Bacaan: Ayub 12 : 1 – 25 | Pujian: KJ. 38
Nats: “Padahal pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.” (Ayat 13)
Pernahkah saudara merasa bahwa pendapat dan usul saudara adalah yang paling tepat dibandingkan orang lain? Lalu beberapa saat kemudian di moment tertentu saudara merasa sebaliknya. Saudara merasa bahwa pendapat saudara salah dan seharusnya tidak seperti itu. Namun karena terlanjur sudah berpendapat, maka saudara tidak mau mengakui bahwa pendapat saudara tersebut salah. Saudara tetap pada pendapat yang telah saudara sampaikan walaupun itu salah.
Bacaan Firman Tuhan hari ini mengisahkan tentang percakapan Ayub dan sahabat-sahabatnya mengenai kuasa hikmat Allah. Ayub menyadari bahwa hikmat dapat dipelajari melalui binatang-binatang, bumi, dan orang tua (Ay. 7-8). Akan tetapi hikmat sejati berasal dari Allah, sebab kuasa Allah tidak terbatas dan menguasai segala-galanya. Dengan kuasa-Nya, Ia dapat membongkar dan tidak ada yang bisa membangun kembali (Ay. 14). Dengan kekuatan-Nya, Allah dapat membendung air juga melepaskannya mengalir (Ay. 15). Tuhan Allah menolong orang yang tersesat, bahkan Ia dapat menyingkapkan rahasia kegelapan (Ay. 22). Ayub sungguh mengakui akan kemahakuasaan Allah dalam hidupnya sekalipun ia harus mengalami penderitaan.
Cerita percakapan Ayub dan sahabat-sahabatnya ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa hikmat itu berasal dari Allah. Dengan hikmat Allah, kita akan menjadi bijaksana, bijaksana dalam memberikan pertimbangan dan pengertian dengan baik. Karena itu, jika kita masih merasa bahwa diri kita lebih baik dan benar daripada orang lain, mudah menghakimi sesama kita, itu berarti kita belum memahami hikmat Allah dalam hidup kita. Lalu bagaimana caranya agar kita mengerti hikmat Allah? Jawabannya adalah dengan membangun persekutuan yang erat dengan Tuhan! Kita datang kepada Tuhan, kita mau mendengarkan firman-Nya melalui Kitab Suci, kita berbicara dengan Allah dan mengijinkan Tuhan melalui Roh Kudus berkarya menuntun hidup kita. Kita memohon diberikan hikmat Tuhan agar melalui hikmat-Nya itu, kita dapat membangun persekutuan yang penuh kedamaian dan dapat memberikan ruang bagi sesama untuk berproses bersama. Amin. [JV].
“Bukan kita yang menunggu-Nya, melainkan Allah yang menunggu kita untuk meminta hikmat itu.”