Bacaan: Kisah Para Rasul 5 : 1 – 11 | Pujian: KJ. 46
Nats: “Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.” (Ayat 4)
Arti kata percaya dalam KBBI adalah mengakui atau yakin bahwa sesuatu benar atau nyata. Namun apakah percaya itu sama dengan mempercayakan diri? Tentu tidak sama. Ibaratnya seperti anak kecil yang sedang belajar berjalan. Anak kecil tersebut percaya kalau berjalan itu menyenangkan. Namun mempercayakan diri untuk melangkah satu langkah demi satu langkah itu sulit. Maka anak cenderung untuk meminta dipegangi tangannya oleh orang tuanya ketika berjalan, suka berjalan dengan memegang benda yang kuat yang ada di sekitarnya. Namun ketika anak kecil tersebut sudah percaya diri sepenuhnya bahwa dia bisa berjalan dengan kuat, maka dia akan mulai jalan sendiri bahkan berlari.
Seperti kisah pada bacaan Firman Tuhan hari ini. Dimana Kisah Para Rasul mengisahkan rasa syukur jemaat mula – mula akan kebangkitan Tuhan Yesus yang telah membebaskan dan menyertai kehidupan mereka. Rasa syukur tersebut menjadi kekuatan jemaat mula-mula untuk mewujudkan kesatuan, sikap saling percaya, sehati, sepikir, dan sejiwa. Mereka tidak hanya percaya, namun juga mempercayakan diri mereka sepenuhnya kepada Tuhan. Mereka menjual barang kepunyaan mereka untuk dapat dibagikan kembali, supaya ada keseimbang dan tidak ada jemaat yang kekurangan. Namun, berbeda dengan Ananias dan Safira, mereka menjual tanah mereka dan menyerahkan sebagaian hasilnya kepada para rasul. Mereka tidak menyerahkan sepenuhnya hasil penjualan tanah itu kepada para rasul, sehingga pada akhirnya mereka mengalami kematian.
Cerita Ananias dan Safira ini menunjukkan dalam kehidupan kita bersama tidak cukup jika kita hanya memiliki rasa percaya saja. Mengapa? Sebab dalam kehidupan akan muncul banyak hal yang perlu kita seimbangkan dan perlu kita jaga supaya tetap utuh menjadi hal yang indah. Bagaimana kita sebagai manusia, bisa dengan baik menjaga keutuhan yang ragam tersebut? Apakah cukup dengan kekuatan diri kita sendiri? Pasti tidak akan cukup, karena banyak sekali keinginan manusia, namun belum tentu itu adalah kehendak Tuhan. Oleh karena itu, kita perlu mempercayakan diri dan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan supaya Tuhan yang menuntun dan memampukan kita. Amin. [Jv].
“Maps bisa salah dalam memberikan petunjuk, tetapi tuntunan Tuhan tidak akan pernah salah.”