Bacaan: Zakaria 10 : 1 – 12 | Pujian: KJ. 455
Nats: “Mintalah hujan dari TUHAN pada akhir musim semi! TUHANlah yang membuat awan hitam, dan hujan lebat akan diberikan-Nya kepada mereka dan tumbuh-tumbuhan di padang kepada setiap orang.” (Ayat 1)
“Apa yang terlintas dalam benak kalian ketika mendengar kata hujan?” tanya seorang guru kepada muridnya. Beragam jawaban muncul dari para murid, seperti: segar, dingin, tunas baru, sejuk, banjir, indomie kuah, kenangan, rindu, petir, kilat, kopi hangat, dan tidur. Lalu pertanyaan selanjutnya, “Apakah hujan diperlukan? Kepada siapa kita meminta hujan?” Semuanya kompak menjawab, “diperlukan dan kepada Tuhan kita meminta hujan.”
“Jika kita mendapatkan satu kesempatan untuk meminta dan permintaan itu akan saudara dapatkan, kepada siapakah saudara akan meminta?” Tentu saja jawabannya, saudara akan meminta kepada mereka yang memiliki. Bangsa Israel adalah bangsa agraris, yang mengandalkan sektor pertanian untuk kesejahteraan dan keberlangsungan hidup, dan sektor agraris ini sangat bergantung dengan air, dan air sangat dipengaruhi oleh hujan. Jadi jika turun hujan berarti baiklah keadaan mereka, penuhlah lumbung-lumbung mereka, apalagi hujan pada akhir musim semi. Sebab setelah musim semi akan tiba waktunya musim panas, dengan adanya hujan ini mereka akan memiliki ketersediaan air yang cukup sehingga mereka bisa terus menanam dan memanen. Lalu, kepada siapa mereka harus meminta hujan? Tentulah kepada Tuhan, seperti disebutkan pada ayat 1.
Namun di ayat 2, mereka justru meminta kepada manusia, yaitu penenung dan terafim. Dari sini, kita belajar untuk menyadari bahwa ada kemungkinan terbuka bagi kita untuk melakukan hal yang justru melukai hati Tuhan dan merusak kesehatan iman kita kepada Tuhan, yakni ketika kita berusaha mencari jalan keluar maupun jawaban melalui cara yang salah. Alih-alih berusaha untuk mempertahankan hidup maupun melepaskan diri dari masalah, kita justru merusak relasi kita dengan Tuhan Allah dan membawa kita kepada kehancuran. Oleh sebab itulah, Tuhan mengingatkan kepada bangsa Israel untuk tidak mencari jawaban yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Demikian kita diajak untuk mengimani bahwa Tuhanlah satu-satunya tempat kita meminta, mintalah kepada Tuhan, sumber kehidupan sekaligus Gembala yang menuntun kita umat-Nya untuk berjalan di jalan kebenaran. Amin. [ANS].
“Tuhan tidak hanya sekedar sumber kehidupan, namun juga menuntun umat-Nya senantiasa berada dalam dekapan kasih pemeliharaan-Nya.”