Bacaan : Yohanes 9 : 1 – 41 | Pujian : KJ. 432 : 1 – 2
Nats: “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat.” (Ay. 11)
Ada sebuah anggapan bahwa cacat badaniah erat hubungannya dengan dosa. Bahkan murid-murid Tuhan juga mempercayai hal tersebut (ayat 2), penderitaan atau cacat adalah akibat dosa, entah dosa orang itu sendiri ataupun dosa orang yang mengandungnya. Dengan tegas Yesus menolak anggapan tersebut. Bukan dosa orang itu ataupun ibu yang mengandungnya, melainkan ada karya Ilahi yang dinyatakan dalam diri orang tersebut. Yesus meludah ke tanah, mengaduk ludah-Nya dengan tanah dan mengoleskan pada mata orang buta itu, menyuruhnya mandi di kolam Siloam. Orang buta itu melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, dan ia kembali dengan mata yang sudah melek.
Perjumpaan orang buta dengan Yesus menghantarkan dirinya memperoleh penglihatannya kembali, ia menjadi manusia yang mengalami kasih Tuhan, ia tidak lagi menjadi si buta peminta-minta. Kebutaan sejak awal digantikan dengan terang penglihatan dalam perjumpaan dengan Sang Sabda sendiri. Ia pun menjadi pribadi yang mandiri, hal itu nampak ketika ia melakukan percakapan/tanya jawab dengan orang-orang Farisi.
Perjumpaan orang buta dengan Yesus dalam perikop ini menghantar kita untuk merenungkan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menyingkirkan kegelapan yang merundung kemanusiaan. Kedatangan Yesus adalah untuk mengutuhkan kemanusiaan. Memanusiakan manusia kok dianggap keliru, pula anehnya dengan memakai alasan membela keluhuran ilahi (kekudusan sabat). Mari tetap berjuang mengutuhkan kemanusiaan, walaupun ditentang, dibenci, difitnah, dsb. Melakukan kebaikan memang ada harga yang harus dibayar. Kita dipanggil-Nya tidak untuk menjadi pembenci, penindas, perampas hak, tetapi kita diutus-Nya untuk welas asih, toleransi, tolong menolong, gotong royong, membawa damai, bersolidaritas pada yang lemah dan bertindak adil. Tuhan memberkati. Amin. (YEW).
“Membuat seseorang berada dalam penderitaan berarti tidak memanusiakan mereka” (Nelson Mandela)