Bacaan: Yohanes 6 : 51 – 58 | Pujian: KJ. 363
Nats: “Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Ayat 56)
Ketika kita menandatangani sebuah surat kontrak kerja bermaterai, artinya kita setuju dengan segala aturan dan kesepakatan yang tertulis di dalamnya. Secara langsung kita terikat hubungan kerja dengan orang dalam surat tersebut. Ada tanggung jawab yang harus dipenuhi dan dijalankan dengan baik oleh kedua belah pihak. Berbicara tentang penandatanganan perjanjian, sebenarnya kita telah menandatangani sebuah perjanjian dengan Allah. Pertanyaan: “Sejak kapan perjanjian itu? dan apa isi perjanjian itu?” Bacaan kita saat ini mengantarkan kita pada jawaban sekaligus mengajak kita berefleksi.
Yohanes 6:51-58 merupakan bagian dari perikop berjudul “Roti Hidup”. Melalui perikop ini, Yohanes menampilkan dimensi teologis Yesus sebagai Roti Hidup yang membawa kehidupan. Yohanes menampilkan sisi ketika Yesus membandingkan diri-Nya dengan “manna”. Sama seperti Allah telah menurunkan Manna yang membawa kehidupan bagi bangsa Israel, kini Allah mengutus Yesus yang membawa kehidupan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Ungkapan makan daging dan minum darah-Nya adalah sebuah kiasan yang menunjuk pada tindakan aktif untuk datang lalu lekat dengan Allah dan percaya kepada Yesus. Dengan makan dan minum darah-Nya, berarti seseorang itu hadir memberikan dirinya untuk hidup lekat bersama Yesus, dan pada waktu yang bersamaan Yesus tinggal dalam hatinya memberi kehidupan.
Pada saat ini, ungkapan makan daging dan minum darah-Nya telah menjadi simbol dalam konsekrasi sakramen perjamuan kudus. Dalam hal ini perjamuan kudus menjadi materai yang mengikat kita dengan Allah. Pada saat kita mengikuti perjamuan kudus, kita makan roti dan minum anggur yang menjadi simbol Tubuh dan Darah Kristus. Pada saat itulah kita menorehkan tanda kesepakatan untuk hidup lekat di dalam Yesus dan membangun keterikatan dengan-Nya. Kita membuat kesepakatan dengan Tuhan Yesus untuk hidup di dalam-Nya. Kita membuka ruang bagi Dia untuk hadir dalam diri kita. Dan ada tanggung jawab yang perlu kita jalankan dengan baik, yaitu menyatakan kehadiran Allah dalam kehidupan kita. Sederhananya kita sepakat menjadi rekan Allah mewujudkan misi-Nya bagi dunia. Kita menghadirkan kehidupan yang selaras dengan kehendak-Nya, membangun kedamaian dan keadilan. Amin. [KYP].
“Hanya ada satu kebahagiaan: hidup lekat dengan Allah dan menjadi agen-Nya.”