Bacaan : Kejadian 29 : 9 – 14 | Pujian : KJ. 365b
Nats: “… datanglah Rahel dengan kambing domba ayahnya, sebab dialah yang menggembalakannya.” (Ay. 9b)
Jika seseorang mengalami krisis kepercayaan diri, seringkali itu disangkutpautkan dengan bawaan lahir. Kadang juga disangkutpautkan dengan faktor keturunan dari orang tua. Padahal banyak pakar psikologi yang meyakini bahwa persoalan percaya diri itu sangat tergantung dari bagaimana pola asuh orang tua pada anaknya sejak dini. Carl Pickhardt seorang psikolog mengatakan seorang anak yang kurang percaya diri akan merasa enggan mencoba hal-hal baru terutama yang berbau tantangan. Ini karena mereka takut gagal dan mengecewakan. Karena ini berkaitan dengan pola asuh orang tua pada anak, maka penting bagi kita untuk merenung dan mengevaluasi diri, apakah sudah benar pola asuh kita selama ini pada anak-anak kita ?
Menarik jika mencermati cerita Laban dan Rahel dalam kutipan bacaan kita. Rahel, anak perempuan bungsu ternyata ikut serta bekerja secara aktif menggembalakan domba-domba ayahnya, yang pada umumnya pekerjaan ini dilakukan oleh anak laki-laki. Cukup menarik untuk direnungkan, bagaimana Laban mampu membuat anak perempuan bungsunya ikut mengambil tanggungjawab dengan cara menggembalakan kawanan domba-dombanya.
Jika Rahel mampu melakukan itu semua, semestinya ada proses yang dilakukan Laban saat mengasuh Rahel sejak kecil. Ada konsep kepercayaan yang diberikan Laban kepada Rahel, yang disertai motivasi yang meyakinkan Rahel agar mampu mengemban tanggugnjawab ini. Laban mempercayai bahwa Rahel mampu diberikan tanggungjawab sebagai penggembala, sekaligus memberikan motivasi yang menguatkan Rahel agar mampu mengemban tanggungjawab yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
Bagaimana dengan kita saat ini? Apakah kita juga mempercayai anak-anak kita yang sebenarnya mampu bekerja dan mengemban tanggungjawab? Atau malah kita tidak bisa mempercayai mereka karena menganggap anak-anak kita belum bisa dipercaya? Kuncinya ada pada kita. Jika kita mau belajar mempercayai mereka, memberikan tanggungjawab dengan beban yang cukup, disertai motivasi-motivasi yang baik dan mendidik, sudah pasti anak kita akan mampu mengemban tanggungjawab yang kita berikan. Mereka sebenarnya bisa dipercaya, hanya persoalannya adalah maukah kita mempercayai mereka? [Oka]
“Jadikan anak mandiri melalui pemberian kepercayaan dan tanggungjawab yang disertai motivasi yang kuat.”