Bacaan : Matius 5 : 1 – 12 | Pujian : KJ. 287
Nats: “… bersukacita dan bergembiralah,…” (Ay. 12a)
Adakah di antara kita yang tidak ingin bahagia? Ah, pastilah semua orang ingin hidupnya bahagia. Bahkan segala upaya diperjuangkan supaya mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Lalu, pertanyaan selanjutnya, bagaimana supaya memperoleh kebahagiaan itu? Pada umumnya, orang berpendapat bahwa untuk bisa berbahagia, maka perlu memperoleh ini, itu. Misalnya, jika sudah memiliki pasangan pastilah berbahagia; jika sudah menikah dan memiliki anak pastilah berbahagia; jika sudah punya rumah mewah pastilah berbahagia dan lain sebagainya. Namun apakah memang setelah semua keinginan tercapai akan benar-benar mengalami kebahagiaan? Ah, ternyata tak seperti itu.
Melalui bacaan hari ini, ada beberapa hal menarik yang disampaikan oleh Yesus berkaitan dengan kebahagiaan, yakni:
- Bahagia, bukan soal memperoleh ini dan itu. Dalam teks Matius 5:1-12 disebutkan bahwa yang berbahagia yakni orang yang miskin di hadapan Allah. Kata miskin di hadapan Allah berbicara soal kerendahan hati dan ketundukan di hadapan Allah, dengan membuka hati untuk tuntunan Allah. Karena sesungguhnya kekayaan tak akan pernah menjamin kebahagiaan, demikian juga dengan kepuasan diri. Karena sesungguhnya ketika merasa puas diri takkan ada tempat untuk Sabda Allah.
Dari pola tersebut nampak jelas bahwa sesungguhnya orang yang berbahagia ialah orang yang memberi dan melepaskan ini dan itu. Bukan soal bagaimana menggenggam erat namun membuka tangan dan mengulurkan tangan. Kerelaan untuk memberikan dan melepaskan. Memberikan kelembutan dan damai sejahtera, melepaskan kejahatan dan keegoisan diri sendiri. Tujuan dari melepaskan sesuatu tersebut tiada lain adalah mendekat kepada Allah (ayat 1, 6, 8, 10-12) dan mengasihi sesama (ayat 5, 7, dan 9).
- Kebahagiaan adalah ibarat kupu-kupu. Jika kita mengejarnya maka ia akan terbang dan cepat pergi. Tetapi jika kita diam dan tenang, maka ia akan hinggap di tubuh kita. Sejenak kita menyadari, bahwa kebahagian tak lagi dalam sebuah pencarian namun sesungguhnya kebahagiaan saat ini sedang kita berikan. Selamat berbahagia J (ANS).
“Kebahagiaan bukan sikap yang berporos pada diri sendiri dalam arti mendapatkan kebutuhan dan keinginan sendiri. Kebahagiaan: penggunaan semua kemungkinan dalam diri seseorang untuk dijadikan kebahagiaan bagi orang lain”. (Aristoteles)