Bacaan: Daniel 9 : 15 – 25a | Pujian: KJ. 332
Nats: “Ya Allah kami, sekarang, dengarkanlah doa hamba-Mu ini dan permohonannya. Sinarilah tempat kudus-Mu yang telah hancur ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri.” (Ayat 17)
Apakah ketaatan mudah kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Sudahkah kita berhenti ketika lampu merah dan berjalan ketika lampu hijau? Jika sudah, kira-kira ketaatan pada rambu-rambu lalu lintas itu kita lakukan untuk keselamatan kita atau karena takut kena tilang? Bagi beberapa orang menaati rambu lalu lintas adalah karena takut kena tilang, takut jika nanti terkena denda, tanpa memikirkan bahwa sejatinya menaati rambu lalu lintas itu berarti kita juga menjaga keselamatan diri kita dan keselamatan pengendara lainnya. Apakah hal demikian juga berlaku saat kita berdoa? Apakah kita berdoa karena takut dihukum oleh Tuhan? Bukankah doa itu adalah nafas hidup orang percaya?
Bacaan kita hari ini berkisah tentang Daniel, seorang Yehuda yang taat berdoa kepada Allah. Baginya, doa adalah sumber keselamatan dalam hidupnya. Daniel menyadari ketaatannya berdoa, bukan berarti hidupnya akan aman-aman saja, tetapi dalam doa itulah, Daniel mendapatkan kekuatan dan ketenangan. Daniel pernah ditangkap dan dihukum karena ia berdoa. Tetapi, hal itu tidak pernah membuat Daniel putus asa dan berhenti untuk tetap taat berdoa. Daniel tetap terus berdoa, secara khusus ia berdoa mengakui dosa dan memohon belas kasihan kepada Tuhan. Dalam doanya, Daniel menyadari bahwa dia adalah salah satu dari bangsa Israel yang telah melakukan dosa setelah 70 tahun masa murka Tuhan. Tuhan tidak diam saja, saat mendengarkan doa Daniel yang meminta tolong dan mengakui dosanya, Tuhan menjawab doa Daniel melalui perantara Gabriel, yang menyampaikan pesan kepada Daniel.
Kisah Daniel memberikan kita pelajaran bahwa ketaatan dan kesungguhan dalam berdoa tidak akan sia-sia, sebab Tuhan akan menjawab setiap seruan umat-Nya. Memang tidak mudah bagi kita memahami pesan yang Tuhan sampaikan ketika kita berada dalam masa sulit di kehidupan kita. Memang tidak mudah bagi kita mengakui kesalahan kita di hadapan Tuhan. Dan terkadang kita merasa gengsi untuk mengakui bahwa segala yang kita peroleh berasal dari kasih kuasa Tuhan. Kiranya sikap ketaatan dalam doa yang dilakukan oleh Daniel juga terjadi atas setiap diri kita. Amin. [Jv].
“Tidak ada yang sia- sia jika semua kita tujukan kepada Tuhan.”