Bacaan : Yohanes 16 : 16 – 24 | Pujian : KJ. 266
Nats: “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu” (Ay. 22)
Suatu ketika ada sebuah keluarga yang sedang berduka karena ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia. Namun ketika pergi untuk melayat kepada keluarga ini, tak tampak kesedihan dalam diri mereka. Peti mati terletak di bagian depan rumah persemayaman, sementara ruangan yang disekat-sekat itu dihias dengan kain berwarna merah muda cerah, serta kursi ditata dan dihias sedemikian rupa seolah-olah di tempat itu sedang dalam suasana pesta yang menyenangkan.
Rupanya keluarga tersebut memiliki sudut pandang yang menurut hemat saya jarang saya temui dimanapun. Sebuah pandangan bahwa mereka sedang dalam kesukacitaan untuk menghantarkan orang yang mereka kasihi pulang dalam keabadian, yakni pulang kepada Bapa di sorga.
Saya mencoba menghayati frasa dalam nukilan ayat Injil Yohanes di atas, terutama pada frasa: “…tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu”. Mungkin inilah yang sedang dirasakan oleh keluarga tersebut. Dan itulah pula yang memberi semangat kepada saya ketika berada dalam keadaan yang sama.
Memaknai kematian seorang kerabat atau keluarga dengan sudut pandang seperti itu memang tidak mudah dan jarang ada. Sebab setiap orang tentu memiliki cara dan kapasitas tersendiri dalam mengolah kedukaan dalam dirinya. Namun yang saya rasakan secara pribadi, dengan mempelajari sudut pandang yang baru ini justru membuat membuat saya terlepas dari kedukaan, sebab seolah-olah saya melihat Kristus dan orang-orang yang saya cintai, tetap hidup bersama dengan saya meski secara fisik saya tidak berjumpa kembali dengan mereka. Namun secara batin saya mengalami kelegaan yang luar biasa, sebab kebahagiaan dalam Kristus itu betul-betul nyata dan tak dapat dirampas oleh siapapun. (DK)
“Kematian adalah metamorfosa menuju kepada kehidupan yang baru”