terbaik sebab di dalam mengikut Tuhan tidak ada istilah terserah dalam hal menentukan pilihan sebab yang ada adalah bagaimana kita bisa memilih bagian yang tebaik untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Maka biarlah nasihat-nasihat dalam Amsal ini semakin menuntun kita untuk menemukan hikmat dan mampu bersikap bijak dalam segala keadaan. Milikilah hikmat Allah maka kita akan mampu berlaku secara bijaksana dalam menentukan pilihan hidup kita. (ASN)
“Berhikmatlah selagi masih ada kesempatan untuk mencari, memupuk dan membagikannya dalam buah perbuatan yang nyata”