Biasakan yang Benar atau Membenarkan yang Biasanya? Pancaran Air Hidup 16 Februari 2022

16 February 2022

Bacaan: Lukas 11 : 37 –52 Pujian: KJ. 436 : 2
Nats:
“Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal.” (Ayat 53)

Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang pantai nampak jelas.” Peribahasa ini memiliki arti: kesalahan diri sendiri tidak terlihat, tetapi kesalahan orang lain terlihat jelas. Secara singkat peribahasa ini menggambarkan sikap manusia yang lebih mudah menemukan kesalahan orang lain daripada mengetahui dan mengakui kesalahan diri sendiri. Terlebih bila didukung rasa tidak suka dan pikiran negatif terhadap orang lain, maka semakin membuat kita mudah menilai kesalahan orang tersebut. Seolah–olah apa yang kita lakukan sudah benar, yang biasanya kita lakukan dianggap benar, tanpa mau melihat dan memeriksa perbuatan hidup kita terlebih dahulu.

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat terbiasa membenarkan apa yang mereka lakukan dan tidak mau memahami yang benar. Hal ini bermula ketika mereka melihat Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan, saat diundang makan di rumah orang Farisi. Orang-orang Farisi yang secara tradisi menambahkan cuci tangan sebelum makan dalam tradisi mereka, menganggap Yesus telah melakukan kesalahan besar dan tidak bisa diterima. Demikian halnya para ahli-ahli Taurat yang sedang mendengar, apa yang Yesus sampaikan mengenai perilaku para orang Farisi. Mereka merasa Yesus juga sedang menegur apa yang dilakukan para ahli Taurat dengan sebuah gambaran meletakkan beban yang tak terpikul pada orang. Karena tidak terima dengan apa yang disampaikan Yesus itu, membuat mereka terus mengintai kemanapun Yesus pergi agar bisa mencari kesalahan Yesus dan menuntutNya.

Kita tahu bahwa mencari kesalahan orang lain dan membenarkan diri sendiri adalah hal yang tidak benar, namun tanpa kita sadari, kita seringkali melakukannya. Bahkan tak jarang kita tidak bisa menerima realita bahwa kita salah. Mari kita renungkan bahwa setiap manusia pasti punya kesalahan dan pernah melakukan hal yang benar. Untuk itu, mari terus belajar untuk tidak membiasakan sikap mencari kesalahan orang lain, tetapi mari membiasakan diri untuk melakukan yang benar. Dengan demikian kita akan semakin bertumbuh di dalam iman bersama dengan Kristus, sebab kita terus memperbarui budi dan pemikiran kita seturut rancangan dan kehendak Tuhan. Amin. [Ry].

 “Teruslah berkomitmen untuk melakukan yang benar.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak