Bacaan : Lukas 1 : 26 – 38 | Pujian : KJ. 366
Nats: “Kata Maria : Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Ay. 38)
“Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini, ingin itu banyak sekali. Semua-semua-semua dapat dikabulkan. Dapat dikabulkan dengan kantong ajaib.”
Dulu biasanya, setelah selesai ibadah anak-anak di hari Minggu, kapandithan menjadi pos nobar (nonton bersama) Doraemon. Tentu saja saat itu, kami menikmati setiap cerita Nobita yang selalu dibantu oleh Doraemon dengan segala peralatan dalam kantong ajaibnya. Ada kalanya kami berandai-andai: jika Doraemon itu ada, alat apa saja ya yang akan kami minta? Sungguh seru membayangkan menjadi Nobita yang memiliki Doraemon dengan segala alat canggih yang dapat mengabulkan keinginannya.
Baru saya sadar, bahwa konsep ini sangat mengerikan bila dicampurkan dalam kehidupan beriman. Tuhan dianggap seperti Doraemon, yang membahagiakan kita dengan menolong kita mendapatkan apapun yang kita suka. Wah repot! Mari kita teliti kembali, selama ini Tuhan kita anggap sebagai apa? Apakah sebagai penyedia berkat dan pemuas keinginan kita semata?
Jika ingin menjadi seperti Nobita, perikop kali ini nampaknya akan menjadi tamparan yang luar biasa. Sebab Maria mengingatkan bahwa kita adalah hamba. Hamba yang tentu saja amat jauh dari hak untuk mengatur hidup sesuai maunya. Hamba yang semestinya menyerahkan hidup untuk melakukan kehendak tuannya. Hamba yang setia melakukan perannya.
Kehendak Tuhan bukanlah sesuatu yang selalu gampang dan menyenangkan untuk dilakukan. Kadang melakukan kehendak Tuhan berarti merelakan diri untuk hidup dalam kebingungan dan ketidakpastian, seperti Maria (ay. 34). Melakukan kehendak Tuhan juga terkadang mensyaratkan kita merasakan kepedihan dan meneteskan air mata dalam prosesnya. Tapi mari belajar pasrah seperti Maria, sebab ia sadar betul akan perannya sebagai seorang hamba. Ia tahu bahwa itulah yang utama di dalam hidup seorang hamba: melakukan kehendak tuannya. (vin)
“Mari terus berjuang melakukan peran kita, sampai saatnya kita mendengar Dia berkata : Baik sekali perbuatanmu itu hai hambaku yang baik dan setia.”