Menyikapi Warisan “Genetik” Renungan Harian 14 Oktober 2020

14 October 2020

Bacaan : 2 Raja – raja  17 : 7 – 23 | Pujian : KJ. 23
Nats:
“Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, melainkan menegarkan tengkuknya seperti nenek moyangnya yang tidak percaya TUHAN, Allah mereka.” (Ay. 14)

Perhatikan! Pernahkah saudara memperhatikan orang di sekitar saudara dan kemudian menemukan tipe orang yang keras kepala? Ia tidak mau menerima masukan dari orang lain dan cenderung ingin menang sendiri. Yah, jikalau ia adalah orang biasa, ia bisa mengalami kesulitan dalam hidup ke depannya. Namun, jika orang itu adalah penguasa, ia akan bermetamorfosa menjadi pemimpin yang otoriter. Negara-negara yang diperintah oleh pemimpinnya melalui cara turun temurun, cenderung melahirkan rezim kepemimpinan yang keras kepala dan otoriter. Pada masa kini kita bisa jumpai misalnya pada negara sistem monarki absolut dan negara seperti Korea Utara.

Runtuhnya kerajaan Israel pada jaman Raja Hosea, disebabkan karena mereka tidak setia pada kehendak Allah. Mereka berkhianat kepada Allah dengan menyembah berhala dan membakar korban seperti yang pernah dilakukan nenek moyang mereka (ay. 10, 12). Terhadap pengkhianatan itu, Allah berkenan mengutus para nabi untuk mengingatkan Israel, akan tetapi mereka keras kepala, tidak mau mendengar dan tidak mau berbalik kepada Allah. Mereka bersikukuh menyembah Baal, dewa sesembahan mereka (ay. 14, 15). Inilah yang kemudian membuat Israel dihukum Allah.

Seseorang mewarisi sifat dan karakter secara turun-temurun dari nenek moyangnya. Warisan tersebut bukan pilihan dan tidak bisa ditolak. Jika kita menerima warisan sifat dan karakter yang baik, kita patut bersyukur. Sebaliknya, jikalau kita menemukan sifat dan karakter negatif dalam diri kita, tentu kita harus berusaha untuk mengelola supaya tidak berkembang. Bagaimanakah supaya kita dapat menjadi pribadi yang terus bertumbuh seraya menyadari bahwa dalam diri kita memiliki potensi warisan gen pembawa sifat baik dan buruk? Salah satu caranya adalah dengan introspeksi diri, serta terus merefleksikan seluruh tutur kata dan perbuatan kita. Diperlukan keinginan yang kuat dan niat yang teguh untuk terus terbuka atas pembaharuan diri dan iman melalui sarana Firman TUHAN ataupun sesama. Selamat berproses dalam pembaharuan diri! Amin. (BK)

 “Seperti dunia yang terus berubah, berubahlah ke arah kebaikan.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak