Bacaan : 2 Tawarikh 20 : 5 – 12 | Pujian : KJ. 417
Nats: “Bila sesuatu malapetaka menimpa kami, yakni pedang, penghukuman, penyakit sampar atau kelaparan, kami akan berdiri di muka rumah ini, di hadapan-Mu, karena nama-Mu tinggal di dalam rumah ini” (Ay. 9)
Setiap orang pasti memiliki keberanian. Keberanian tersebut dapat diwujudnyatakan dengan berbagai bentuk. Akan tetapi tidak semua orang menyadari pentingnya keberanian memutuskan untuk menyerahakan hidup sepenuhnya dalam tangan kasih Tuhan. Terlebih ketika kita menghadapi masalah yang membuat kita merasa kuatir terhadap keberlangsungan hidup kita atau keluarga kita. Di saat itulah keberanian kita untuk menyerahkan keberadaan hidup kita sedang diuji. Tidak jarang keberanian diri untuk menyerahkan keberlangsungan hidup kita kepada Tuhan hanya sekedarnya saja, malah tidak jarang kita meninggalkan-Nya.
Dalam kisah akhir pemerintahan Yosafat, dia memiliki keberanian untuk menyerahkan keberlangsungan pemerintahannya dalam menghadapi permasalahan kepada Tuhan. Meskipun tantangan yang dihadapinya tidak mudah, dia berani berseru kepada Tuhan, “…kami akan berseru kepada-Mu di dalam kesesakan kami, sampai Engkau mendengar dan menyelamatkan kami” (ayat 9). Yosafat memahami benar bagaimana Tuhan akan menolong dia dalam kesesakan hidupnya.
Yosafat mengajarkan kepada kita mengenai keberanian untuk menyerahkan segala pergumulan hidup kita kepada Tuhan. Meskipun Yosafat tidak mengetahui bagaimana cara Tuhan dalam menolongnya, tetapi Yosafat mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Demikian juga kita, dalam hidup berkeluarga haruslah kita sadari bahwa tidak ada keluarga yang tidak mengalami permasalahan. Setiap keluarga mempunyai salibnya masing-masing yang harus dipikul. Sekarang yang ada adalah bagaimana kita berani untuk percaya dan mempercayakan dinamika kehidupan kita dan keluarga kita kepada Tuhan. Terlihat sederhana memang, akan tetapi faktanya tidak jarang kita berbuat sebaliknya dari yang dilakukan oleh Yosafat. Mari kita sungguh-sungguh memiliki keberanian menghadapi dinamika kehidupan yang penuh tantangan dengan tetap berpegang erat pada Tuhan. (Gfc)
“Beranilah untuk menerima pertolongan Tuhan dengan cara-Nya”