Bacaan : Kisah Para Rasul 2 : 1 – 11 | Pujian : KJ. 387
Nats: “Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri” (Ay. 6b).
Di tengah kehidupan berjemaat, diperlukan para pelayan yang mau melayani dengan tulus dan penuh cinta. Tetapi seringkali yang menjadi masalah, tidak mudah untuk mencari orang-orang yang mau melayani. Ada banyak orang-orang yang menolak untuk diajak terlibat dalam pelayanan. Ada yang beralasan sibuk pekerjaan, sibuk di keluarga, tidak bisa apa-apa, dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya. Memang melayani di tengah-tengah jemaat itu tidak mudah, akan ada tantangan dan hambatan yang harus dihadapi, akan ada ketidakpuasan, kritikan bahkan celaan. Bisa jadi hal-hal seperti itu membuat nyali ciut untuk ikut terlibat dalam pelayanan, sehingga kemudian ada alasan-alasan yang muncul saat diajak terlibat dalam pelayanan. Walaupun demikian kekuatan dari Tuhan senantiasa diberikan untuk orang-orang yang mau melayani dengan penuh cinta.
Janji Tuhan juga dirasakan oleh para murid. Mereka dipenuhi Roh Kudus dalam rupa lidah-lidah seperti nyala api yang hinggap pada mereka masing-masing (ay. 3). Lalu mereka mulai berkata-kata dengan bahasa lain seperti yang diberikan Roh itu (ay. 4). Bahasa dari orang banyak yang hadir disana. Tentu orang banyak itu tercengang dan heran. Kok bisa hal itu terjadi, karena para murid adalah orang Yahudi. Bahkan ada orang yang berkata bahwa mereka mabuk anggur manis, untuk karya Allah sekalipun, masih ada saja orang yang meragukan dan mencelanya. Tetapi hal itu tidak menjadikan para murid patah semangat. Roh Kudus yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka menguatkan mereka untuk terus bersaksi dan mengabarkan Injil dengan penuh cinta kepada orang banyak itu. Hingga pada akhirnya ada orang-orang yang memberi diri dibaptis.
Demikian juga bagi kita semua. Saat kita mau menyediakan hati, menyediakan waktu untuk terlibat dalam pelayanan sebagai apapun atau sekecil apapun itu. Seperti para murid, ada Roh Kudus yang diberikan kepada kita untuk memberi kekuatan, anugerah dan penyertaan bagi kita. Walaupun tak memungkiri akan ada tantangan dan hambatan yang harus dihadapi. Tetapi saat mau melakukan semua dengan penuh cinta, pada saatnya kita akan berkata: “O alah tibakne iso ya”. (cha)
“Lakukan hal kecil dengan cinta yang besar” (Mother Teresa).