Hidup Dalam Pengharapan Pancaran Air Hidup 26 Juni 2023

26 June 2023

Bacaan: Mikha 7 : 1 – 7 ǀ Pujian: KJ. 445
Nats:Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!” (Ayat 7)

Selasa, 17 Mei 2022, Presiden Joko Widodo mencabut pembatasan jarak untuk kegiatan-kegiatan serta memperbolehkan masyarakat untuk melepaskan masker saat berkegiatan di luar ruangan. Hal ini dikarenakan pandemi Covid-19 semakin melandai. Tentu hal ini menjadi suatu harapan baru bagi rakyat Indonesia. Harapan menyambut era baru pasca pandemi. Peribadahan dan kegiatan di gereja mulai berjalan normal kembali setelah ibadah dilakukan di rumah masing-masing. Kehidupan perekomian mulai menggeliat setelah pembatasan-pembatasan yang ada. Rakyat semakin paham dengan protokol kesehatan untuk menjaga diri dan sesama. Ada harapan baru yang indah setelah perjalanan kehidupan yang tidak mudah di masa pandemi Covid-19.

Harapan baru inilah yang diwartakan oleh nabi Mikha kepada bangsa Yehuda. Mikha hidup di tengah bangsa yang bobrok secara moral. Kekerasan, ketidakjujuran, kekejaman, ketidakadilan, dan kebejatan moral merajalela di tengah bangsa itu. Sedikit sekali orang yang sungguh-sungguh saleh dan kasih antar keluarga nyaris tidak ada lagi. Bahkan para penguasa yang harusnya menjadi teladan bagi rakyatnya ternyata juga memiliki kehidupan moral yang tidak baik dan tidak bisa menjadi teladan. Nabi Mikha menggambarkan kehidupan bangsa Israel bahwa tidak ada buah anggur dan buah ara yang bisa dinikmati di sana. Hal ini menggambarkan bagaimana kehidupan bangsa Yehuda yang tidak lagi menghasilkan buah. Dengan kondisi seperti itu tentunya penghukuman dari Tuhan bagi bangsa Yehuda hanya menunggu waktu saja. Akan tetapi di tengah situasi bangsa yang tidak baik dan bobrok secara moral, nabi Mikha memberitakan pengharapan bagi mereka, akan ada keselamatan yang mereka dapatkan dari Allah, asalkan bangsa Yehuda mau berubah, mengandalkan Tuhan dan janji-Nya.

Sebagai manusia tentu kita mengalami berbagai macam hal dalam kehidupan kita. Baik itu sukacita maupun dukacita, pergumulan berat maupun situasi lingkungan yang tidak baik. Karena itu, hidup dalam pengharapan kepada Tuhan adalah bukti iman orang percaya. Mari senantiasa berpengharapan dengan mengandalkan Tuhan dan janji-Nya, karena itulah yang akan membuat kita merasa damai dan kuat menjalani semua. Amin. [cha].

“Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita” (Ibrani 9:19a)

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak