Bacaan: 1 Raja-raja 22 : 24 – 40 | Pujian: KJ. 144a : 1, 2
Nats: “Tetapi jawab Mikha: Jika engkau benar-benar pulang dengan selamat, pastilah Tuhan tidak berfirman dengan perantaraanku!” (Ayat 28)
Ada sebuah permainan bernama pesan berantai. Permainan ini dilakukan oleh beberapa kelompok yang terdiri antara 5-7 orang. Masing-masing kelompok berdiri berjajar menghadap ke depan. Kemudian orang pertama dari belakang barisan itu mendapatkan bisikan pesan untuk disampaikan kepada peserta di depannya, demikian hingga peserta terakhir secara berurutan. Tujuan permainan ini adalah menyampaikan sebuah pesan dengan baik dan utuh dari peserta pertama sampai peserta terakhir. Kelompok yang menang adalah kelompok yang dapat menyampaikan pesan tadi dengan baik, utuh, dan paling cepat. Oleh karena itu, permainan ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi, telinga yang mau mendengar, dan mulut yang menyampaikan sebuah pesan dengan benar, tanpa menambahi atau mengurangi isi pesan itu.
Firman Tuhan hari ini mengisahkan tentang Raja Ahab yang bermaksud berperang melawan orang Aram guna merebut wilayah Ramot – Gilead dari mereka. Sebelum berperang melawan orang Aram, Ahab mengajak Raja Yosafat (Raja Yehuda) ikut bersamanya melawan orang Aram. Namun Yosafat menyarankan agar Ahab bertanya kepada nabi Tuhan yang ada di Israel, “Apakah boleh berperang melawan orang Aram guna merebut Ramot – Gilead?” Semua nabi-nabi palsu mengijinkan Ahab maju berperang, kecuali nabi Mikha yang melarang Ahab berperang melawan orang Aram. Ahab tidak mengindahkan firman Tuhan yang disampaikan nabi Mikha. Ahab tetap berperang melawan orang Aram. Dan pada akhirnya, Ahab mati terbunuh di medan peperangan.
Ketidaksetiaan Ahab mendengarkan suara Tuhan berbuah kematian pada dirinya. Ia terlalu angkuh mengakui kelemahan dirinya, dia hanya mengandalkan kekuatan dirinya. Bagaimana dengan kita? Melalui bulan Kitab Suci saat ini, kita diingatkan kembali untuk mendengarkan suara Tuhan. Suara Tuhan itu dapat kita dengarkan melalui firman-Nya yang ada dalam Alkitab, yang kita renungkan setiap hari. Firman-Nya yang menegur kesalahan hidup kita. Karena itu, dibutuhkan kerendahan hati, telinga yang terbuka untuk mendengarkan suara Tuhan, serta mata hati yang tertuju pada Tuhan. Mari kita setia mendengarkan suara Tuhan. Sadarilah bahwa suara Tuhan menuntun kita pada kebenaran, kebaikan dan keselamatan. Mari menjadi peka mendengarkan suara Tuhan dalam perjalanan hidup kita di dunia. Amin. [AR].
“Suara Tuhan lembut terdengar di hati setiap orang yang berkenan kepada-Nya.”