Bacaan : Matius 16 : 21 – 28 | Pujian : KJ. 249
Nats: “Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Ay. 24)
Sebagai makhluk sosial, kita pasti mengalami kesulitan jika hidup sendirian. Untuk itu kita membutuhkan orang lain baik itu orang tua, teman, kenalan, tetangga, atau saudara. Dalam hidup bersama, tentulah kita berharap mendapatkan kedamaian, pertolongan dan kemudahan, namun hidup bersama tidaklah semudah yang dibayangkan. Kadangkala ada teman, kenalan, tetangga, bahkan saudara yang semestinya menjadi penolong berubah menjadi saingan atau lawan yang kita anggap mengancam posisi kita. Hal ini mengakibatkan hubungan yang semula baik berubah menjadi bermusuhan, timbul percekcokan dan perselisihan. Ini terjadi dikarenakan adanya ego dalam diri kita, yang tidak dapat kita kendalikan. Perselisihan dapat terjadi di dalam gereja, yaitu saat pribadi-pribadi yang bersekutu mengedepankan egonya, kepentingan pribadinya, atau kelompoknya dan mengabaikan kepentingan bersama, kepentingan jemaat. Akibatnya keutuhan persekutuan terancam.
Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya tentang hal mengikut Yesus. Dalam mengikut Yesus, ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, menyangkal diri. Artinya mengalahkan atau menomorduakan kepentingan sendiri. Kedua, memikul salib. Artinya siap menderita. Dengan demikian Tuhan Yesus bermaksud jika kita mau mengikut Dia, kita harus mengalahkan kehendak kita dan mengedepankan kehendak-Nya. Ini akan membuat kita menderita sebab harus mengalahkan kepentingan sendiri dan hal ini tidaklah menyenangkan, dibutuhkan pengorbanan dan mungkin dapat mengakibatkan penderitaan.
Dalam hidup bersama sebagai persekutuan jemaat, kita harus hidup dengan sehati. Masing-masing pribadi yang ada dalam jemaat harus mau menyangkal diri dalam arti mengalahkan kepentingan diri sendiri/kelompoknya dan mau mengutamakan kepentingan bersama/ jemaat. Untuk itu hendaknya kita mau mendengarkan orang lain, mau menghargai orang lain dan bekerjasama mewujudkan damai sejahtera Allah ditengah-tengah kehidupan jemaat. Kesehatian dalam jemaat tentunya akan membawa kemajuan dan kedewasaan sebuah jemaat. Mari kita selalu mengupayakan kesehatian di dalam membangun jemaat-Nya. (Dc)
“Saat kita dapat hidup sehati dalam persekutuan gereja, maka kita telah merawat keutuhan Tubuh Kristus”