Bacaan : Matius 15 : 21 – 28 | Pujian : KJ.39
Nats: “Kata perempuan itu : Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” (Ay. 27)
Seorang ibu menceritakan masa kecil yang pernah dijalaninya bersama dengan saudaranya. Ibu tersebut mengatakan jika tiba waktu makan, ia bersama saudara-saudaranya pergi ke ruang makan bersama-sama. Telur dadar 2 dibagi untuk 6 orang, tempe 1 potong begitupun tahu, cukup 1 potong. Suatu hari, salah seorang saudara Ibu ini bertanya kepada orangtuanya, mengapa makanan mereka dijatah setiap harinya. Lantas dijawablah pertanyaan itu bahwa apa yang dapat mereka makan itu bukanlah jatah melainkan anugerah dari Allah.
Bacaan ini menerangkan setidaknya tentang 2 hal. Pertama, terkait jatah atau porsi. Tuhan Yesus menyodorkan sebuah pemikiran bahwa karya dan kebaikan Yesus selama berkarya di dunia diperuntukkan terlebih dahulu bagi bangsa Yahudi. Orang-orang Yahudi mendapatkan jatah makan di meja makan. Walaupun kemudian orang Yahudi justru mengeraskan hati dan tidak menggunakan jatah yang telah Yesus berikan untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Kedua, terkait cara berfikir yang tidak terbelenggu oleh tekanan/aturan/ situasi. Itulah yang terjadi dalam diri perempuan Kanaan. Ia tidak terbelenggu oleh adanya jatah yang harus lebih dulu didapatkan oleh orang Yahudi. Ia hanya memohon belas kasihan Tuhan Yesus dari remah-remah yang jatuh. Sebab remah-remah yang jatuh itu tidak mengenal jatah. Dan perjuangannya membuahkan hasil, anak perempuan yang dikasihinya menjadi sembuh. Perempuan Kanaan itu melihat apa yang dialaminya merupakan anugerah dari Tuhan Yesus.
Kehidupan dengan segala dinamikanya yang diberikan oleh Tuhan Allah bagi kita bukanlah sebagai jatah melainkan anugerah. Sebab ketika kita memahaminya sebagai jatah, maka kita membatasi kedahsyatan Allah dalam segala karya, kasih dan pemeliharaan-Nya. Pula membatasi diri kita untuk mengenal-Nya lebih dalam. Akan tetapi ketika memandang kehidupan ini sebagai anugerah, kita melihat dan memahami bahwa Allah memiliki kasih yang besar, kuasa yang memulihkan, karya yang menakjubkan, yang dapat dirasakan oleh siapapun tanpa mengenal jatah. [garlic]
“Hidup adalah anugerah Allah maka pergunakanlah anugerah dalam terang hikmat-Nya”