Bacaan : Yakobus 4 : 11 – 17 | Pujian : KJ. 320 : 1, 2
Nats: “Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” (Ay. 14)
Bicara soal patuh, sebenarnya kita memiliki kecenderungan tidak patuh, terutama saat kita sedang kuat, sehat dan bisa berbuat banyak dengan segala yang kita miliki. Rasa patuh itu baru akan muncul ketika kita merasa tidak berdaya atau ringkih. Dalam posisi itu biasanya kita menyerah, tak mampu melawan karena memang saat itu kita sedang ringkih.
Penting untuk kita mengingat bahwa dibalik semua kekuatan dan kemampuan kita sebagai manusia, sebenarnya kita itu lemah, rapuh, ringkih!. Bahkan akan lebih baik jika kita berani mengakui keringkihan itu. Hal ini akan membawa kita pada ketenangan batin, karena kita mampu berdamai dengan kelemahan-kelemahan diri kita.
Seperti nats kita, hidup kita bagaikan uap air yang hanya kelihatan sesaat lalu lenyap tak berbekas. Nats ini mengajak kita untuk menghayati bahwa tidak ada kekekalan dalam kehidupan di dunia ini. Karenanya dalam setiap perencanaan kehidupan, serahkanlah segalanya ke dalam tangan Tuhan untuk mendapatkan berkat-Nya. Jika kita mau melakukan itu, kekuatan Tuhan akan berasa dan menguasai segalanya. Sebaliknya, jika kita terlalu mengandalkan kekuatan diri dan tidak pernah mengakui keringkihan kita, hal itu dapat berdampak merusak damai sejahtera yang ada di hati kita. Akan banyak kekecewaan yang kita alami manakala setiap rancangan yang kita buat tidak menemui hasil yang sesuai. Sangat mungkin kita akan berbeban berat dan berujung pada hilangnya sebuah pengharapan.
Maka sekali lagi, cara terbaik menghayati hidup adalah menyadari bahwa kekuatan kita selalu terbatas. Namun dibalik itu, ada Tuhan dengan kekuatan-Nya yang tak berbatas. Jika kita menyadarinya, lalu dengan segenap daya berusaha terus untuk dekat dan melekat kepada Tuhan yang memiliki kekuatan tak terbatas, hidup kita akan lebih indah untuk dijalani. Andalkan Tuhan saja, mendekatlah dengan cara membaca setiap firman-Nya. Jadikanlah itu sebagai pelita kehidupan. Maka sekalipun kita ringkih, namun kita akan tetap kuat bersama kekuatan Tuhan. (OKA).
“Sekalipun rapuh, Tuhan tetap cinta pada umat-Nya dan tetap bertanggungjawab atas kehidupan umat-Nya”