Bacaan: 2 Raja-Raja 4:38-41 | Pujian: KJ. 393
Nats: “Taruhlah kuali yang paling besar di atas api dan masaklah sesuatu makanan bagi rombongan Nabi itu.” (4:39)
Banyak orang beragama yang simpati ketika terjadi bencana alam atau bencana kemanusiaan. Ada yang berdoa. Ada pula yang mendonasikan barang atau sejumlah besar uang dengan harapan dapat membantu meringankan beban penderitaan para korban bencana.
Hal senada juga dilakukan Elisa ketika mendapati kelaparan di negeri Gilgal. Elisa tidak hanya diam berpangku tangan seperti halnya kelompok para nabi yang ada di sana. Secara proaktif Elisa bertindak dengan memerintahkan bujangnya untuk mengisi kuali dengan bahan makanan: sayuran dan tanaman suluran air yang ada di sekitarnya (ay 39, 40). Ia tidak mau pasrah-menyerah dengan situasi dan kondisi yang menimpa penduduk di Gilgal. Sebaliknya, Elisa bertekad membantu dan berupaya mengolah bahan makanan yang dianggap penduduk Gilgal sebagai sesuatu yang ‘asing’(ay 41: maut). Alhasil, makanan yang ‘asing’ menjadi yang mengenyangkan ketika dicampur dengan tepung. Tindakan Elisa menyelamatkan penduduk Gilgal. Elisa memberi contoh bagaimana seharusnya “peran” seorang Nabi Allah kepada kelompok para Nabi yang diam berpangku tangan ketika melihat kelaparan di hadapannya. Elisa menunjukkan perlunya ‘kepekaan’ seorang abdi Allah dan bertindak mengupayakan kehidupan dan pembebasan bagi orang-orang yang menderita dan tertindas.
Setiap saat, situasi kehidupan di keluarga, di masyarakat, dan di Gereja menguji kepekaan dan sensitifitas hati nurani kita. Jika kita hanya berpikir tanpa berbuat nyata, tentu tidak menolong. Orang-orang Kristen dan siapapun yang menyembah Allah dipanggil dalam sebuah panggilan profetis/kenabian melalui perbuatan nyata (proaktif). Mereka yang melakukan perbuatan nyata disebut “abdi Allah” karena secara proaktif mengupayakan pembebasan dan perubahan yang menghidupkan! Amin. [BK]
“Jadilah pelayan dan terlibatlah jauh di dalamnya.. itu buah spiritualitas anda kepada ALLAH”