Hospitalitas Renungan Harian 16 April 2020

16 April 2020

Bacaan : Kolose 4 : 2 – 5     |   Pujian : KJ. 441
Nats: “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.” (Ay. 5)

“Mah… mamah… tetangga kita yang Kristen itu, kalau di gereja ramah dan baik sekali ya mah, tapi kalau di rumah kok berbeda 180 derajat ya, terlebih kalau ada tamu yang datang untuk pertama kali… kenapa ya?” tanya Sony pada mamanya agak keheranan. Yup… hospitalitas adalah sebuah sikap sebagai tuan rumah yang baik. Tuan rumah yang baik nampak pada kesan keramahan, antusias, serta hangat penuh persahabatan pada saat menerima tamu. Keluarga yang memiliki hospitalitas yang kuat, akan memiliki banyak sahabat. Dan sebaliknya, seorang tamu tidak akan betah ketika tuan rumahnya bersikap dingin dan memasang muka masam.

Paulus menekankan pentingnya sikap dan perbuatan yang baik dari orang yang sudah mengenal Kristus kepada orang luar. Sikap (batin) yang baik dan perbuatan yang baik tersebut haruslah sinkron. Artinya, ada penekanan akan konsistensi dan integritas bagi orang yang sudah percaya kepada Kristus. Integritas tersebut karena orang beriman kepada Kristus dan nampak dari kehidupan doa dan perbuatannya yang penuh syukur (ay. 2).

Kebaikan orang Kristen hanya bisa diketahui dari sikap dan perbuatan manakala bertemu dengan orang asing. Pertemuan dengan orang asing inilah yang membuka celah relasi dengan dunia luar dan peluang kabar keselamatan disampaikan. Dalam kehidupan berkeluarga dan bergereja, kita sering mendapati orang memasang sikap yang berbeda. Baik, ramah, ketika di gereja, tetapi sebaliknya berubah manakala di rumah. Seharusnya, baik di rumah, di gereja dan dimanapun kita tetap menunjukkan sikap yang hangat, baik dan ramah. Hal itu kita lakukan karena karakter hospitalitas sudah tertanam dalam kepribadian kita.

Gereja sebagai sebuah persekutuan orang percaya yang diikat oleh Kasih Kristus bersifat terbuka untuk semua orang. Dampaknya sikap hospitalitas harus ada di gereja! Bagi GKJW, sikap hospitalitas ini sudah tertanam dalam budaya Jawa mirip rawuh, lungguh, gupuh lan suguh. Tetapi tantangan budaya individualistik dan perasaan nyaman (comfort zone) selalu ada. Mari kita bangun sikap hospitalitas di gereja, sehingga para tamu atau simpatisan merasakan kehangatan kasih Allah. Amin (BK).

 “Kehangatan sikap kita akan merangkul orang asing merasa seperti saudara”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak